Tanggal 18 Maret 2012 kemarin merupakan hari yang sangat menyenangkan buat saya. Dua jam yang saya lewati sangat berkesan dan memberikan hikmah besar tentang makna kata “berbagi”.
Begitulah,
di hari Minggu itu, saya dan Dyah P. Rinni (Trainers dari Galeri Kelas Ajaib) memberikan sejumput pengetahuan dan
pengalaman tentang menulis yang kami miliki kepada adik-adik dari berbagai panti asuhan yang ada
di Jakarta. Kebetulan lokasi yang dipakai untuk menggelar pelatihan, letaknya di
Panti Asuhan Muslimin, Jalan Kramat Raya No.11, Jakarta Pusat. Sementara
adik-adik panti itu berasal dari Panti Asuhan Dorkas, Putra Bangsa, Vincentius,
Hati Suci dan Muslimin sendiri. Ada 15 anak yang mengikuti pelatihan pada hari
itu.
Setelah menunggu hampir setengah jam, pelatihan
akhirnya dibuka tepat pukul 14:30 WIB oleh saya dengan salam dan perkenalan. Saya
mengatakan kalau dua minggu sebelumnya, beberapa teman kami dari Galeri Kelas
Ajaib sudah mengawali kegiatan ini di kampus PPM Mandiri yang terletak di Jalan
Tugu Tani, Jakarta Pusat. Anggukan kepala mereka menambah gairah saya untuk
mengenal mereka satu-persatu. Mereka pun menyebut nama dan asal panti mereka.
Setelah
suasana mencair dan perhatian mereka sudah terpusat kepada saya yang berdiri di
depan kelas, saya pun mengawali sesi pelatihan dengan materi “Mencari, Menemukan,
dan Menggali Ide” untuk sebuah kisah yang ingin mereka tuliskan kelak. Hal
pertama yang saya ajukan kepada mereka adalah, sejauh mana pemahaman mereka
tentang arti kata “Ide” tersebut. Mereka berebutan mengacungkan tangan untuk
menjawab dan semua jawaban itu benar. Saya hanya sedikit saja melengkapinya
agar mereka semakin paham dan mengerti.
Selanjutnya
penyajian materi bergulir dengan lancar. Saya katakan kepada mereka, “Jika kalian
tak ingin kehabisan ide, maka banyaklah membaca, mendengar, melihat, dan
merasakan.” Mereka begitu antusias dan tak sabar untuk memraktekkan kemampuan
mereka dalam mengurai ide yang bermunculan di kepala mereka.
Untuk
menyambut keantusiasan itu, rekan saya Dyah P. Rinni pun membagikan sebuah
cerita untuk mereka bedah dan ulas bersama. Kami membagi mereka ke dalam tiga
kelompok diskusi. Meskipun di awal-awal saya melihat kebigungan di mata mereka,
namun luar biasa, hasil diskusi dan bedah cerpen ala Chicken Soup for the Soul yang mereka baca, sangat memuaskan. Mereka
begitu lancar menuliskan pendapatnya tentang bacaan yang kami sajikan.
Ada
pertanyaan yang menghampiri saya di sela-sela pelatihan itu, “Kak, saya
sebenarnya senang sekali menulis, tapi kalau lagi asyik menulis sendiri, tiba-tiba
teman-teman datang dan ramai, pasti saya enggak bisa lagi melanjutkan tulisan
saya. Hilang semuanya,” paparnya dengan wajah serius. Lalu saya jawab, “Kalau
itu kendalanya, kamu bisa mengambil waktu dan tempat, di mana kamu bisa
terbebas dari teman-temanmu sampai tulisanmu selesai. Atau saat kamu asyik
menulis tiba-tiba terganggu oleh keramaian, kamu bisa membuat catatan singkat
di bawah tulisan yang tertunda itu tentang apa selanjutnya nanti yang ingin
kamu tulis, sehingga ide kamu enggak menguap begitu saja.” Dia
mengangguk-angguk dan mulai memahami. Saya
tambahkan lagi, jika mereka tak ingin ide yang sudah mereka dapat menghilang
begitu saja, saya anjurkan mereka mencatatnya di buku saku, dan buku itu
hendaknya mereka bawa ke mana pun mereka pergi.
Anak
yang lain beda pula pertanyaannya. “Kak, saya itu terkadang punya banyak ide yang
ingin dituliskan, tapi saat ingin menulis kok gak bisa-bisa ya? Mampet di otak,
enggak bisa keluar kata-katanya,” ujarnya. Saya memberikan anjuran,
untuk ide-ide yang sulit dituangkan ke dalam tulisan itu, kuncinya perbanyak
lagi membaca. Dengan banyak membaca, maka mereka lambat laun akan menemuukan
kosa kata apa yang ingin mereka pakai untuk mengurai ide-ide yang berjejal di
kepala mereka. Sama seperti ketika mereka curhat ke teman mereka atau saat mereka curhat di buku harian
mereka, maka seperti itu pula lah hendaknya mereka menggerakkan jari-jarinya
saat menulis. “Oh, begitu ya Kak? Jadi enggak perlu takut-takut salah
menuliskannya?” tanyanya lagi. “Iya, jangan pikirkan takut salah, EYD nya
berantakan atau apalah yang bisa menghambat semangat kamu memulai menulis,”
jawab saya membuatnya tersenyum malu-malu.
Di
sela-sela pelatihan ada yang membuat saya begitu terkejut. Kehadiran Kak Seto,
selaku penanggung jawab semua kegiatan tersebut membuat saya senang sekali.
Beliau masuk ke kelas dan mengajukan pertanyaan sekilas tentang materi apa yang
sedang kami berikan. Selain itu, beliau juga menyempatkan diri berinteraksi
dengan adik-adik panti. Kehadiran Kak Seto saya rasakan bagai suntikan semangat
buat adik-adik panti asuhan.
Tepat
jam 16:30 WIB kegiatan pelatihan di sesi “Mencari, Menemukan, dan Menggali Ide” pun
berakhir dengan menyajikan pertanyaan kuis. Ada tiga adik dari tiga panti yang
mendapatkan hadiah untuk jawaban kuis yang tepat.
Terakhir,
terimakasih saya kepada Dyah P. Rinni atas kerja keras dan kesungguhannya
membukakan jalan kepada Trainers Galeri Kelas Ajaib khususnya saya, sehingga
saya begitu menikmati dan merasakan hikmah berbagi ilmu di Panti Asuhan itu.
Semoga masih ada kesempatan di lain waktu untuk kembali beratatap muka dengan
adik-adik ini.
Salam.
Bekasi, 18 Maret 2012.