Pernah terlintas keinginan untuk
berbagi tentang pengalaman menulis di SMA Negeri 1 Bekasi. Keinginan ini muncul
karena anak pertama saya merupakan alumninya dan anak kedua saya masih bersekolah
di sana juga. Saya pun masih menjadi pengurus komite sekolahnya. Namun,
keinginan itu tak pernah tercetus. Hanya tersimpan di hati saya saja.
Pucuk di cinta ulam pun tiba.
Seperti ketemu jodoh. Hari itu saya di hubungi oleh Ibu dra. Mukaromah, M.Pd
(Wakil Kepala Sekolah bidang humas). Beliau menanyakan kesediaan saya untuk
menjadi narasumber dalam rangka gerakan literasi sekolah. Awalnya beliau lebih
dulu menghubungi putri saya, Yasmin Amira Hanan. Berhubung Mira tidak bisa
karena sedang ada ulangan tengah semester, maka sayalah yang diminta menggantikannya.
Saya menyanggupi.
Singkat cerita, tibalah di hari “H”,
Senin, 24 Oktober 2016. Di awal, Bu Mukaromah tidak menjelaskan secara rinci
materi apa yang diinginkan pihak sekolah. Beliau hanya menyebutkan apakah saya
bisa mengisi acara kepenulisan. Saat saya tawarkan materi menulis fiksi, beliau
meminta menambahkan materi penulisan nonfiksi. Materi itulah yang saya siapkan.
Begitu
memasuki ruang auditorium SMA Negeri 1 Bekasi, saya sempat panik melihat backdrop yang terpampang. Di sana
tertulis “Workshop Gerakan Literasi Sekolah, Membangun Komunitas Literat untuk
Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intellegence)”. Waduh! Saya tidak
menyiapkan bahan yang tercakup secara rinci tentang delapan kecerdasan yang
menggambarkan kecerdasan majemuk itu. Materi yang saya siapkan hanya mewakili
penggalian kecerdasan bahasa (linguistic intelligence). Itu pun hanya seputar
kepenulisan saja. Otak saya berpikir cepat agar materi saya bisa diselaraskan
dengan tema.
Sesi
penyajian materi
Acara
akhirnya dibuka oleh MC. Berikutnya Drs. Mawar M.Pd (Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Bekasi) menyampaikan sambutannya dan menjelaskan latar belakang
diselenggarakannya acara tersebut. Pak Mawar menekankan pada gerakan membaca
dan menulis. Beliau mengharapkan agar siswa-siswi SMA Negeri 1 semakin
meningkatkan kegiatan membaca agar mampu menghasilkan karya tulis seperti tulisan
nonfiksi, fiksi, sastra, dan lain sebagainya. Perasaan saya langsung lega
karena ternyata materi yang saya siapkan tidak menyimpang dari tema yang
diangkat oleh pihak sekolah.
Ruang auditoriumnya penuh :) |
MC |
Sambutan Kepala Sekolah |
Selepas
sambutan, acara sepenuhnya diserahkan kepada saya. Saat menaiki panggung dan
menghadap ke peserta workshop, saya
menatap ke mereka sejenak. Walaupun Bapak kepala sekolah sudah menyebut kehadiran
mereka, saya baru sepenuhnya menyadari kalau tidak hanya para siswa SMA Negeri
1 Bekasi saja yang akan mengikuti acara tersebut. Duduk di bangku paling depan
beberapa guru dan siswa yang khusus diundang dari SMA Negeri lainnya di Bekasi.
Ada perwakilan dari SMA Negeri 2, SMA Negeri 5, SMA Negeri 14 dan lainnya. Saya
harus siap.
Saya
buka pertemuan dengan salam dan menambahkan sekilas latar belakang profesi saya
yang belum sempat dijelaskan oleh Pembawa Acara. Setelah itu, saya langsung
menampilkan materi yang telah saya siapkan di layar infokus. Seperti biasa,
sebelum masuk pada materi inti tentang teknik menulis, biasanya saya selalu
mengawalinya dengan menyajikan quote-quote
yang sarat dengan motivasi. Tujuannya agar mereka memokuskan niat terlebih
dahulu agar bisa menyerap apa yang akan saya sampaikan selanjutnya.
Masih pemanasan ^_^ |
Let's go! |
Ada
sedikit yang mengganjal hati saya saat menyampaikan materi. Biasanya saya lebih
senang menggunakan mic tanpa wayar,
sehingga saya bisa bergerak mendekati audience. Dengan cara seperti itu, saya merasa lebih dekat dengan mereka
dan bisa memancing komunikasi dua arah. Tapi karena setting auditorium sudah seperti itu adanya, saya berusaha tetap
merasa enjoy menyajikan materi di
atas panggung dengan ruang gerak terbatas dari awal hingga akhir.
Selanjutnya
saya menjelaskan tentang tulisan fiksi dan jenis-jenisnya secara umum. Setelah
itu, saya memilih teknik dan tahapan menulis cerita pendek. Mulai dari cara menemukan
ide, memilih ide yang unik untuk dijadikan cerita, hingga menjadikannya sebuah
cerita yang menarik dan asyik untuk dibaca. Tidak hanya sajian tahapannya saja,
saya juga memberikan contoh-contoh cara menuliskannya. Seperti membuat sinopsis
awal yang bisa dijadikan pedoman saat menyelesaikan cerita pendek, hingga trik
memilih judul untuk cerita yang telah ditetapkan.
Yang
paling menarik saat menyajikan teknik menulis cerita pendek ini, saat tahapan
sampai pada pemilihan karakter tokoh dalam cerita. Dari contoh-contoh karakter
yang saya tampilkan, suasana ruang auditorium semakin mencair. Apalagi ketika
saya menunjukkan gambar tokoh-tokoh karakter yang akrab di benak mereka. Mulai dari
karakter ala Hollywood, sampai versi Indonesia. Seperti Harry Potter, Lord Voldemort,
Maleficent, Cinderella, hingga Reza Rahadian yang memerankan tokoh Habibie. Saya
memancing mereka agar memahami bagaimana triknya membuat karakter tokoh sedemikian
rupa hingga sosoknya bisa melekat di benak pembaca sampai kapan pun.
Tuntas
membahas tahapan menulis cerita pendek, saya melanjutkannya dengan penulisan
nonfiksi. Saya memulainya dengan menjelaskan apa itu tulisan nonfiksi. Karena
durasi waktu yang diberikan kepada saya hanya dua jam, saya mengambil contoh
termudah yaitu menulis artikel. Apa pun jenis tulisannya, semua bermula dari
pemilihan ide.
Saya
menjelaskan secara singkat perbedaan tulisan fiksi dan nonfiksi. Terutama pada
bagian “berpikir sistematis”, “pengumpulan data” serta “alternatif pemecahan
masalah” berikut contoh-contoh cara menuliskannya secara singkat. Beberapa
siswa terlihat sangat serius menyimak. Ternyata mereka adalah pengurus tabloid
sekolah. Tentu saja uraian materi nonfiksi menjadi menarik buat mereka. Saya
tidak melewatkan kesempatan ini untuk sesekali berinteraksi.
Syukurlah,
mereka tetap fokus dan tekun menyimak serta ikut tertawa saat saya “melempar” joke-joke di sela-sela penyajian materi.
Di awal, Kepala Sekolah sempat mengenalkan bahwa saya adalah Ibu dari Yasmin
Amira Hanan yang mereka kenal sebagai kakak kelas dan alumni sekolah mereka.
Suara agak riuh, ketika Pak Mawar juga menyebut bahwa saya juga orangtua dari
Darryl Khalid Aulia. Yang mengenal Khalid anak saya, tentu saja spontan
mengeluarkan gumaman-gumaman yang bikin saya ingin tertawa. Satu point sebenarnya sudah saya peroleh.
Rasa penasaran mereka membuat saya bersemangat saat naik ke panggung.
Yasmin Amira Hanan tiba-tiba muncul di ruangan, langsung saya todong |
Di
akhir sesi penyajian materi, saya sangat bersyukur, putri saya ternyata
menyempatkan datang jauh-jauh dari UI (setelah menyelesaikan ulangannya) untuk
memberikan motivasi singkat tentang menulis dan membaca. Ini momen singkat yang
membuat saya merasa terlengkapi. Saya juga menayangkan hasil rekaman yang
sempat saya minta dari Muthia Kairunnisa (Thia) dan Dinda. Mereka adalah dua
penulis remaja yang telah meraih banyak prestasi di bidang kepenulisan.
Sesi
praktik menulis sinopsis cerita
Memanfaatkan
waktu yang tersisa, saya tidak meminta peserta workshop untuk menulis cerita pendek maupun artikel. Saya pilihkan
yang termudah dan saya rasa bisa diselekasikan dalam waktu 15 menit. Mereka
saya minta menulis sinopsis cerita yang mereka pilih lengkap dengan pengenalan
cerita, konflik, dan ending secara
singkat.
Begitu kertas dibagikan dan waktu start diserukan, semua khusyuk menulis.
Lima belas menit berlalu. Kalau ditotal semua sinopsis yang terkumpul, ada
sekitar 100-an. Namun, saya terpaksa menggunakan cara penilaian cepat karena
keterbatasan waktu. Di awal sesi praktik, saya telah mengumumkan bahwa saya
akan menilai 15 sinopsis yang pertama kali diserahkan kepada panitia. Dari 15
itu saya akan memilih 3 sinopsis yang paling menarik untuk menerima hadiah buku
dari saya.
Adli in action |
Demi mengisi waktu 15 menit untuk
saya menilai, saya menantang mereka menampilkan kemampuan stand up comedy. Majulah satu orang siswa bernama Adli ke atas
panggung. Ruang auditorium mendadak riuh oleh tawa. Adli tampil memukau dengan
guyonan-guyonan dalam aksi panggungnya. Saya yang sedang menilai sinopsis
peserta pun sesekali ikut tertawa. Luar biasa! Saya pikir siswa-siswi SMA
Negeri 1 yang dipilih untuk mengikuti workshop
ini adalah anak-anak seriusan. Tenyata tebakan saya salah total. Rasa humor mereka
renyah dan mampu mengocok perut selama 15 menit itu.
Inilah tiga peserta yang menulis sinopsis terkeren |
Satu lagi yang bikin saya kagum.
Awalnya saya tidak mengira kalau Adli termasuk salah satu penulis sinopsis yang
saya seleksi. Sinopsis Adli menjadi salah satu yang terpilih bersama dua
sinopsis karya temannya. Bukan hanya humoris, Adli juga jago bikin sinopsis
cerita yang keren.
Sesi
foto-foto yang tidak lengkap
Biasanya, di setiap akhir mengisi
pelatihan menulis maupun mengisi acara parenting,
panitia menyediakan waktu untuk foto bersama dengan peserta. Mungkin karena
waktunya sangat sempit, maka ketika saya mengakhiri sesi workshop, peserta meninggalkan auditorium satu per satu. Tinggalah
beberapa panitia (termasuk guru penanggung jawab) dan peserta yang masih
bertahan dalam ruangan. Mereka menyempatkan diri meminta saya untuk berfoto
bareng menggunakan hape mereka. Jadi, maaf … kalau tidak ada foto saya khusus
bersama semua peserta workshop.
*agak-agak menyesal tapi tetap puas kok*
Siswa dari SMA Negeri 14 Bekasi minta foto bareng saya :) |
Ssst ... saya dicegat sama tiga dara ini. Hahaha .... |
Saat keluar dan ingin meninggalkan
auditorium, saya kembali dicegat oleh tiga siswi SMA Negeri 1 Bekasi. Ternyata
mereka sengaja menunggu saya keluar untuk bisa diajak foto barsama. Mereka ini
teman-teman seangkatan Khalid, putra saya. Bisa dibayangkanlah, sesi foto itu
diwarnai ekspresi malu-malu. *ngikik dalam hati*
Inilah cerita saya saat mengisi workshop kepenulisan di SMA Negeri 1
Bekasi. Walaupun mungkin tidak ada yang baru, semoga tetap ada rasa senang saat
membacanya.
Salam literasi! [Wylvera W.]