Kamis, 31 Mei 2012

Write Your Diary like Chicken Soup for the Soul

             Sebagai guru ekstrakurikuler Jurnalistik dan Kepenulisan yang sudah dua tahun mendampingi murid-murid saya di SDIT Thariq Bin Ziyad, Pondok Hijau Permai, Bekasi, diam-diam saya menyimpan sebuah obsesi untuk berbagi. Obsesi itu adalah berbagi ilmu tentang menulis. Didasari oleh niat untuk berbagi inilah, hari itu saya menghubungi ketua POMG (Persatuan Orangtua Murid dan Guru) SDIT Thariq Bin Ziyad, Pondok Hijau Permai.

Setelah beberapa kali diskusi lewat telepon selular, akhirnya Bu Anis mengundang saya untuk hadir di acara arisan para pengurus POMG. Di pertemuan itulah pertamakali saya memaparkan keinginan saya untuk berbagi kemampuan menulis kepada ibu-ibu POMG. 
Alhamdulillah, niat saya disambut dengan baik. Mereka sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana caranya agar bisa terampil menulis. Di pertemuan awal, ibu-ibu sepakat untuk menyebarkan daftar nama calon peserta yang mau mengikuti pelatihan. Begitulah, proses penyebaran informasi lewat undangan pun dilakukan oleh Ibu Ketua POMG dan stafnya.
Akhirnya, pelatihan untuk menulis kisah inspiratif pun terlaksana pada tanggal 30 Mei 2012. Karena beberapa kendala dan kesibukan masing-masing ibu, maka yang benar-benar memiliki waktu luang saja yang hadir pada hari itu. Merekalah enam belas ibu yang serius mengikuti kelas saya.

Chicken Soup for the Soul
         Acara pelatihan pagi itu dibuka oleh sambutan dari ketua POMG (Ibu Anis). Lalu, saya pun melanjutkan dengan menjelaskan sekilas tentang pelatihan tersebut. Saya juga tak lupa mengenalkan kepada peserta tentang komunitas Trainers Penulisan Galeri Kelas Ajaib. Saya sampaikan bahwa saya adalah bagian dari para Trainer yang ada di GKA tersebut.
            Tema dari materi menulis yang saya paparkan adalah Write Your Diary like Chicken Soup for the Soul, yaitu tentang tulisan inspiratif yang belakangan ini menjadi sebuah buku yang cukup diminati oleh para pembacanya. Buku jenis ini tak tergerus oleh tren genre buku-buku lain yang semakin marak menjejali toko-toko buku, malah gaungnya semakin meluas di tanah air. Istilah Write Your Diary sendiri muncul dari penggagasnya (Haya Alya Zaki), dan beliau juga salah satu dari Trainers Galeri Kelas Ajaib.
          Chicken Soup for the Soul adalah buku yang memuat kisah yang mampu menggugah dan menyentuh hati pembacanya. Kisah Chicken Soup for the Soul bisa dijadikan solusi untuk mencapai kepuasan batin, saat kita sudah penat ingin mencurahkan isi hati kepada seseorang, teman, pasangan hidup atau kepada siapa saja yang selama ini kita jadikan tempat berbagi. 


Saya menjelaskan kepada peserta, bahwa setiap menulis kisah ini, isi cerita haruslah bisa meninggalkan kesan yang sulit untuk dilupakan oleh pembacanya. Untuk itu, tulisan kita harus bisa merangsang emosi dan keterlibatan pembaca.
            Sebelum masuk kepada materi tentang teknis kepenulisan kisah inspiratif, saya sengaja memancing semangat dan minat peserta pelatihan. Saya katakan bahwa dengan menulis, kita akan memperoleh banyak manfaat, antara lain; kita bisa menyatakan perasaan, menyatukan/memusatkan pikiran, meningkatkan daya ingat, menjadikan kegiatan menulis sebagai self teraphy, serta mengasah bakat dan kemampuan alamiah yang dimiliki, karena pada dasaranya setiap orang itu bisa menulis.

Berbagi, Bukan Menebar Aib
Di sela-sela pemaparan dan munculnya pertanyaan dari peserta, saya  menekankan bahwa berbagi pengalaman hidup lewat sebuah tulisan bukan bermaksud untuk menebar aib kepada setiap orang. Terkadang, kita belum merasa cukup puas manakala kita sudah lelah berbagi lewat lisan kepada orang-orang terdekat dengan kita. Tentang bagaimana kita menjalani proses dari sebuah episode kehidupan yang mungkin begitu menyulitkan bagi kita, adalah sebuah ilmu dan pengalaman yang mungkin perlu dicontoh oleh orang lain. Proses menuju perbaikan itulah yang bisa sangat bermanfaat bagi orang lain, ketika kita bisa menuangkannya ke dalam sebuah tulisan yang terangkai menjadi sebuah kisah inspiratif.
"Mungkin untuk Mbak Wiwiek yang sudah biasa menulis, memulai sebuah tulisan tentulah gampang. Tapi, buat saya yang selama ini belum memiliki pengalaman, adakah cara yang paling mudah untuk mengawalinya?" begitu salah satu pertanyaan yang diajukan kepada saya. 
Saya jawab pertanyaan itu dengan mengatakan bahwa kegiatan menulis tak bisa terjadi jika tidak diawali oleh semangat untuk berlatih. Libatkan kelima panca indera, mulailah melakukan observasi terhadap lingkungan, banyak membaca, mengubah kebiasaan curhat lewat lisan dengan menuliskannya di buku catatan harian/diari, mulailah rajin untuk mencatat hal-hal yang tertangkap oleh kelima panca indera tadi untuk tabungan ide. Kalau semua ini sudah bisa dilakukan, maka Insya Allah, tak akan sulit untuk memulai menuliskan sebuah kisah yang diinginkan.

Di materi yang saya presentasikan, saya mengatakan bahwa setiap orang memiliki pengalaman hidup, lalu bagaimana caranya agar pengalaman hidup itu bisa terwujud menjadi sebuah kisah yang bisa menginspirasi banyak orang? Tentunya dengan mengetahui serta mempelajari seni dan cara menceritakannya lewat tulisan. Saya tambahkan, bahwa ibu-ibu peserta pelatihan tetaplah merasa yakin bahwa mereka mampu menulis kisah inspiratif, karena pengalaman itu dekat dengan mereka.
Pelatihan yang dimulai tepat pukul 9 pagi dan berakhir di pukul 12.30 WIB itu berjalan dengan lancar. Mulai dari pemaparan tentang trik memilih judul, menentukan karakter/penokohan, setting/latar cerita, memilih sudut pandang atau point of view (POV) cerita, plot, menampilkan konflik cerita, tips mengolah konflik, dialog, membuat ending yang cantik dan memikat, hingga tahap self editing tulisan yang sangat diperlukan oleh penulis.
Meskipun awalnya saya ingin sekali mengisi pelatihan dengan memperbanyak praktik ketimbang pemaparan materi secara teoretis, namun sempitnya waktu tak memungkinkan untuk melakukannya. Tapi, dari keantusiasan ibu-ibu peserta pelatihan, saya menyimpulkan bahwa mereka Insya Allah dapat menyerap semua materi yang saya sampaikan.
Selepas memberikan materi, saya mengajak peserta untuk meregangkan syaraf yang sejak awal sudah saya ajak untuk tekun memerhatikan presentasi saya. Saya putarkan film pendek sebagai pancingan, penggugah emosi mereka untuk pertemuan berikutnya. Kisah di film itu menceritakan seorang ayah yang bertanya tentang kupu-kupu kepada anaknya. Berkali-kali Sang Ayah bertanya, “Hewan apa itu?” dan dijawab berulang-ulang pula oleh putranya, “Itu kupu-kupu.” Sampai akhirnya si anak membentak ayahnya karena merasa kesal dengan pertanyaan Sang Ayah yang berulang-ulang.

Ternyata film pendek yang berdurasi tak sampai lima menit ini sempat memancing emosi salah seorang ibu. Bu Tetra nyaris meneteskan air mata. Dari sini, saya berharap mereka nantinya pun seperti itu saat menuliskan kisahnya, bisa memancing keharuan maupun kegembiraan.
Sebelum mengakhiri sesi di pertemuan pertama, saya memberikan game (diambil dari kumpulan game yang disusun oleh salah seorang Trainer GKA, Ratih Soe), yaitu dengan membacakan beberapa pertanyaan kepada peserta yang dibagi ke dalam tiga kelompok. Mereka saya minta untuk mengisi bagian titik-titik dari pertanyaan yang saya ajukan. Inilah sesi yang sempat membuat saya tersenyum-senyum karena peserta meminta saya mengulang-ulang pertanyaan. Mereka seakan tak mau melakukan kesalahan dalam menjawab pertanyaan. Sambil bercanda saya katakan bahwa jawaban yang paling banyak benarnya, itulah kelompok yang tadi benar-benar serius menyimak penjelasan saya. 



Dalam setiap perlombaan tentulah ada pemenangnya. Kelompok satu menjawab semua pertanyaan dengan benar. Untuk itu saya pun menghadiahi mereka buku karya saya dan anak-anak saya. Mereka terlihat senang menerima hadiah itu. Malah kelompok yang tidak mendapatkan hadiah berkomentar, “Minggu depan ada game lagi dan ada hadiahnya lagi kan ya?”

Di penghujung pelatihan sesi pertama ini saya memberikan tugas kepada para peserta. Saya meminta mereka untuk menuliskan pengalaman mereka  yang paling berkesan sebanyak empat sampai enam halaman tik. Tugas ini Insya Allah akan saya review di pertemuan berikutnya.
Harapan saya, setelah pelatihan ini nanti hendaknya lahir kisah-kisah inspiratif ala Chicken Soup for the Soul dari ibu-ibu orangtua murid (peserta pelatihan) SDIT Thariq Bin Ziyad, Pondok Hijau Permai Bekasi. Tulisan mereka hendaknya tak hanya dapat menginspirasi kalangan terdekat saja, namun bisa menembus media, seperti koran dan majalah-majalah muslimah yang ada di tanah air. Aamiin. 
Ucapan terimakasih tak lupa saya sampaikan kepada teman-teman Trainer (Haya Alya ZakiFitria ChakrawatiDyah P. Rini) yang telah melengkapi referensi materi saya,  dan khususnya kepada penggagas Galeri Kelas Ajaib, Benny Rhamdani, berkat beliaulah rasa percaya diri saya semakin hari semakin terasah.
***


Rabu, 23 Mei 2012

Tulisanku di Republika

Jakun dan Puber

Dimuat di Koran Republika, Leisure Rubrik Buah Hati
Selasa, 8 Mei 2012



Saya terusik dengan pertanyaan anak laki-laki saya tentang jakunnya yang tak kunjung terlihat di lehernya.
“Mengapa jakunku belum muncul, Bu?” tanya Khalid bingung.
 “Sabar dong, belum waktunya,” jawab saya singkat.
“Umurku kan sudah sebelas tahun lebih lima bulan, masak belum waktunya sih,” ujarnya lagi membuatku tersenyum.
            Mungkin karena tak puas dengan jawaban dan tanggapan saya, Khalid semakin sering membahas masalah jakun ini dengan kakaknya. Saya menangkap kecemasan Khalid dengan tanda-tanda baligh yang belum juga datang pada dirinya. Sementara Mira, dengan bangga mengatakan kalau dirinya sudah baligh dan sempurna jadi anak gadis sesungguhnya. Khalid semakin penasaran dan kembali meraba-raba lehernya.
            “Kenapa dengan lehernya?” tanya saya yang sejak tadi memerhatikan Khalid.
            “Belum numbuh juga jakunnya,” jawabnya dengan ekspresi datar. Saya kembali tersenyum.
       “Sini deh, biar Ibu jelaskan,” kata saya memancing Khalid dan Mira mendekat dan mulai tekun mendengar.
            “Penting ini, Kak!” komentar Khalid dengan mimik lucu. Saya tersenyum.
            “Ibu pernah membaca di buku, bahwa laki-laki yang sudah memasuki masa puber, biasanya jakun di lehernya akan menonjol keluar. Nah, karena Khalid belum memasuki tahapan puber itu, bisa saja jakunnya belum muncul,” kata saya mengawali penjelasan tentang jakun.
            “Katanya lagi, ternyata jakun bukan hanya dimiliki oleh laki-laki saja lho. Perempuan juga punya jakun, tapi ukurannya jauh lebih kecil dari laki-laki dan tidak akan kelihatan,” tambah saya lagi.
            “Oh, gitu ya Bu? Makanya enggak kelihatan di leher Kakak,” komentar Khalid sambil melirik ke Mira.
            “Lalu, bagaimana dengan baligh dan puber itu?” tanya Khalid lagi.
           “Nah, kalau baligh pada anak laki-laki itu ditandai dengan ihtilam, yaitu keluarnya mani karena mimpi, yang sering disebut dengan mimpi basah. Ihtilam ini tidak bisa dipastikan oleh umur lho. Bisa umur 12, 15 atau bahkan 17 tahun. Lalu, mulai tumbuh rambut di bagian tubuhnya. Sementara, kalau anak perempuan, sebenarnya hampir sama dengan anak laki-laki, bedanya anak perempuan ditandai dengan datangnya haid, berkembangnya alat reproduksi, dan tumbuhnya payudara,” ujar saya lagi.
            “Alat reproduksi itu untuk punya anak kan, Bu?” sela Khalid lagi.
            “Iya, betul!” jawabku.
            “Iya, guruku juga bilang begitu!” seru Khalid teringat penjelasan gurunya.
“Lalu, biasanya setelah itu untuk anak laki-laki diikuti dengan munculnya jakun di leher. Untuk laki-laki dan perempuan diringi dengan pertambahan tinggi badan, lebih sering berkeringat, tumbuh jerawat. Mulai tertarik sama lawan jenis. Nah, ini yang disebut puber tadi,” ujar saya lagi memberi penjelasan lebih lengkap. Saya berharap, anak-anak saya paham dengan penjelasan sederhana itu.
            “Oh, oke. Sekarang aku ngerti deh. Aku kan belum mimpi basah, makanya belum baligh, belum tumbuh jakun dan kumis,” timpal Khalid mulai memahami.
            “Kalau sudah baligh, maka kalian sudah wajib mengerjakan ibadah dan seluruh amalan wajib yang diperintahkan Allah SWT. Selama ini kalian mengerjakan itu supaya menjadi terbiasa. Dari suka menjadi butuh dan takut berdosa kalau meninggalkannya,” kata saya mengakhiri penjelasan tentang kewajiban mereka setelah baligh.
Sebelum menutup obrolan, saya bertanya kepada Mira yang tak pernah mengajukan pertanyaan sejak saya memberi penjelasan.
            “Mira sudah mengerti ya?” pancing saya.
        “Sudah dong,” ujarnya sambil menaruh telapak tangannya di kepala Khalid. Akhirnya kami sama-sama tertawa melihat Khalid kembali memasang mimik lucu di wajahnya. [Wylvera W.]

Syarat mengirim tulisan ke Leisure Rubrik Buah Hati, Republika:
- Berisi kisah orangtua (ayah atau ibu) dengan buah hati mereka.
- Panjang tulisan 300 - 400 kata.
- Sertakan foto Anda dan buah hati.
- Kirim ke leisure@ro.republika.co.id
- Cantumkan biodata singkat dan nomor rekening di akhir naskah.

 

INDAH dan LIARNYA YELLOWSTONE NATIONAL PARK

Traveling ke Yellowstone National Park, USA

 Dimuat di majalah NooR, edisi Juli 2010.


INDAH dan LIARNYA YELLOWSTONE NATIONAL PARK
Oleh : Wylvera W.
(Versi asli)

Hari itu masih pagi, kala kami kembali menyiapkan segala perlengkapan untuk menempuh perjalanan berikutnya. Matahari musim panas saat itu sangat menyengat di kulit. Perjalanan menuju Yellowstone National Park merupakan salah satu dari beberapa tempat yang kami kunjungi selama liburan Summer yang panjang. Sebelumnya kami sudah menjejakkan kaki di Colorado Spring dan Rocky Mountain di Colorado.
Yellowstone National Park adalah tempat dimana seolah-olah “The Lost World” bisa kita lihat di dunia modern sekarang ini. Taman nasional tertua di dunia ini telah disinggahi jutaan pengunjung sejak dibuka pada tahun 1872. Selama lebih dari 100 tahun, keindahan alam di Yellowstone National Park menjadi daya tarik utama dan menjadikan taman nasional ini menjadi salah satu tempat wisata favorit di Amerika. Terletak di Negara bagian Wyoming , Montana dan Idaho, taman nasional ini meliputi kawasan seluas 3.468 mil2  atau lebih dari 8.983 km2. Taman ini menyediakan tempat bagi para pelancong yang ingin menikmati keindahan pemandangan alami, fenomena alam, tempat-tempat eksotis, suasana romantis sekaligus kesempatan untuk berpetualang di alam bebas pada satu tempat sekaligus. Di taman ini kita dapat menemukan sebuah dimensi alam yang sangat megah seperti gunung, air terjun, lumpur cauldrons, geyser serta beragam binatang.

Menuju Yellowstone National Park: Mengabadikan “Lukisan Alam”
Keesokan paginya, perjalanan menuju Yellowstone National Park pun dimulai. Nasi plus lauk pauk serta camilan sebagai bekal pengisi perut telah dipersiapkan. Air mineral dan air bervitamin tak lupa dibawa untuk pelepas dahaga. Persiapan makanan harus menjadi perhatian utama terutama jika kita traveling membawa keluarga dan anak-anak. Dengan lidah melayu yang kita miliki, membawa bekal makanan dan minuman akan lebih memudahkan dibandingkan membeli di dalam taman. Selain itu, dari sisi harga sudah pasti jauh lebih menghemat. Namun perlu diingat, izin membawa makanan dan minuman tidak berarti Yellowstone Park menyediakan tempat membuang sampah di sepanjang jalan yang akan kita lalui. Hanya di shelter dan tempat-tempat tertentu kita dapat menemukan tempat membuang sampah. Selain keamanan, kebersihan pun menjadi perhatian utama pengelola taman ini.
Sebenarnya ada 5 pintu masuk menuju Yellowstone, pintu Timur (East entrance), pintu Barat (West entrance), pintu Selatan (South entrance), pintu Utara (North entrance) dan pintu Timur Laut (Northeast entrance). Jika kita pertama kali mengunjungi Yellowstone Park, memilih pintu masuk seperti mengundi apa yang akan kita lihat setelah pintu masuk. Masing-masing jalur masuk menawarkan pemandangan yang berbeda. Anda bebas memilih dari bagian mana anda ingin menelusuri rahasia alam di taman yang cukup luas ini. Kebetulan pilihan kami sekeluarga jatuh pada pintu masuk Barat. Selain dekat dengan Idaho Falls tempat kami menginap, perjalanan menuju West entrance juga relatif pendek. Hanya dua jam lebih sedikit waktu yang dibutuhkan untuk mengendarai mobil dengan kecepatan 60 mil per jam.
Selain itu, pemandangan selama perjalanan juga sudah membawa anda seolah-olah menjadi cowboy yang mengendarai kuda besi. Jika anda berkunjung pada saat Summer dan memilih jalur West entrance maka anda seolah-olah menyusuri padang rumput yang berwarna warni dengan latar belakang hutan hijau di kejauhan. Pemandangan di kiri dan kanan persis seperti padang rumput dimana Maximus (Panglima Romawi yang dikhianati, diperankan oleh Russel Crowe) membayangkan dirinya disambut oleh sang istri dalam film Gladiator. Hanya saja, perlu kewaspadaan ekstra jika melewati jalur ini pada saat hari telah gelap. Jalanan yang merupakan gabungan antara highway dan country road dengan jalur yang menyatu tanpa pembatas pada bagian yang mendekati Yellowstone membuat banyak pengendara sering tanpa sadar telah melintas dijalur yang berlawanan. Apalagi sepanjang perjalanan tidak ada penerangan yang mencukupi.
Jangan tidur! Itu yang selalu diingatkan suami selama di perjalanan. Manfaatkan setiap momen selama perjalanan! Selama matahari masih memberi bantuan untuk bisa menangkap dan mengabadikan momen.
Untuk memasuki taman, setiap pengunjung diwajibkan membeli tiket masuk seharga $25 per kendaraan (penumpang tidak dipungut bayaran) yang berlaku selama 7 hari. Selain mendapatkan jadwal atraksi yang berlangsung saat itu, pengunjung juga mendapatkan peta yang cukup informatif mengenai setiap tempat (view point) dimana anda dapat melihat keindahan dan keajaiban alam atau sekedar untuk bersantai. Begitu melewati pos pemeriksaan, kami langsung disuguhi pemandangan barisan pohon-pohon pinus disepanjang jalan. Jika anda berkendara di taman ini, tak perlu terburu-buru karena kemungkinan anda akan melewatkan setiap momen langka yang bisa terjadi seperti beruang yang tiba-tiba melintas, hewan elk yang berlarian di sisi jalan ataupun bison yang bergerombol bermalas-malasan di padang rumput. Selain itu, banyak rambu-rambu disepanjang jalan yang mengingatkan tentang batas maksimum kecepatan yang diperbolehkan di dalam taman. Dan, jangan berpikir bahwa di taman yang sedemikian luas tidak ada sheriff atau ranger yang berpatroli. Hampir disetiap tikungan yang berbahaya atau perempatan selalu ada mobil  sheriff atau ranger yang parkir sambil mengawasi para pengunjung.
Semakin mendekati taman, pemandangan laksana lukisan semakin banyak ditemui. Dalam hitungan menit dari pos pemeriksaan, kami melihat aliran sungai yang jernih dengan latar belakang padang rumput yang berwarna warni disisi sebelah kiri menuju ke arah Mammoth Hot Spring. Kami berhenti sejenak dan mengabadikan kenangan. 
Seolah tak percaya dengan jernihnya warna air yang mengalir, anak-anak langsung merendam kakinya di sungai yang dangkal. Lebih kedalam, kami menyusuri anak sungai yang berkelok seperti ular dengan suara gemericik air yang terdengar sepanjang jalan. Di beberapa tempat kami melihat view point yang disediakan oleh pengelola untuk tempat beristirahat sambil menikmatai pemandangan di sekitar.

Yellowstone River dan Air Terjun
Sebelumnya kami diberitahu oleh seorang teman, jika ingin menikmati Yellowstone mulailah di pagi hari. Karena itu, mengikuti saran teman tersebut, kami tiba di Yellowstone National Park sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Ternyata memang benar, selama tinggal di Amerika, saya belum pernah melihat embun pagi yang menempel di dedaunan dan batang pohon. Tapi di Yellowstone, saya seperti berada di negara tropis dimana dedaunan dan pohon-pohon setiap pagi selalu basah dengan air embun. Selain itu, bau tanah yang basah dan lembab mengingatkan saya pada tanah kelahiran. Ternyata, selain keindahannya, Yellowstone mampu sedikit mengobati kerinduan saya pada tanah air. 

Setelah mempelajari peta, kami baru menyadari mengapa tiket seharga $25 dapat digunakan selama 7 hari. Begitu banyak pilihan jalur yang dapat dilewati dan begitu banyak keindahan yang terhampar disepanjang jalur tersebut. Ada 10 tempat yang menjadi tujuan utama di dalam taman dan anda dapat memilih kombinasi jalur perjalanan menuju masing-masing tempat. Saran saya, tetapkan dahulu pemandangan mana yang ingin anda nikmati. Apakah sungai, padang rumput, hutan pinus, geyser, danau, air terjun, pegunungan atau hewan-hewan yang hidup bebas. Kami memilih untuk menikmati sungai, padang rumput, geyser dan bison. Karena itu, kami memilih jalur Madison, Norris, Canyon Village, Fishing Bridge, singgah sejenak di Lake Village dan Bridge Bay, kemudian menuju West Thumb dan kembali ke Madison melewati Old Faithful. Pilihan jalur ini, karena kami hanya memiliki satu hari untuk mengeksplorasi Yellowstone.
Melalui jalur ini, kami berjalan menyusuri Yellowstone River yang mengalir ke Grand Canyon Yellowstone. Yang membuat kami terpesona adalah jalanan yang kami lalui beriringan dan sesekali berganti posisi dikiri dan kanan dengan Yellowstone River. Memasuki pertengahan taman, pemandangan berikutnya yang sangat memanjakan mata adalah butiran air terjun di Yellowstone. Kami sempatkan beristirahat dan menikmati keindahan beberapa air terjun yang ada di taman ini diantaranya Gibbon Falls, Firehall Falls, Fairy Falls, dan Mistic Falls. Jika ingin menikmati air terjun ini lebih dekat, kita harus melewati jalan yang curam, berbatu serta melintasi hutan-hutan kecil. Pastikan fisik anda cukup kuat untuk menelusuri jalanan alam di area ini. Terutama jika anda tidak terbiasa dengan pegunungan.
Foto Yellowstone River

Geyser & Museum
Setelah menikmati sungai-sungai dan air terjun, kami melanjutkan perjalanan menuju geyser. Yellowstone merupakan salah satu tempat yang memiliki banyak sumber air panas. Dua pertiga dari geyser yang ada di dunia terdapat di Yellowstone. Kolam air panas, lubang uap dan kolam lumpur tersebut menyemburkan aroma belerang yang sangat menyengat. Bagi anda yang tidak tahan dengan bau belerang, sebaiknya jangan terlalu memaksakan diri untuk mendekati area geyser. Bau belerang yang sangat menusuk bisa menyebabkan perjalanan anda selanjutnya tidak nyaman. Untuk berjaga-jaga, siapkan masker dan perhatikan larangan-larangan yang tertulis di sekitar area. Kami tidak ingin mencoba-coba mengambil risiko. 


 Salah satu geyser terkenal di dunia adalah Old Faithful. Kita bisa temukan Old Faithful Geyser dalam perjalanan dari West Thumb menuju Madison. Geyser ini ternyata memiliki waktu-waktu tertentu dalam memuntahkan air panasnya. Momen ini yang menjadikan para turis setia menanti untuk mengabadikan semburan air panas meskipun harus bersusah payah menahan aroma belerang. Kami sekeluarga tidak terlalu lama bertahan di geyser ini karena anak-anak ternyata tidak cukup kuat menahan aroma belerang tersebut.
Setelah berpuas-puas dengan geyser, jangan lupa mengunjungi museum. Di sini kita akan menemukan sejarah tentang Yellowstone Park serta kehidupan flora dan faunanya. Museum ini buka di pertengahan Mei sampai dengan Oktober.
                                                      
 
Bison dan Kemacetan
Perjalanan kami lanjutkan. Dari awal anak-anak penasaran ingin melihat bison. Rasa penasaran tersebut yang mendorong kami mengikuti jalur yang terlihat macet di tengah-tengah padang rumput yang berwarna warni. Dari kejauhan kami melihat antrian mobil yang panjang. Bukan! Itu bukan antrian. Mereka sengaja menghentikan mobilnya karena ingin bermesra-mesra dengan kawanan bison yang bermunculan di sisi kiri kanan jalan.
Macet! Bison-bison itu menebar pesona kepada puluhan mobil turis sehingga menimbulkan kemacetan yang cukup lama. Kami tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Siapkan kamera! Jika anda berpapasan dengan bison-bison ini, kamera anda sudah siap membidik. Tak cukup hanya mengambil foto dari balik jendela mobil, beberapa pengendara dan keluarganya turun untuk memotret bison-bison itu dari jarak cukup dekat. Kapan lagi bisa merekam binatang ini dalam jarak dan waktu yang cukup leluasa. Tapi ingat, untuk tidak membuat kawanan binatang ini terganggu dengan kehadiran anda. Perlakukan mereka selayaknya tontonan yang sangat bersahabat.      
                                                       


Selain bison, di taman ini juga hidup beruang grizzly, serigala, serta jenis binatang lainnya. Konon, taman yang sangat luas ini tempat pertemuan para binatang yang ada di Amerika. Hal ini juga yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan dimana mereka ingin menyaksikan kehidupan margasatwa disamping keindahan alam Yellowstone yang menawan.

Yellowstone Lake
            Setelah melewati kawanan bison yang membuat kemacetan, kami menuju salah satu tempat favorit pengunjung, Yellowstone Lake. Dari kejauhan kami menyaksikan keindahan Yellowstone Lake yang berselimut kabut. Disekitar danau ini disediakan area penginapan (lodging) dan tempat perkemahan (camping ground). Jangan berpikir anda akan menginap dengan fasilitas lengkap. Tempat perkemahan di sekitar danau sepertinya dirancang untuk mereka yang ingin kembali ke alam. Dan jika anda bertekad untuk menginap disana, pastikan anda mengetahui berbagai teknik bertahan hidup. Lingkungan Yellowstone Lake memang dijaga sealami mungkin. Segala fasilitas yang disediakan dibuat seramah mungkin dengan alam. Karenanya, pastikan anda mengikuti setiap aturan yang tertera di peta ataupun di tourist center. 


            Kami beristirahat sejenak di tepian danau. Meskipun waktu itu musim panas, hembusan angin dari danau sangat dingin dan menusuk. Alhamdulillah, siapkan baju hangat atau jaket yang dapat menahan dinginnya angin danau.

Cinderamata dan suvenir
Keindahan di Yellowstone National Park menjadi daya tarik bagi turis lokal maupun mancanegara. Tak terkecuali kami sekeluarga. Disamping keindahannya, taman ini juga menjadi tempat memuaskan hobi mengeksplorasi alam. Fotografi, hiking, memancing, atau sekedar bersantai dapat anda lakukan di taman ini. Sebelum meninggalkan Yellowstone National Park, lengkapi kunjungan anda dengan membeli cinderamata sebagai oleh-oleh. Anda bisa temukan beberapa toko yang menjual bermacam-macam suvenir. Dari mulai magnet kulkas, piring, sampai gantungan kunci bisa didapatkan di toko-toko penjual cinderamata.


Akhirnya, perjalanan panjang kami menelusuri rahasia alam sebuah taman yang sangat terkenal di Amerika usai. Hari mulai gelap, ketika mobil kami pelan-pelan meninggalkan sejuta kenangan di Yellowstone National Park .

Tips untuk yang ingin berkunjung di Yellowstone National Park
1.      Taman ini hanya bisa dinikmati melalui jalan darat. Untuk dapat menikmati keindahan taman secara lengkap setidaknya dibutuhkan waktu 3 hari. Untuk mengetahui jarak dari kota anda menuju ke tempat ini, bisa silihat di: http://www.nps.gov/yell/planyourvisit/directions.htm
2.      Kapan sebaiknya kita berkunjung ke taman ini? Taman ini dibuka sepanjang musim, tapi untuk lebih nyaman dan menghindari udara dingin dan salju, anda sebaiknya berkunjung antara bulan April – Oktober.
3.      Untuk penginapan, banyak pilihan yang bisa anda lihat di website.
      Diantara pilihan itu anda bisa melihat di salah satu website ini, www.nationalparkreservations.com atau denganmelihatdisini http://www.hotelscombined.com/City/Yellowstone_National_Park.htm
4.      Untuk kenyamanan anda selama diperjalanan, siapkan perbekalan makanan dan air minum yang cukup. Ini dilakukan untuk mengantisipasi jika menu yang disajikan di restoran terlalu mahal dan tidak sesuai dengan selera anda.
____________________


Syarat pengiriman artikel wisata ke Majalah NooR:
1. Panjang tulisan 4-6 halaman ketik (7000 - 10.000 karakter)
2. Font bebas, spasi 1,5.
3. Foto 7-10 buah.
4. Kirim ke majalahnoor@gmail.com  cc: ade.namira@gmail.com
5. Per halaman majalah 150.000













LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...