Kamis, 04 September 2014

Ibu Arulita Mirza Adityaswara


“Passion Saya Lebih pada Dunia Kreatif Tekstil Indonesia”

Arulita Handayani (doc. pribadi)
            Pertama kali kami berjumpa dengan sosok perempuan yang ramah ini, kesan smart sangat terpancar dari tutur katanya yang tertata rapi dan sistematis. Perempuan yang merasa aman menggunakan warna beige, navy blue, hitam dan putih ini adalah sosok yang selalu setia mendampingi sang suami, Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Sambutannya yang sangat bersahabat membuat kami ingin menggali lebih jauh tentang beliau.

Buah Pengalaman Masa Kecil
            Lahir di Menado dan diberi nama lengkap Arulita Handayani oleh kedua orangtuanya, perempuan yang gemar mengoleksi buku-buku masakan terbaik ini adalah anak tertua dari tiga bersaudara. Ibu Arulita menikmati masa kecilnya di Palembang. Selama sembilan tahun mengikuti orangtua yang harus berpindah-pindah tugas sebagai pegawai negeri di PLN. Sejak SMP, SMA dan kuliah, diselesaikannya di Jakarta.

Koleksi batik Ibu Arulita (doc. pribadi)
            Duduk di salah satu ruang dalam rumahnya, mata kami langsung tertuju pada lemari yang memuat koleksi batik dan rupa-rupa barang antik tersebar rapi di segala ruang. Ketika ditanya tentang koleksinya, Ibu Arulita langsung antusias menjelaskan. “Passion saya itu memang lebih pada dunia kreatif dan wastra atau kain Indonesia, karena kain Indonesia itu luar biasa. Menurut saya, salah satu negara terkaya akan kain adalah Indonesia. Begitu hebatnya koleksi kain kita. Saya suka mengeksplore dan mencari-cari kain tua. Semua itu saya lakukan selain untuk melengkapi pengetahuan juga untuk koleksi sendiri,” ujarnya bersemangat sambil mengeluarkan beberapa koleksi batik kuno miliknya.
Koleksi batik lain milik Ibu Arulita (doc. pribadi)
            Munculnya keinginan untuk mengetahui seluk-beluk tekstil Indonesia bukan tanpa alasan. “Melihat kecintaan kedua orangtua terhadap keramik dan kain kuno sejak saya kecil, memberikan pengaruh yang sangat besar bagi saya. Pendidikan yang sangat berharga sebagaimana pendidikan formal saya lainnya. Dari sanalah saya akhirnya ikut menyenangi dan ingin terus menggali lebih jauh tentang tekstil, baik tenun, songket ataupun batik,” ungkapnya memberi jawaban akan hobi dan kegemarannya itu.
Koleksi batik yang sangat terawat milik Ibu Arulita (doc. pribadi)
            Penjelasan itu sangat terdukung karena dengan muatan pengetahuannya tentang batik, Ibu Arulita sangat menguasai betul cara pengerjaan batik hingga ke bagian titik-titik terkecil  ( yang sudah sangat jarang dilakukan oleh pembatik saat ini ) pada motif batik koleksinya. Semua yang diperolehnya dari pengalaman masa kecil membawanya pada pengalaman hidup yang sangat berharga. Setelah sempat selama 17 tahun bekerja di dunia korporasi serta menjabat sebagai Direktur Utama Pasaraya Nusakarya, saat ini Ibu Arulita memiliki banyak waktu untuk keluarga dan meneruskan kecintaannya pada wastra Indonesia serta industri kreatif. Menurutnya, wastra atau kain Indonesia memiliki catatan sejarah yang sangat berharga. Cermin budaya dan peradaban bangsa yang besar. “Suami dan anak-anak memberikan dukungan mereka dengan membebaskan, memahami dan kadang menemani saya dalam ‘dunia seni’ yang bizzare dan sulit mereka mengerti,” imbuhnya dengan bijaksana.

Menikmati Kebersamaan Dengan Keluarga
            Ibu Arulita adalah mantan mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Di sanalah beliau bertemu dan kenal dengan belahan jiwanya, Mirza Adityaswara karena mereka teman seangkatan di jurusan tersebut. Pertemuan yang akhirnya membawa pasangan harmonis ini ke jenjang pernikahan dan telah diarungi selama 22 tahun. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua orang putra. Yang tertua, Kemal Razindyaswara, saat ini menempuh kuliah di National University of Singapore (NUS). Sementara anak kedua, Nabil Harindyaswara masih duduk di kelas 3 SMA 8 dan saat ini sedang menempuh foundation studies di Trinity College, Melbourne.
            Ketika ditanya tentang passion masing-masing, Ibu Arulita mengatakan, “Meskipun kami berdua memiliki latar belakang pendidikan yang sama, kegiatan dan passion kami sangat berbeda. Suami saya menyenangi hal-hal serius tentang ekonomi dan moneter, sedangkan saya mencintai hal-hal yang berkaitan dengan seni, dunia kreatif dan fashion. Mungkin perbedaan itulah yang menjadikan komunikasi kami berdua menjadi unik.”
Ibu Arulita dan keluarga tercintanya (doc. pribadi)
            Disinggung tentang anak-anak, perempuan pencinta makanan khas (dari tempat-tempat yang paling sederhana) ini mengatakan beliau percaya bahwa yang paling dibutuhkan oleh anak-anak kita adalah kasih sayang yang tulus, pelukan dan doa. Menurut beliau, rumah adalah tempat terbaik bagi anak-anak untuk belajar dan tumbuh dengan nilai-nilai kehidupan yang dicontohkan oleh orangtua dan menjadi modal utama mereka kelak.
            Ditanya tentang harapannya terhadap jabatan suami, perempuan yang juga mengagumi para ibu yang masih menjaga dan meneruskan kekayaan kuliner otentik Indonesia ini mengatakan, “Setiap jabatan yang dipercayakan kepada suami, kami sekeluarga menerimanya sebagai sebuah amanah dan kehendak Allah SWT. Saya mendampingi dan selalu mendoakan semoga suami saya dapat memberikan pengabdian terbaiknya bagi Bank Indonesia dan juga keluarga besar BI.”

Tentang Perempuan dan Pendidikan
            Saat ditanya tentang tema Majalah Insani di edisi ini, perempuan yang mengatakan bahwa semua ibu adalah chef hebat dan living heritage bagi bangsa ini, memberikan tanggapannya yang cerdas. Menurutnya, institusi pendidikan terbaik dan terkemuka di dunia tidak lagi menjadikan perbedaan gender sebuah isu. Di Indonesia, kesempatan mendapatkan pendidikan terbaik bagi perempuan juga sama besarnya dengan kesempatan bagi pria. Dalam pendidikan, kaum perempuan memegang kunci kendali terhadap dirinya sendiri sejauh atau setinggi apa pun cita-cita dan impiannya. Dengan kemajuan teknologi, banyak kesempatan belajar yang dimungkinkan untuk diperoleh secara online dimanapun kita berada, bahkan tanpa meninggalkan rumah sekalipun.
            “Perempuan saat ini memiliki tantangan peran yang multifaceted, menjadi sahabat dan pendamping tak tergantikan bagi suaminya, pendidik dan sumber kekuatan terbaik bagi anak-anaknya, serta menjadi warga negara yang kreatif sekaligus menginspirasi,” rincinya detail.

Tentang PIPEBI dan Insani
            Menurut perempuan yang juga menyukai warna mustard yellow, mint green, dan coral ini bahwa dalam sejarah Indonesia, organisasi kewanitaan memiliki peran yang penting terutama dalam upaya membangun kesadaran kebangsaan, mencerdaskan, dan meningkatkan keterampilan wanita. “Semoga PIPEBI dapat menjadi pengikat silaturahmi, penjaga kekayaan budaya bangsa, dan menjadi bagian dari kemajuan Bank Indonesia,” pesannya penuh harap.
Berbagi pengetahuan tentang detail motif batik (doc. pribadi)
            Sementara terhadap Majalah Insani, Ibu Arulita Mirza Adityaswara mengatakan bahwa dalam perjalanan menemani suaminya ke perwakilan Bank Indonesia di berbagai daerah, beliau mengetahui jika majalah ini adalah media komunikasi dan informasi yang ditunggu oleh anggota PIPEBI. “Semoga Majalah Insani dapat terus menjadi sumber inspirasi sekaligus menghibur. Memperkaya fotografi dapat menjadi sebuah kekuatan mewakili ribuan kata-kata. Lihatlah bagaimana instagram yang notabene hanyalah kumpulan foto, dalam waktu singkat menciptakan perilaku baru di dunia,” pungkasnya mengakhiri bincang-bincang kami. [Wiwiek Indra Gunawan a.k.a Wylvera W./Majalah Insani edisi 23/TH VIII/April 2014]


LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...