Minggu, 28 Oktober 2012

Peresmian Gerakan Indonesia Berkibar



        Siang itu, 28 Oktober 2012 yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, di Museum Arsip Nasional, Jakarta, digelarlah acara Peresmian Gerakan Indonesia Berkibar. Saya dan beberapa perwakilan dari Kumpulan Emak-emak Blogger turut hadir di acara tersebut. 
Museum Arsip Nasional
Meja Registrasi
            Kedatangan kami disambut oleh beberapa penerima tamu di pintu museum. Mereka mempersilahkan kami untuk melakukan registrasi di meja tamu. Setelah itu, kami diminta untuk berpose sejenak dengan backdrop Gerakan Indonesia Berkibar.

         Sebelum memasuki ruang acara, kami masih diminta untuk membubuhkan tanda tangan di kain rentang yang berisikan tanda tangan tamu-tamu yang hadir. Wah! Bangga rasanya bisa ikut menyumbangkan tanda tangan bersama tamu-tamu penting lainnya.
Lihat! Ada tandatanganku di situ! :)

          Usai membubuhkan tanda tangan, kami pun kembali diarahkan ke lokasi acara dengan gelaran karpet merah serta para paskibra yang berdiri sebagai among tamu. Mereka terlihat begitu gagah, mencerminkan generasi bangsa yang berkharisma. 
    Kaki kami pun melangkah anggun mengikuti bentangan karpet merah bak tamu kehormatan yang mengarah ke ruang acara.
 
Karpet merah menuju tempat acara
Di sana ternyata sudah ada beberapa tamu yang hadir dengan balutan busana batik, yang menjadi dress code acara tersebut. Acara tak langsung dibuka. Sambil menunggu para tamu kehormatan dari kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya, kami disuguhi alunan tembang-tembang nasional dengan iringan orkestra mini. 
Hampir semua memakai batik
Pukul  15.00 WIB acara yang dihadiri oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Putra Sampoerna Foundation, LSM, Akademi Berbagi, dan segenap tamu undangan dari instansi yang mendukung Gerakan Indonesia Berkibar ini pun dibuka oleh Tengku Malinda selaku MC di acara tersebut. Pembukaan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan penayangan video tentang Gerakan Indonesia Berkibar.

Tengku Malinda (MC)
Bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya
Pemutaran video tentang GIB

Mengenai Gerakan Indonesia Berkibar
            Dalam sambutannya, Shafiq Pontoh selaku Ketua Komite Gerakan Indonesia Berkibar memaparkan tentang latarbelakang berdirinya Gerakan Indonesia Berkibar. Dari paparan tersebut saya merekam beberapa hal penting tentang Gerakan Indonesia Berkibar. Salah satunya bahwa Gerakan Indonesia Berkibar didirikan sebagai wujud kepedulian terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.
Shafiq Pontoh
            Indonesia memiliki penduduk lebih dari 230 juta jiwa. Namun, pendidikan masih menjadi barang mewah bagi sebagian besar masyarakatnya. Hal ini bisa dilihat dari data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2011 yang mencatat bahwa tidak kurang dari setengah juta murid SD serta sekitar 200 ribu murid SMP tidak mampu meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kondisi ini menempatkan Indonesia di peringkat yang rendah menurut indeks pembangunan versi UNESCO. Education Development Index Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara.
            Kenyataan yang memprihatinkan tentang dunia pendidikan inilah yang melatarbelakangi dicetuskannya Gerakan Indonesia Berkibar pada tahun 2012. Gerakan Indonesia Berkibar adalah sebuah gerakan nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui perbaikan kualitas guru dan sekolah. Untuk merealisasikan niat tersebut, Gerakan Indonesia Berkibar bertujuan menyatukan berbagai lapisan masyarakat yang dapat berkontribusi dengan kategori sebagai pendukung, mitra, influencer, dan fasililator yang memiliki peranan dan fungsi yang saling melengkapi dalam gerakan ini.
            Gerakan Indonesia Berkibar mencanangkan empat program dalam prakarsanya: 
1.   Peningkatan profesionalisme guru.
Memprekenalkan pengetahuan dan keterampilan menyangkut profesionalisme mendasar dan masalah   pedagogi bagi para guru. 
2.  Kepemimpinan pendidikan dan manajemen sekolah.
   Meluaskan perspektif para pendidik mengenai profesionalisma  dan bagaimana kepemimpinan           digerakkan untuk meningkatkan hasil pembelajaran di sekolah. 
3.  Tata kelola sekolah.
   Menggali paradigma-paradigma baru dalam tata kelola sekolah yang mencakup kepemimpinan, budaya sekolah, dan strategi pengembangan profesional untuk pendidik. 
4.   Program lanjutan.
     Program ini mengembangkan kapasitas para guru dan kepala sekolah atau komunitas sekolah dalam area spesifik. Sejak dibentuk, kiprah GIB memang tidak main-main dalam mengentaskan keterbelakangan pendidikan di tanah air ini. Bersama seluruh lapisan masyarakat, GIB bergandengan tangan untuk mewujudkan program-progamnya.
     Selepas sambutan ketua Komite GIB, acara dilanjutkan dengan pembacaan Deklarasi Gerakan Indonesia Berkibar oleh Alissa Wahid, Alexandra Asmasoebrata, dan Iman Usman.
Pembacaan Deklarasi


Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
     Sambutan berikutnya disampaikan oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh. Beliau memberikan penghargaan khusus atas terbentuknya Gerakan Indonesia Berkibar.
Dalam sambutannya, M. Nuh mengatakan bahwa dunia pendidikan itu memiliki paling tidak tiga ciri khas. Pertama, kompleks, karena di dalamnya itu ada unsur manusia dan manusia itu sendiri kompleks, apalagi jika digabung menjadi sekian banyak manusia. Kedua, pendidikan terkait dengan masa depan. Kita butuh sekolah bagus karena terkait dengan kepentingan masa depan. Ketiga, pendidikan adalah sesuatu yang mulia karena tujuannya adalah memanusiakan manusia. Dan M. Nuh menambahkan satu lagi ciri khas dari pendidikan, bahwa pendidikan juga butuh waktu sesuai dengan jenjangnya. Dengan kekompleksitasan inilah maka pendidikan tidak bisa hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja. Oleh karena itu, setiap gerakan masyarakat yang bertujuan untuk mengatasi masalah pendidikan, pemerintah tidak hanya berterimakasih tapi ikut mendukung sepenuhnya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Gerakan Indonesia Berkibar.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Menurut M. Nuh, Indonesia akan menjadi negara besar, ini dapat dilihat dari tanda-tanda yang sudah ada. Gerakan Indonesia Berkibar menjadi solusi untuk memberi peran terhadap masalah pendidikan. Ditambahkannya lagi, bahwa orang cerdas itu memiliki empat ciri: 
1.  Mindsetnya selalu “how to solve probelm”.
Dia mampu memecahkan persoalan bukan mempersoalkan persoalan atau lari dari persoalan.
2. Memiliki fungsi cost effectiveness.                                                               
Cost effectiveness mencakup pemecehan persolan baik itu dalam skala pribadi maupun skala bangsa, entah itu yang mencakup biaya politik, sosial, ekonomi, maupun pribadi. 
3. Tidak menabrak rambu-rambu. 
4.  Ketepatan waktu.
Puncak acara ditandai dengan prosesi peresmian Gerakan Indonesia Berkibar oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. 

 


Pembacaan doa
Berfoto bersama
Sebagai penutup rangkaian acara, diakhir dengan pembacaan doa dan ramah tamah. Sebelum benar-benar meninggalkan tempat acara, para tamu masih disuguhi oleh hidangan prasmanan dengan iringan lagu dan musik.
Orkestra mini
Hidangan prasmanan

Emak-emak blogger
Di kesempatan ini, saya dan perwakilan KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger) menyempatkan diri untuk mengabadikan momen. Dan ini foto-foto kebersamaan kami di acara tersebut.
KEB bersama Tengku Malinda

KEB bersama Alexandra

Depan backdrop
Meskipun ada sedikit rasa kecewa di hati saya karena Bapak Presiden batal hadir untuk meresmikan Gerakan Indonesia Berkibar, namun jauh di lubuk hati, saya tetap merasa senang bisa hadir di acara ini. Semoga apa yang dicanangkan oleh Gerakan Indonesia Berkibar dalam peresmiannya  ini dapat terealisasi dengan baik, sehingga masalah pendidikan tak lagi menjadi barang mewah di negeri ini. [Wylvera W.]
           

Sabtu, 27 Oktober 2012

Memetik Hikmah dari Berqurban

             Baru saja kita melewati hari raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1433 H, atau tanggal 26 Oktober 2012 yang lalu. Pada hari itu kita disunnahkan untuk berqurban (bagi yang mampu). Dari keikhlasan berqurban tersebut, tentunya kita dapat merasakan berbagai hikmah. Salah satu hikmah yang bisa kita rasakan adalah bentuk keikhlasan dan semangat berbagi bagi sesama.

           Dalam hadits qudsi, Allah menyatakan bahwa Dia sangat cinta kepada hamba yang suka menjalankan amal-amal sunnah, sehingga manakala Allah telah mencintai hamba tersebut, Dia akan menjaga matanya, pendengarannya, tangan, dan kakinya. Semua anggota tubuhnya akan terjaga dari maksiat dan pelanggaran. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori dari Abu Hurairah RA. Subhanallah....
            Dari sekian banyak sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, adalah melakukan qurban, yaitu menyembelih binatang ternak, berupa onta, atau sapi (lembu) atau kambing dengan syarat dan waktu yang tertentu. Bahkan kesunnahan berqurban ini adalah sunnah muakkadah, artinya kesunnahan yang sangat ditekankan dan dianjurkan.
 
                      

       Sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim dalam Shohihnya dari Anas bin Malik, beliau berkata :
“ Rasulullah saw berudhiyah (berkurban) dengan dua kambing putih dan bertanduk, beliau menyembelih dengan tangan beliau sendiri yang mulia, beliau mengawali (penyembelihan itu) dengan basmalah kemudian bertakbir …”
      Tapi hendaknya kita mengetahui bahwa kesunnahan qurban adalah untuk umat Nabi Muhammad saw, sedang bagi beliau justru adalah sebagai kewajiban, ini termasuk sekian banyak kekhususan yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah saw.
       Bahkan qurban telah menjadi salah satu ritus dalam sejarah pertama manusia. Seperti dikisahkan dengan jelas dalam AI-Quran surah Al-Maidah ayat 27 mengenai prosesi qurban yang dilakukan oleh kedua putra Nabi Adam AS, qurban diselenggarakan tiada lain sebagai refleksi syukur hamba atas segala nikmat yang dianugerahkan Tuhannya, di samping sebagai upaya taqarrub ke hadirat-Nya.

Hikmah yang bisa kita ambil dari qurban adalah:
Pertama, untuk mengenang nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim dengan digagalkannya penyembelihan putranya, Ismail AS, yang ditebus dengan seekor kambing dari surga.
Kedua, untuk membagi-bagikan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia saat Hari Raya ‘Idul Adha, yang memang menjadi hari membahagiakan bagi umat Islam, agar yang miskin juga merasakan kegembiraan seperti yang lainnya. Sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw (artinya): “Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah” (HR. Muslim)
Ketiga, untuk memperbanyak rezeki bagi orang yang berqurban, karena setiap hamba yang menafkahkan hartanya di jalan Allah akan mendapatkan balasan berlipat ganda.
      Qurban yang disertai ketulusan tidak mengharapkan balasan kebaikan dari pihak lain yang ikut menikmati milik kita yang kita jadikan qurban. Ketulusan berqurban hanya mengharapkan ridla Allah SWT, dengan keyakinan, bahwa Allah akan mencatat setiap pengurbanan, apalagi pengurbanan yang dirahasiakan. Qurban merupakan media untuk bersyukur atas nikmat pemberian Allah. Gemar bersyukur menghasilkan suasana batin yang lapang dan sabar serta terjauh dari perilaku suka mengeluh. Sebaliknya, orang yang suka mengungkit kebaikannya kepada orang lain menandakan bahwa qurbannya masih semu, belum tulus. Qurban bukan dirasakan sebagai syukur, tetapi show agar dianggap orang hebat di mata orang banyak. Sikap seperti ini takkan menghasilkan apa-apa kecuali ria.

            Hari raya Idul Adha, diperingati setahun sekali, tapi semoga semangat berqurban bisa terus terefleksi dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari berqurban dengan hati yang tulus ikhlas demi mencapai ridho Allah SWT.

Note: Hadist dan beberapa keterangan berqurban dikutip dari beberapa sumber.


Kamis, 25 Oktober 2012

Belanja di Pasar Tradisional

(Mengumpulkan kisah-kisah ringan dari kehidupan nyata)

            Pagi itu pasar Rawa Lumbu lebih ramai dari biasanya. Maklum saja, setiap hari libur, seolah-olah semua anggota keluarga ingin berbelanja bersama, terutama pasangan suami istri yang sehari-harinya bekerja. Tapi, kebetulan saya sendiri tak ditemani suami. Hehe....
           Selesai membeli semua keperluan dapur yang sudah tercatat rapi sejak semalamnya, saya memilih rehat sebentar sambil menikmati lontong sayur si Ajo. Sambil menyantap semangkuk lontong sayur, saya kembali mengamati orang-orang yang lalu-lalang. Belakangan ini kegemaran saya bergeser jadi senang mengamat-amati, mencoba menyimak kehidupan orang kebanyakan.
      “Huuuuu…woaaa…gendong…gendong,” tangis seorang anak perempuan kira-kira berumur 3 tahunan sambil mengikuti ibunya.
       “Mamaaa…huuu…wooaa...gendooong!” teriaknya dengan tangisan yang lumayan keras. Sebagian orang menaruh perhatian, tapi sebagian tak peduli melihat pemandangan itu.
        “Enggak! Makanya disuruh tinggal di rumah, nurut! Badan segede itu minta gendong. Manja ah!” jawab sang ibu kesal tanpa menoleh ke belakang.
           “Gendooong!!!” kata si anak lagi lebih kencang.
         “Udah gendut minta digendong, gimana si kamu?! Ibu gak kuat, badan kamu itu gendut tau!” jawab si ibu semakin marah.                                                                                            
       Aku heran, mengapa ibu anak itu terus-menerus mengumpat masalah kegendutan si anak? Bukankah bobot si anak bertambah itu karena si ibu juga? Anak itu tumbuh subur, gendut dan padat berisi, karena ibunya berhasil memberikan makanan yang pas buat pertumbuhannya. Tapi, mengapa setelah menjadi gendut, si ibu malah seolah-olah menyesali dan bolak-balik seperti mengejek kegendutan anaknya?
          Tiba-tiba si anak menghempaskan badannya ke jalan.
        “Eeeeh malah duduk di jalan. Bu, anaknya ngambek tu!” teriak seorang ibu penjual ikan asin.
       “Biarin! Ditinggal biar tau rasa! Udah gendut, minta digendong lagi emangnya gak berat apa?!” kata si ibu acuh dan kembali mempersoalkan masalah yang sama, gendut.  
     “Dek, ditinggal mamanya itu...ayo berdiri.” Akhirnya aku tak kuat untuk sekedar jadi pengamat. Tapi, ada sedikit khawatir juga. Jangan-jangan ibu si anak tak senang dengan intervensiku. Namun, aku coba membujuk anak yg bertubuh subur itu.
       “Berdiri!!” Tiba-tiba si Ibu sudah berdiri di belakangku. Anak itu berdiri sambil melihatku. Kusempatkan mengelus kepalanya, karena dari tadi ibunya tak sempat melakukannya. Dalam hati aku berdoa, “Semoga amarah Mama mu gak berlanjut sampai di rumah ya dek.”
      Dari kejadian yang lumayan menyita waktuku untuk segera pulang, telah memberi satu pelajaran lagi. Bahwa, tak ada seorang anakpun yang merasa nyaman jika diperlakukan sekasar itu oleh orangtuanya, apalagi ibu nya sendiri. Ini mungkin saja akan membekas pada perkembangan jiwanya. Membujuk anak, tidaklah menjadi membuat harga diri kita jatuh di depan anak. Membujuk sesekali dibutuhkan agar anak merasa dilindungi dan diperhatikan, bukan seperti kejadian tadi.
         Satu hal yang membuatku bisa meng-introspeksi diri yaitu tentang julukan “si gendut” tadi. Kadang aku juga suka bercanda dengan anak perempuanku dengan menyebutnya “si bulat” dan anak laki-lakiku dengan mencandainya dengan sebutan “si culun.”
         Meskipun apa yang aku lakukan dalam konteks bercanda, bukan marah, namun tetap saja itu ternyata tak nyaman didengar. Aku harus melupakan untuk menyebut anakku bulat dan tetap memanggilnya “Mira” saja, atau culun dengan memanggilnya “Khalid” saja.

Bekasi, Maret ‘09
Dicopas dari MPku

Rabu, 24 Oktober 2012

Hijab Hunt 2012, Ajang Kreativitas Berhijab



          Senang rasanya diundang dalam acara bertajuk “Hijab Hunt 2012”. Acaranya berlangsung di Demang Restaurant & Coffee Lounge Gedung La Mounte – Sarinah, Jl. H. Agus Salim No. 60. Menteng Jakarta Pusat.
       Malam itu, selepas Maghrib, saya termasuk tamu undangan yang lebih awal datang dibanding yang lainnya. Saya ikut mewakili Kumpulan Emak-emak Blogger bersama Mira Sahid, Nunik, Fiki, dan Mbak Sumarti. Selama menunggu acara dibuka, Mas Karel yang menjadi MC acara mempersilahkan para undangan untuk mencicipi hidangan makan malam yang lezat.
     Sambil menikmati makanan, dan menunggu teman-teman lainnya, mata saya kembali merekam penampilan tamu-tamu yang hadir. Wah! Para Hijaber yang hadir tampil cantik sekali dengan style hijab mereka.


       Akhirnya, teman-teman dari KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger) pun tiba di lokasi. 


      Acara makan malam juga diiringi oleh musik dan nyanyian. MC memancing para tamu yang ingin menyumbangkan lagu sebelum acara dibuka. Dan, majulah saya sebagai penyumbang lagu pertama di acara itu. 

Tak bisa ikut fashion, nyanyi pun jadi. :)
        Kembali ke tema acara “Show Your Style Night, Hijab Hunt 2012” yang digelar oleh detikForum ini memberi kesan tersendiri buat saya. Penampilan para muslimah malam itu kembali membuktikan, bahwa dengan berhijab, perempuan muslim tak akan mati gaya. Justru, mereka semakin terlihat berkelas dan bisa tampil anggun tanpa harus mempertontonkan aurat.
      Dari keterangan MC, lomba ini (Hjiab Hunt 2012) ternyata banyak menuai respon dari peserta. Ini terbukti dari jumlah pendaftar yang mencapai 3456 peserta. Jumlah yang bombastis! Namun, juri harus memilih 50 finalis melalui seleksi ketat. Penilaiannya sendiri menurut Dian Pelangi (desainer dan model muslimah), didasarkan pada gaya pakaian dan style yang dikenakan para peserta.

Dian Pelangi


         Malam itu, di Demang Cafe diumumkanlah pemenang Hijab Hunt 2012. Dari 50 finalis yang terpilih di Hijab Hunt 2012, inilah nama ketiga pemenangnya:
       
    Shella Alaztha (20 tahun).
              Peserta asal DKI Jakarta. Shella terinspirasi gaya berjilbab Dina Tokio dan Indah Nada Puspita yang memiliki style simpel, unik, cantik, dan elegan.
     

       
     Syarifah Aulia Fitri (24 tahun).
                  Berasal dari DKI Jakarta. Pemenang kedua ini menemukan ide dan gaya kreasi berhijabnya dari blog, youtube, majalah, tivi, dan orang-orang yang mengenakan hijab yang pernah dia jumpai.


    Apina Nahdi (18 tahun)
           Gadis asal Jawa Barat ini terinspirasi oleh gaya berhijab Dian Pelangi, yang selalu bisa tampil fashionable tanpa mengabaikan kaidah syariat Islam.

    Acara malam itu semakin hangat karena diisi atraksi pencak silat oleh Apina Nahdi, juara ketiga Hijab Hunt 2012. Tak disangka dengan tampilannya yang anggun di seleksi Hijab Hunt, Apina juga seorang atlet.
     


              Tak hanya diisi dengan penampilan para pemenang dan alunan lagu serta musik, panitia juga menggelar lomba kreasi berhijab yang diikuti oleh tiga pasang peserta. Mira Sahid, Nunik Utami, dan Ani Berta, mewakili Emak-emak Blogger. Sementara penilaian langsung oleh juri Dian Pelangi dan Shella Alaztha. 


    Pemenang 1

    Pemenang 2 (Nunik dengan hasil rancangan Nenden)
     
    Pemenang 3 (Ani Berta dengan hasil rancangan Mira Sahid)
           Sayang, saya tak menuntaskan menonton acara Hijab Hunt 2012 hingga akhir, namun saya tetap merasa puas. Salah satu manfaat yang saya bawa pulang adalah keterampilan mengenakan hijab yang tak monoton namun tetap menutup aurat dengan baik, serta keluwesan dalam memakainya. [Wylvera W.]

    LinkWithin

    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...