Peta posisi pasukan musyrik Quraisy dan muslim saat terjadi perang |
“Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang
mencintai kami dan kami juga mencintainya.” (HR. Al – Bukhari).
Alhamdulillah, wasyukurillah. Setelah selesai melaksanakan ibadah haji, kami diberi kesempatan mengunjungi
beberapa tempat bersejarah. Termasuk berziarah ke makam para Syuhada Uhud yang letaknya
tak jauh dari Jabal Uhud (Gunung Uhud).
Jabal Uhud adalah gunung batu
berwarna kemerahan yang letaknya terpisah dari bukit-bukit lainnya. Jabal Uhud
merupakan sekelompok gunung yang tidak bersambungan dengan gunung lainnya
seperti gunung-gunung yang ada di Madinah. Oleh sebab itu, penduduk Madinah
menyebutnya Jabal Uhud yang artinya “bukit menyendiri”.
Jabal
Uhud merupakan salah satu tempat istimewa di kota Madinah yang letaknya berada
di bagian Utara dari Masjid Nabawi dengan jarak sekitar 4,5 kilometer. Panjang
Gunung Uhud sendiri mencapai 8 km dengan lebar sekitar 2 – 3 km. Ketinggian
puncaknya mencapai sekitar 1.077 meter di atas permukaan laut.
Mengapa Jabal Uhud menjadi salah
satu lokasi yang dianjurkan untuk diziarahi saat berhaji maupun berumrah? Ada peristiwa
bersejarah yang ditandai oleh sebuah makam para Syuhada di tempat itu. Dari
tempat itu pula umat muslim bisa memahami sejarah perjuangan Rasulullah saw dalam menegakkan Islam dan mengambil hikmah untuk dijadikan pelajaran.
Perjalanan kami dari hotel menuju Jabal Uhud tidak hening begitu saja. Ustad yang mendampingi para jama’ah mengisinya dengan mengisahkan sejarah
Perang Uhud yang terjadi pada bulan Syawal tahun ke-3 Hijriyah. Saya yang pernah membaca kisahnya kembali merasa tegang,
marah, dan sedih saat membayangkan peristiwa itu. Betapa beratnya perjuangan Rasulullah saw dalam menyebarkan Islam di zaman itu. Begitu banyak kebencian dan fitnah yang akhirnya memuncak pada peperangan.
Posisi Jabal Uhud (foto: doc pribadi) |
Persiapan
menghadapi Perang Uhud
Bermula dari kekalahan kaum kafir Quraisy di
Perang Badar. Kekalahan kaum kafir Quraisy di Perang Badar ternyata
meninggalkan dendam yang mendalam. Mereka akhirnya kembali mempersiapkan diri
untuk membalaskan dendam itu. Kafir Quraisy melakukan persiapan
yang lebih matang. Mereka membuka kesempatan kepada orang-orang untuk menjadi
sukarelawan, termasuk melibatkan kabilah-kabilah Arab di luar kabilah Quraisy
yang bergabung dengan orang-orang Quraisy. Total pasukan yang mereka siapkan
berjumlah 3000 orang, ditambah 200 kuda, dan 700 tameng. Para wanita juga ikut
serta bersama mereka sebagai penyemangat perang. Pasukan mereka
dipimpin oleh Abu Sufyan dengan kesatria-kesatria dari Bani ‘Abdu ad-Daar
sebagai pembawa panjinya menuju Madinah.
Sementara suasana di Madinah semakin
mencekam. Pihak Rasulullah saw. yang telah mendengar kabar itu disibukkan untuk
menghadapi peperangan. Nabi Muhammad saw. pun segera melakukan latihan militer
dengan pasukannya. Rasulullah saw. awalnya mengajukan pilihan, “Apakah hendak
menghadapi musuh di luar atau bertahan di dalam kota?” Rasulullah saw. akhirnya
memutuskan untuk bertahan di dalam kota dengan pertimbangan taktik tersebut
akan lebih optimal.
Muncullah
dua pendapat. Abdullah bin Ubai bin Salul, pimpinan orang-orang munafik (mereka
yang memisahkan diri dari pasukan saat perang akan dimulai), memilih untuk
berdiam dan duduk di rumah hanya demi menghindar dari tuduhan tidak ingin
berperang. Pemuda-pemuda yang semangatnya masih berkobar pasca Perang Badar,
memilih bertempur di luar dan maju ke medan perang.
Jabal Uhud dari posisi makam Syuhada |
Rasulullah
saw. pun akhirnya memenuhi semangat para pemuda itu. Rasulullah saw. membagi
pasukan ke dalam tiga batalion. Pertama, kelompok Muhajirin, panji pasukan
dibawa oleh Mush’ab bin ‘Umair. Kedua, kelompok Aus, panji dibawa oleh Usaid
bin Hudhair. Ketiga, kelompok Khazraj, panji pasukan dibawa oleh Habbib bin
al-Mundzir.
Setelah
sholat Ashar, pasukan Rasulullah saw. yang berjumlah 700 orang pun bergerak
menuju Uhud. Jika dilihat dari perbandingan jumlah pasukan, rasanya mustahil
akan memenangkan peperangan dari kaum kafir Quraisy. Namun semangat telah
berkobar demi membela agama Allah. Pasukan meneruskan langkahnya menuju Jabal
Uhud.
Tergiur
harta rampasan perang
Ketika
tiba di Syi’ab, di celah lembah yang membelakangi Jabal Uhud, Rasulullah saw.
langsung memasang strategi dan posisi. Pasukan sayap kanan ditempatkan di kaki
gunung di bawah pimpinan Abdullah bin Jabir. Sementara di pertahanan sayap
kiri, Rasulullah saw. menempatkan 50 pemanah andal di atas Bukit Rummat.
Rasulullah saw. memberikan amanah kepada ke-50 pasukan pemanah itu.
Rasulullah saw. memberikan amanah kepada ke-50 pasukan pemanah itu.
“Lindungi
kami. Seandainya kalian melihat kawanan burung dari langit menyambar kami, jangan
pernah kalian turun dari bukit!” pesan Rasulullah saw. (HR. Bukhari).
Peperangan
pun tinggal menunggu detik. Pasukan muslim dan kaum musyrik telah saling
berhadapan. Tidak ada rasa gentar sedikit pun yang terpancar dari wajah kaum
muslim walaupun jumlah mereka hanya 700. Sementara, tatapan penuh dendam
terlihat sekali di mata pasukan musyrik Quraisy.
Pertempuran
akhirnya pecah. Jabal Uhud dan area sekitarnya menjadi saksi pertarungan
sengit itu. Suara pedang beradu kian memenuhi udara. Atas izin Allah SWT
akhirnya peperangan sengit yang tidak seimbang itu dimenangkan oleh pasukan
Rasulullah saw. Khalid bin Walid yang saat itu belum masuk Islam, tidak mampu
mengungguli kekuatan Rasulullah saw. dan pasukannya. Kaum musyrik semakin marah
tatkala gemuruh takbir dan Asma Allah digaungkan oleh pasukan Rasulullah saw.
Pasukan
Rasulullah saw memenangkan Perang Uhud. Namun, kemenangan itu tidak bertahan
lama. Pasukan musyrik Quraisy lari tunggang-langgang, termasuk para wanita
yang tadinya ikut menyemangati mereka. Musyrik Quraisy berlarian dan
meninggalkan harta mereka di medan perang. Melihat harta benda yang berhamburan
di tanah Uhud, membuat kaum muslim lengah. Mereka tergoda dengan harta rampasan
perang (ghanimah) itu. Pasukan Rasulullah saw. yang berada di bawah bukit sibuk
mengambil dan mengumpulkan harta musyrik Quraisy itu.
Pasukan
pemanah yang sudah diamanahkan untuk tetap bertahan di atas bukit ikut tergoda
oleh harta-harta itu. Mereka lupa pada perintah Rasulullah saw. Walaupun
Abdullah bin Zubair, panglima pasukan pemanah berulang kali mengingatkan agar
pasukannya tetap menunggu perintah Rasulullah saw, mereka tidak mau
mendengarkannya. Abdullah bin Zubair panik melihat 40 teman-temannya
tergesa-gesa menuruni bukit, demi mengambil harta rampasan perang. Amanah
tinggalah amanah. Pasukan pemanah melanggarnya.
Kekalahan
yang memilukan
Situasi yang
melemahkan pasukan Rasulullah saw itu dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid.
Kalau pernah membaca kisah Khalid bin Walid (yang akhirnya memeluk Islam), beliau
adalah seorang ahli strategi perang yang memimpin tentara berkuda. Sepuluh pemanah
yang tersisa di atas bukit langsung diserang oleh Khalid bin Walid. Setelah
posisi pasukan muslim benar-benar lemah, Khalid bin Walid memerintahkan
pasukannya bergerak mengitari Jabal Uhud. Dari posisi itulah pasukan Khalid
bin Walid menyerang dan membantai pasukan muslim.
Rasulullah
saw dan beberapa pasukan yang tersisa telah benar-benar terkepung. Musyrik
Quraisy terus mendesak dan memfokuskan serangan ke arah Rasulullah saw. Mereka
menyerang Nabi akhir zaman itu hingga benar-benar terdesak. Beliau terjatuh
karena tidak mampu menahan serangan yang bertubi-tubi itu. Gigi seri bagian
bawah Rasulullah pun copot dan kepalanya terluka. Kekalahan yang memilukan pun
dialami pasukan Rasulullah saw.
Sambil
mengusap darah di keningnya, Rasulullah saw., bersabda;
“Bagaimana
mungkin suatu kaum mendapat keberuntungan jika mereka melukai wajah Rasulullah
saw dan memecahkan giginya, padahal dia mengajak memeluk Islam?”
Lalu
Allah SWT menurunkan firman;
“Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam
urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka atau mengazab mereka karena
sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim”. (QS. Ali Imran, 3: 128).
Hamzah
dan Hindun
Dari
beberapa pimpinan pasukan, nama Hamzah bin Abdul Muthalib sangat dikenal di
Perang Uhud. Beliau adalah paman Rasulullah saw. Hamzah bertarung dengan gigih.
Ia berhasil membunuh kaum musyrik dengan tebasan pedangnya. Julukan sebagai
“Singa Padang Pasir” semakin mengukuhkan nama Hamzah. Namun, Hamzah pun
akhirnya gugur pada Perang Uhud. Rasulullah saw. sangat bersedih atas kematian
pamannya itu.
Pada
bagian ini, Pak Ustad mengingatkan kami pada seorang perempuan bernama Hindun
(istri Abu Sufyan). Kematian Hamzah merupakan obsesi Hindun untuk memenuhi rasa
dendamnya. Hindun dendam karena Hamzah telah membunuh ayah dan saudaranya pada
Perang Badar. Hindun pun bersumpah akan memakan jantung Hamzah dan niat itu dilakukannya
atas jenazah Hamzah.
Na’udzubillahimindzalik!
Perasaan
muslim mana yang takkan berdetak marah jika diperdengarkan kembali kisah
kekejaman Hindun ini? Tak ada kata yang pantas selain mengutuk kekejian yang
dilakukan Hindun. Namun, jika kita kembali diingatkan pada Maha Pengampunnya
Allah SWT, hati ini pastilah bergetar hebat menahan tangis. Lembaran hitam yang
pernah dilakukan Hindun binti Utbah di masa Jahiliyah, telah ditebusnya dengan
menjadi muslimah teladan pembela agama Allah SWT. Untuk itu, Allah SWT menjanjikan
surga untuknya. Masya Allah … sungguh Engkau Maha Pengampun ya Tuhanku.
Makam
para Syuhada menjadi saksi Perang Uhud
Kekalahan
pasukan perang dan Rasulullah saw. di Perang Uhud meninggalkan duka yang sangat
dalam. Pasukan muslim yang tersisa akhirnya turun dari bukit dan mencari
teman-teman mereka. Banyak yang terluka maupun gugur di tanah Uhud itu. Jenazah
yang gugur di Perang Uhud akhirnya dimakamkan dekat lokasi perang serta
dishalatkan satu per satu sebelum dikuburkan.
Rasulullah
saw. menguburkan lebih dahulu orang yang lebih banyak hapalan Qur’annya ke
dalam liang lahat. Ada 70 orang yang mati syahid dalam Perang Uhud. Mereka
disebut sebagai Syuhada Uhud. Karena rasa cinta Rasulullah saw yang begitu
besar kepada para Syuhada Uhud, zaman itu hampir setiap tahun beliau berziarah
di Jabal Uhud. Apa yang dilakukan Rasulullah saw kemudian diikuti oleh beberapa
sahabat sesudah beliau wafat.
Makam para Syuhada Uhud |
Saya
memperhatikan tempat pemakaman itu. Tempat pemakaman yang terlihat sangat
sederhana. Hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Pagar itu dipasangi
jeruji, sehingga para jema’ah bisa melihat dari celah-celahnya. Tidak ada batu
nisan sebagai penanda makam masing-masing Syuhada. Hanya makam Hamzah bin Abdul
Muthalib dan Abdullah Jahsyi (sepupu Rasulullah saw) ditandai dengan batu-batu
hitam. Sementara 68 makam Syuhada lainnya berada di sampingnya tanpa tanda.
Rasulullah
saw bersabda;
“Mereka
yang dimakamkan di Uhud tidak memperoleh tempat lain kecuali ruhnya berada di
dalam burung hijau yang melintasi sungai surgawi. Burung itu memakan makanan
dari taman surga, dan tak pernah kehabisan makanan. Para Syuhada itu berkata
siapa yang akan menceritakan kondisi kami kepada saudara kami bahwa kami sudah
berada di surga.”
Maka
turunlah firman Allah yang artinya;
“Dan janganlah mengira bahwa orang yang
terbunuh di jalan Allah SWT itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya
dengan mendapat rezeki.” (QS. Al Imran, 3: 169)
Pagar yang mengelilingi makam Syuhada |
Ketika
berziarah ke Jabal Uhud, kita disunnahkan memberi salam kepada para Syuhada
Uhud serta mendoakannya. Dari kisah Perang Uhud, ada hal yang bisa saya jadikan
pembelajaran, yaitu tentang ketaatan para pengikut Rasulullah saw yang menjadi pasukannya dalam perang itu demi membela agama Allah. Pelajaran lainnya tentu tentang nafsu duniawi, yaitu abai pada amanah karena tergoda pada harta benda
yang tidak ada kekekalan di dalamnya.
Seperti
firman Allah SWT dalam Al Qur’an ketika kegalauan tentang kekalahan itu muncul
sebagai pertanyaan;
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah
(pada Perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat
kepada musuh-musuhmu (pada Perang Badar), kamu berkata, “Dari mana datangnya
(kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.”
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran, 3: 165)
Semoga
catatan yang merupakan bagian perjalanan berhaji saya dan suami ini memberi
manfaat bagi pembaca. Kalau ada yang ingin dikomentari, silakan. Salam. [Wylvera W.]