Siang itu, 28 Oktober 2012 yang
bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, di Museum Arsip Nasional, Jakarta, digelarlah
acara Peresmian Gerakan Indonesia Berkibar. Saya dan beberapa perwakilan dari
Kumpulan Emak-emak Blogger turut hadir di acara tersebut.
Museum Arsip Nasional |
Meja Registrasi |
Kedatangan kami disambut oleh
beberapa penerima tamu di pintu museum. Mereka mempersilahkan kami untuk
melakukan registrasi di meja tamu. Setelah itu, kami diminta untuk berpose
sejenak dengan backdrop Gerakan Indonesia Berkibar.
Karpet merah menuju tempat acara |
Di
sana ternyata sudah ada beberapa tamu yang hadir dengan balutan busana batik,
yang menjadi dress code acara tersebut. Acara tak langsung dibuka. Sambil
menunggu para tamu kehormatan dari kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
beserta jajarannya, kami disuguhi alunan tembang-tembang nasional dengan
iringan orkestra mini.
Hampir semua memakai batik |
Pukul 15.00 WIB acara yang dihadiri oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Putra Sampoerna Foundation, LSM, Akademi Berbagi, dan segenap tamu undangan dari instansi yang mendukung Gerakan Indonesia Berkibar ini pun dibuka oleh Tengku
Malinda selaku MC di acara tersebut. Pembukaan dilanjutkan dengan menyanyikan
lagu Indonesia Raya dan penayangan video tentang Gerakan Indonesia Berkibar.
Tengku Malinda (MC) |
Pemutaran video tentang GIB |
Mengenai Gerakan Indonesia Berkibar
Dalam sambutannya, Shafiq Pontoh
selaku Ketua Komite Gerakan Indonesia Berkibar memaparkan tentang latarbelakang
berdirinya Gerakan Indonesia Berkibar. Dari paparan tersebut saya merekam
beberapa hal penting tentang Gerakan Indonesia Berkibar. Salah satunya bahwa
Gerakan Indonesia Berkibar didirikan sebagai wujud kepedulian terhadap kualitas
pendidikan di Indonesia.
Shafiq Pontoh |
Indonesia memiliki penduduk lebih
dari 230 juta jiwa. Namun, pendidikan masih menjadi barang mewah bagi sebagian
besar masyarakatnya. Hal ini bisa dilihat dari data Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan 2011 yang mencatat bahwa tidak kurang dari setengah juta murid SD
serta sekitar 200 ribu murid SMP tidak mampu meneruskan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Kondisi ini menempatkan Indonesia di peringkat yang rendah
menurut indeks pembangunan versi UNESCO. Education Development Index Indonesia
berada di peringkat 69 dari 127 negara.
Kenyataan yang memprihatinkan
tentang dunia pendidikan inilah yang melatarbelakangi dicetuskannya Gerakan
Indonesia Berkibar pada tahun 2012. Gerakan Indonesia Berkibar adalah sebuah
gerakan nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui
perbaikan kualitas guru dan sekolah. Untuk merealisasikan niat tersebut,
Gerakan Indonesia Berkibar bertujuan menyatukan berbagai lapisan masyarakat
yang dapat berkontribusi dengan kategori sebagai pendukung, mitra, influencer, dan fasililator yang
memiliki peranan dan fungsi yang saling melengkapi dalam gerakan ini.
Gerakan Indonesia Berkibar
mencanangkan empat program dalam prakarsanya:
1. Peningkatan profesionalisme guru.
Memprekenalkan pengetahuan dan keterampilan menyangkut profesionalisme mendasar dan masalah pedagogi bagi para guru.
2. Kepemimpinan pendidikan dan manajemen sekolah.
1. Peningkatan profesionalisme guru.
Memprekenalkan pengetahuan dan keterampilan menyangkut profesionalisme mendasar dan masalah pedagogi bagi para guru.
2. Kepemimpinan pendidikan dan manajemen sekolah.
Meluaskan
perspektif para pendidik mengenai profesionalisma dan bagaimana kepemimpinan digerakkan untuk
meningkatkan hasil pembelajaran di sekolah.
3. Tata kelola sekolah.
3. Tata kelola sekolah.
Menggali
paradigma-paradigma baru dalam tata kelola sekolah yang mencakup kepemimpinan,
budaya sekolah, dan strategi pengembangan profesional untuk pendidik.
4. Program lanjutan.
4. Program lanjutan.
Program
ini mengembangkan kapasitas para guru dan kepala sekolah atau komunitas sekolah
dalam area spesifik. Sejak dibentuk, kiprah GIB memang tidak main-main dalam mengentaskan keterbelakangan pendidikan di tanah air ini. Bersama seluruh lapisan masyarakat, GIB bergandengan tangan untuk mewujudkan program-progamnya.
Selepas sambutan ketua Komite GIB, acara dilanjutkan dengan pembacaan Deklarasi Gerakan
Indonesia Berkibar oleh Alissa Wahid, Alexandra Asmasoebrata, dan Iman Usman.
Pembacaan Deklarasi |
Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh
Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof.
Dr. Ir. Muhammad Nuh. Beliau memberikan penghargaan khusus atas terbentuknya
Gerakan Indonesia Berkibar.
Dalam sambutannya, M. Nuh mengatakan bahwa dunia
pendidikan itu memiliki paling tidak tiga ciri khas. Pertama, kompleks, karena
di dalamnya itu ada unsur manusia dan manusia itu sendiri kompleks, apalagi
jika digabung menjadi sekian banyak manusia. Kedua, pendidikan terkait dengan
masa depan. Kita butuh sekolah bagus karena terkait dengan kepentingan masa
depan. Ketiga, pendidikan adalah sesuatu yang mulia karena tujuannya adalah
memanusiakan manusia. Dan M. Nuh menambahkan satu lagi ciri khas dari
pendidikan, bahwa pendidikan juga butuh waktu sesuai dengan jenjangnya. Dengan
kekompleksitasan inilah maka pendidikan tidak bisa hanya menjadi tanggungjawab
pemerintah saja. Oleh karena itu, setiap gerakan masyarakat yang bertujuan
untuk mengatasi masalah pendidikan, pemerintah tidak hanya berterimakasih tapi
ikut mendukung sepenuhnya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Gerakan Indonesia
Berkibar.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan |
Menurut M. Nuh, Indonesia akan menjadi negara besar,
ini dapat dilihat dari tanda-tanda yang sudah ada. Gerakan Indonesia Berkibar
menjadi solusi untuk memberi peran terhadap masalah pendidikan. Ditambahkannya
lagi, bahwa orang cerdas itu memiliki empat ciri:
1. Mindsetnya selalu “how to solve probelm”.
Dia mampu memecahkan persoalan bukan mempersoalkan persoalan atau lari dari persoalan.
2. Memiliki fungsi cost effectiveness.
Cost effectiveness mencakup pemecehan persolan baik itu dalam skala pribadi maupun skala bangsa, entah itu yang mencakup biaya politik, sosial, ekonomi, maupun pribadi.
3. Tidak menabrak rambu-rambu.
4. Ketepatan waktu.
1. Mindsetnya selalu “how to solve probelm”.
Dia mampu memecahkan persoalan bukan mempersoalkan persoalan atau lari dari persoalan.
2. Memiliki fungsi cost effectiveness.
Cost effectiveness mencakup pemecehan persolan baik itu dalam skala pribadi maupun skala bangsa, entah itu yang mencakup biaya politik, sosial, ekonomi, maupun pribadi.
3. Tidak menabrak rambu-rambu.
4. Ketepatan waktu.
Puncak acara ditandai dengan prosesi peresmian
Gerakan Indonesia Berkibar oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nasional.
Pembacaan doa |
Berfoto bersama |
Sebagai penutup rangkaian acara, diakhir dengan
pembacaan doa dan ramah tamah. Sebelum benar-benar meninggalkan tempat acara, para
tamu masih disuguhi oleh hidangan prasmanan dengan
iringan lagu dan musik.
Orkestra mini |
Hidangan prasmanan |
Emak-emak blogger |
Di kesempatan ini, saya dan perwakilan KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger)
menyempatkan diri untuk mengabadikan momen. Dan ini foto-foto kebersamaan kami
di acara tersebut.
KEB bersama Tengku Malinda |
KEB bersama Alexandra |
Depan backdrop |
Meskipun ada sedikit rasa kecewa di hati saya karena Bapak Presiden batal hadir untuk meresmikan Gerakan Indonesia Berkibar, namun jauh di lubuk hati, saya tetap merasa senang bisa hadir di acara ini. Semoga
apa yang dicanangkan oleh Gerakan Indonesia Berkibar dalam peresmiannya ini dapat terealisasi dengan baik,
sehingga masalah pendidikan tak lagi menjadi barang mewah di negeri ini. [Wylvera W.]