Awalnya ada keraguan saat keinginan
untuk menggelar kelas menulis buat anak-anak muncul kembali. Hal pertama yang
membuat ragu itu semata-mata hanya karena sebagai penulis cerita anak, saya
merasa tidak produktif setahun belakangan ini. Namun, kecintaan pada kegiatan
mengajar dan berbagi ilmu jauh lebih kuat ketimbang perasaan minder itu, maka
tekat pun dikuatkan.
Seminggu Ramadan sudah berlalu.
Saya menyampaikan usul untuk menggelar pelatihan menulis sebagai pengisi
kegiatan Ramadan anak-anak di Bekasi kepada Mas Herdy Leonardi. Beliau ini
adalah Murabbi anak-anak saya dan sekaligus karyawan di Graha Pesantren Enterpreneur, Rukan Eemerald Blok UF 08, Sumarecon, Bekasi.
Niatan saya disambut baik.
Selanjutnya saya teruskan usulan ini ke Mbak Ratna, istri Utadz Herdy sekaligus
sahabat saya. Mbak Ratna spontan menyambut
dan antusias ingin mengkoordinir acaranya. Saya takjub karena Mbak Ratna bergerak
cepat untuk mendapatkan izin memakai salah satu ruangan yang ada di PE
tersebut. Sementara, saya dengan harap-harap cemas meneruskan niatan ini ke
editor saya (Imran Laha) dari Penerbit Adibintang. Lagi-lagi, dukungan langsung
saya dapatkan. Bahkan penerbit Adibintang mau memberikan hadiah buku-buku kerennya untuk
sesi kuis.
Flyer yang didesain oleh Pak Totok |
Singkat cerita, setelah mendapat
izin tempat di Gedung Pesantren Enterpreneur, saya lagi-lagi didukung oleh PakHaji Toto Usprianto (Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Al Hidayah tempat saya
bermukim) dalam pendesainan flyer.
Begitu pula dengan Mas Yudi yang berbaik hati mendesain x banner untuk hari "H". Masya Allah, hati ini bahagia sekali. Allah begitu Maha Pengasih, sebab dari
awal hingga akhir Dia membentangkan jalan luas demi terwujudnya niatan tulus saya.
Semua demi anak-anak yang berdomisili di Bekasi yang cinta pada dunia menulis.
Cemas
menunggu yang mendaftar
Sejak flyer diposting di facebook
dan Instagram, deg-degan pun dimulai. Hari terus berlalu, sementara tanggal
pelaksanaan semakin dekat (26 Juni 2016). Yang mendaftar baru 8 orang
dari 25 kuota yang disediakan oleh Mbak Ratna selaku koordinator acara. Sampai di
hari Jum’at, 24 Juni 2016, tiba-tiba peminatnya ramai, mencapai 24 orang. Lega
rasanya, karena target kuota akhirnya terpenuhi dan tentu membuat saya semakin
bersemangat ingin berbagi ilmu.
Saya pikir, setelah 24 anak yang
mendaftar, sudah tidak akan bertambah lagi. Ternyata di hari “H” malah berlebih
menjadi 27 anak. Mbak Ratna tidak sampai hati menolak tiga anak yang datang bersama
orangtuanya dan memberikan uang pendaftaran di tempat. Untunglah goodie bag yang disiapkan sengaja
dilebihkan.
X Banner cantik ini hasil desain Mas Yudi |
Awalnya
saya ingin membatasi usia peserta hanya boleh untuk kelas 3 sampai kelas 6 SD
saja. Tapi permintaan para orangtua ternyata tidak bisa kami tolak, sehingga
peserta pun terdiri dari anak kelas 2 SD hingga kelas 3 SMP. Ini membuat saya
harus membongkar materi yang sudah ada di power
point (bekas pelatihan-pelatihan sebelumnya). Saya harus menyeimbangkan
bobotnya supaya bisa dipahami oleh yang kelas 2 SD tapi tidak terlalu ringan
juga untuk yang SMP.
Writing Class pun berlangsung seru
Acara pelatihan digelar di lantai 3
Gedung Pesantren Enterpreneur. Tidak ada eskalator atau lift menuju ke lantai tiga gedung itu. Namun, efek semangat untuk
mendapatkan materi tentang menulis cerita, mengalahkan perasaan bakal mengalami
kaki pegal dan napas ngos-ngosan menuju ruang pelatihan dalam kondisi berpuasa.
“Pfiuuuh! Lumayan ini naiknya, Bu,”
ujar salah satu orangtua peserta yang ikut mengantarkan anaknya ke ruang
pelatihan. Kami akhirnya sama-sama tertawa.
Tekun menyimak |
Senang banget melihat keseriusan mereka |
Setelah semua hadir, saya pun
memulai kelas dengan mengucapkan salam. Sebelum memberikan materi inti, saya memancing
anak-anak dengan beberapa pertanyaan awal. Salah satunya tentang alasan mereka
mau ikut di “Ramadhan Writing Class” bersama saya. Wuaaah…! Saya sumringah ketika mereka antusias
ingin menjawab.
“Saya pengin nulis cerita!”
“Pengin tahu gimana caranya bikin
cerita yang bagus!”
“Mau belajar nulis cerpen!”
"Mau belajar nulis cerpen!" - Naya |
Itu beberapa jawaban yang bikin bibir
saya tersenyum puas dan ingin segera memulai kelas dengan semangat. Saya pun
memperkenalkan diri kepada mereka. Saya sebutkan nama lengkap saya dan
pengalaman yang telah saya peroleh selama menjadi penulis. Semua tekun menyimak
dan sesekali terlihat ekspresi kagum dari wajah dan tatapan mereka. Saya
sengaja melakukan itu agar mereka semakin antusias. Bukan untuk pamer tanpa
alasan.
Demi mencairkan suasana, saya
tiba-tiba meminta mereka menyebut ulang nama lengkap saya. Tawa pun pecah
ketika salah satu anak menyebut nama saya dengan terbata-bata dan kurang tepat.
Akhirnya saya meminta mereka untuk memanggil saya dengan sebutan “Bunda Wiwiek”
saja.
“Tapi kalau kalian nanti pengin cari
buku Bunda di toko buku, jangan cari nama Wiwiek ya. Nggak bakal nemu. Carinya
tetap nama Wylvera W. ya…,” kelakar saya membuat mereka tertawa.
Selanjutnya, materi tentang menulis
pun meluncur satu per satu. Mulai dari menemukan ide, tips memilih ide keren
dari beberapa ide yang muncul di kepala, membuat pohon ide, meringkasnya dengan
membuat contoh dahan dan ranting ide, menentukan karakter tokoh, sinopsis
pendek untuk memandu mereka dalam menuliskan ceritanya, membuat judul yang eye catching, memahami unsur-unsur
penting yang wajib ada dalam cerita pendek hingga penyuntingan dialog-dialog
panjang yang tidak perlu.
Semua berusaha saya sajikan dengan contoh dan
penjelasan yang rinci serta mudah untuk dipahami.Yang paling seru saat membahas tentang karakter tokoh. Muncullah nama-nama Harry Potter, Cinderella, Dory (dari film Finding Dory), Tom and Jerry, Maleficent, sampai Bawang Merah dan Bawang Putih. Beberapa dari mereka ikut mengomentari dan bikin kelas lumayan ramai. Kelas ramai dengan celetukan-celetukan spontan dari mereka.
Sesekali
saya melempar pertanyaan. Mereka pun tetap antusias menjawab. Ketika saya
tanya, apa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang calon penulis yang tidak
boleh ditawar-tawar jika dia memang ingin terjun di dunia menulis? Anak yang
bernama Amara lantang menjawab, “Membaca!” serunya mantap. Luar biasa! Ini
membuktikan kepada saya bahwa anak-anak yang hadir dan ikut pelatihan menulis
ini adalah anak-anak yang sungguh-sungguh ingin belajar menulis cerita. Amara
mewakili teman-temannya dengan membuktikan diri bahwa mereka adalah anak-anak
yang senang membaca juga.
Cinta membuat ending "Cinta dan Es Krim" |
Materi
kembali saya lanjutkan. Setelah menetapkan konflik dan nama tokoh, salah satu
peserta berhasil membuat saya kagum ketika saya memberikan contoh ilustrasi dan
meminta mereka membuat dua kalimat saja dari gambar itu. Dua gambar yang
terpampang di layar infokus (gambar anak perempuan dengan dompet kosong di
tangannya + gambar es krim). Anak yang bernama Cinta membuat cerita singkat tentang
gambar itu dengan ending yang bikin
saya tercengang. Luar biasa, saya sendiri tidak sempat memikirkan akan
menuliskan tentang ending seperti
itu.
“Cinta
sedih karena dia tidak bisa membeli es krim favoritnya. Selain sakit flu, Cinta
juga tidak punya uang. Namun, dia tidak putus asa. Ketika melihat seorang kakek
pemulung yang keberatan memikul kardus-kardus bekas, Cinta menawarkan diri
membantu membawakannya. Sesampainya di gubuk Kakek pemulung itu, Cinta
terkejut. Si Kakek pemulung itu memberinya uang sebagai ucapan terima kasih.
Cinta tidak tega menolaknya. Setelah itu, Cinta pun bisa membeli es krim
favoritnya.”
Amara menjawab pertanyaan |
Laili lupa-lupa ingat jawabannya ^_^ |
Untuk
Cinta, saya memberikannya hadiah buku dari penerbit Adibintang. Sebelum masuk
ke sesi praktik, saya menguji daya serap dan ingatan mereka terhadap materi
yang sudah saya berikan. Ada delapan pertanyaan seputar materi menulis yang
saya ajukan. Hebat! Mereka berebut angkat tangan untuk menjawab. Siapa cepat
dia dapat tentunya. Delapan buku hadiah dari penerbit Adibintang pun mereka
perebutkan dengan seru dengan menjawab semua pertanyaan dengan tepat.
Empat
cerita terbaik
Setelah materi menulis selesai saya
berikan, tibalah di sesi praktik membuat cerita pendek dengan bantuan
ilustrasi. Ada dua ilustrasi yang saya berikan. Mereka bebas memilih. Saya
berikan waktu tiga puluh menit untuk mereka.
Pada serius bikin cerpennya |
Perhatian saya langsung tertuju pada
anak yang masih kelas 2 SD tadi. Saya pikir dia menyerah dan merasa kalah dari
kakak-kakaknya yang lain. Ternyata, Nayla (nama anak itu) tetap bersemangat dan
berusaha membuat cerita versinya. Masya Allah … terharu hati saya melihat
semangat Nayla dan dua temannya yang sama-sama masih duduk di bangku kelas 2
sekolah dasar.
Tiga puluh menit pun berlalu dan
saya harus memilih 4 cerita terbaik dari 27 cerita yang sudah mereka kerjakan.
Tentu saja, tidak semua mampu menyelesaikan dengan tuntas. Saya tetap
memberikan apresiasi untuk usaha mereka.
Delapan anak yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar |
Akhirnya terpilihkan empat cerita
terbaik, masing-masing dengan judul dan nama penulisnya. Masing-masing mereka mendapatkan satu
buku karya saya dan penerbit Adibintang.
- Tongkat yang Menghilang – Nisa
- Nina dan Nino – Azka Awalinda Isra
- Cerita oleh Ibu – Aufa (ini anak cowok lho)
- Kemah Sekolahku – Cintania Aulia Adi Putri
Empat cerita terpilih |
Ini penulisnya ;) |
Foto bersama peserta dan Bunda Ratna |
Akhir
kata, saya mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Ustadz Herdy
Leonardi, Syarifah Ratna Alaydrus (Ratna), Pak H. Toto Usprianto, Mas Yudi, Penerbit
Adibintang dan Mas Imran Laha, Pesantren Enterpereneur yang telah mendukung
terselenggaranya acara ini. Tak lupa ucapan terima kasih saya kepada para
orangtua yang telah memercayakan anak-anaknya untuk mengikuti “Ramadhan Writing
Class” ini bersama saya. Semoga apa yang saya berikan di momen Ramadan ini memberikan
manfaat dan berkah. Aamiin.
Sampai jumpa di
pelatihan menulis berikutnya. Salam. [Wylvera
W.]