Senin, 21 November 2016

Berbagi Pengalaman Menulis di SMA Negeri 1 Bekasi



            Pernah terlintas keinginan untuk berbagi tentang pengalaman menulis di SMA Negeri 1 Bekasi. Keinginan ini muncul karena anak pertama saya merupakan alumninya dan anak kedua saya masih bersekolah di sana juga. Saya pun masih menjadi pengurus komite sekolahnya. Namun, keinginan itu tak pernah tercetus. Hanya tersimpan di hati saya saja.
            Pucuk di cinta ulam pun tiba. Seperti ketemu jodoh. Hari itu saya di hubungi oleh Ibu dra. Mukaromah, M.Pd (Wakil Kepala Sekolah bidang humas). Beliau menanyakan kesediaan saya untuk menjadi narasumber dalam rangka gerakan literasi sekolah. Awalnya beliau lebih dulu menghubungi putri saya, Yasmin Amira Hanan. Berhubung Mira tidak bisa karena sedang ada ulangan tengah semester, maka sayalah yang diminta menggantikannya. Saya menyanggupi.
            Singkat cerita, tibalah di hari “H”, Senin, 24 Oktober 2016. Di awal, Bu Mukaromah tidak menjelaskan secara rinci materi apa yang diinginkan pihak sekolah. Beliau hanya menyebutkan apakah saya bisa mengisi acara kepenulisan. Saat saya tawarkan materi menulis fiksi, beliau meminta menambahkan materi penulisan nonfiksi. Materi itulah yang saya siapkan.


Begitu memasuki ruang auditorium SMA Negeri 1 Bekasi, saya sempat panik melihat backdrop yang terpampang. Di sana tertulis “Workshop Gerakan Literasi Sekolah, Membangun Komunitas Literat untuk Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intellegence)”. Waduh! Saya tidak menyiapkan bahan yang tercakup secara rinci tentang delapan kecerdasan yang menggambarkan kecerdasan majemuk itu. Materi yang saya siapkan hanya mewakili penggalian kecerdasan bahasa (linguistic intelligence). Itu pun hanya seputar kepenulisan saja. Otak saya berpikir cepat agar materi saya bisa diselaraskan dengan tema.

Sesi penyajian materi
Acara akhirnya dibuka oleh MC. Berikutnya Drs. Mawar M.Pd (Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bekasi) menyampaikan sambutannya dan menjelaskan latar belakang diselenggarakannya acara tersebut. Pak Mawar menekankan pada gerakan membaca dan menulis. Beliau mengharapkan agar siswa-siswi SMA Negeri 1 semakin meningkatkan kegiatan membaca agar mampu menghasilkan karya tulis seperti tulisan nonfiksi, fiksi, sastra, dan lain sebagainya. Perasaan saya langsung lega karena ternyata materi yang saya siapkan tidak menyimpang dari tema yang diangkat oleh pihak sekolah.

Ruang auditoriumnya penuh :)
MC
Sambutan Kepala Sekolah
Selepas sambutan, acara sepenuhnya diserahkan kepada saya. Saat menaiki panggung dan menghadap ke peserta workshop, saya menatap ke mereka sejenak. Walaupun Bapak kepala sekolah sudah menyebut kehadiran mereka, saya baru sepenuhnya menyadari kalau tidak hanya para siswa SMA Negeri 1 Bekasi saja yang akan mengikuti acara tersebut. Duduk di bangku paling depan beberapa guru dan siswa yang khusus diundang dari SMA Negeri lainnya di Bekasi. Ada perwakilan dari SMA Negeri 2, SMA Negeri 5, SMA Negeri 14 dan lainnya. Saya harus siap.
Saya buka pertemuan dengan salam dan menambahkan sekilas latar belakang profesi saya yang belum sempat dijelaskan oleh Pembawa Acara. Setelah itu, saya langsung menampilkan materi yang telah saya siapkan di layar infokus. Seperti biasa, sebelum masuk pada materi inti tentang teknik menulis, biasanya saya selalu mengawalinya dengan menyajikan quote-quote yang sarat dengan motivasi. Tujuannya agar mereka memokuskan niat terlebih dahulu agar bisa menyerap apa yang akan saya sampaikan selanjutnya.

Masih pemanasan ^_^
Let's go!
Ada sedikit yang mengganjal hati saya saat menyampaikan materi. Biasanya saya lebih senang menggunakan mic tanpa wayar, sehingga saya bisa bergerak mendekati audience. Dengan cara seperti itu, saya merasa lebih dekat dengan mereka dan bisa memancing komunikasi dua arah. Tapi karena setting auditorium sudah seperti itu adanya, saya berusaha tetap merasa enjoy menyajikan materi di atas panggung dengan ruang gerak terbatas dari awal hingga akhir.
Selanjutnya saya menjelaskan tentang tulisan fiksi dan jenis-jenisnya secara umum. Setelah itu, saya memilih teknik dan tahapan menulis cerita pendek. Mulai dari cara menemukan ide, memilih ide yang unik untuk dijadikan cerita, hingga menjadikannya sebuah cerita yang menarik dan asyik untuk dibaca. Tidak hanya sajian tahapannya saja, saya juga memberikan contoh-contoh cara menuliskannya. Seperti membuat sinopsis awal yang bisa dijadikan pedoman saat menyelesaikan cerita pendek, hingga trik memilih judul untuk cerita yang telah ditetapkan.
Yang paling menarik saat menyajikan teknik menulis cerita pendek ini, saat tahapan sampai pada pemilihan karakter tokoh dalam cerita. Dari contoh-contoh karakter yang saya tampilkan, suasana ruang auditorium semakin mencair. Apalagi ketika saya menunjukkan gambar tokoh-tokoh karakter yang akrab di benak mereka. Mulai dari karakter ala Hollywood, sampai versi Indonesia. Seperti Harry Potter, Lord Voldemort, Maleficent, Cinderella, hingga Reza Rahadian yang memerankan tokoh Habibie. Saya memancing mereka agar memahami bagaimana triknya membuat karakter tokoh sedemikian rupa hingga sosoknya bisa melekat di benak pembaca sampai kapan pun. 


Tuntas membahas tahapan menulis cerita pendek, saya melanjutkannya dengan penulisan nonfiksi. Saya memulainya dengan menjelaskan apa itu tulisan nonfiksi. Karena durasi waktu yang diberikan kepada saya hanya dua jam, saya mengambil contoh termudah yaitu menulis artikel. Apa pun jenis tulisannya, semua bermula dari pemilihan ide.
Saya menjelaskan secara singkat perbedaan tulisan fiksi dan nonfiksi. Terutama pada bagian “berpikir sistematis”, “pengumpulan data” serta “alternatif pemecahan masalah” berikut contoh-contoh cara menuliskannya secara singkat. Beberapa siswa terlihat sangat serius menyimak. Ternyata mereka adalah pengurus tabloid sekolah. Tentu saja uraian materi nonfiksi menjadi menarik buat mereka. Saya tidak melewatkan kesempatan ini untuk sesekali berinteraksi.


Syukurlah, mereka tetap fokus dan tekun menyimak serta ikut tertawa saat saya “melempar” joke-joke di sela-sela penyajian materi. Di awal, Kepala Sekolah sempat mengenalkan bahwa saya adalah Ibu dari Yasmin Amira Hanan yang mereka kenal sebagai kakak kelas dan alumni sekolah mereka. Suara agak riuh, ketika Pak Mawar juga menyebut bahwa saya juga orangtua dari Darryl Khalid Aulia. Yang mengenal Khalid anak saya, tentu saja spontan mengeluarkan gumaman-gumaman yang bikin saya ingin tertawa. Satu point sebenarnya sudah saya peroleh. Rasa penasaran mereka membuat saya bersemangat saat naik ke panggung.

Yasmin Amira Hanan tiba-tiba muncul di ruangan, langsung saya todong
Di akhir sesi penyajian materi, saya sangat bersyukur, putri saya ternyata menyempatkan datang jauh-jauh dari UI (setelah menyelesaikan ulangannya) untuk memberikan motivasi singkat tentang menulis dan membaca. Ini momen singkat yang membuat saya merasa terlengkapi. Saya juga menayangkan hasil rekaman yang sempat saya minta dari Muthia Kairunnisa (Thia) dan Dinda. Mereka adalah dua penulis remaja yang telah meraih banyak prestasi di bidang kepenulisan.  

Sesi praktik menulis sinopsis cerita
            Memanfaatkan waktu yang tersisa, saya tidak meminta peserta workshop untuk menulis cerita pendek maupun artikel. Saya pilihkan yang termudah dan saya rasa bisa diselekasikan dalam waktu 15 menit. Mereka saya minta menulis sinopsis cerita yang mereka pilih lengkap dengan pengenalan cerita, konflik, dan ending secara singkat.
            Begitu kertas dibagikan dan waktu start diserukan, semua khusyuk menulis. Lima belas menit berlalu. Kalau ditotal semua sinopsis yang terkumpul, ada sekitar 100-an. Namun, saya terpaksa menggunakan cara penilaian cepat karena keterbatasan waktu. Di awal sesi praktik, saya telah mengumumkan bahwa saya akan menilai 15 sinopsis yang pertama kali diserahkan kepada panitia. Dari 15 itu saya akan memilih 3 sinopsis yang paling menarik untuk menerima hadiah buku dari saya.

Adli in action
            Demi mengisi waktu 15 menit untuk saya menilai, saya menantang mereka menampilkan kemampuan stand up comedy. Majulah satu orang siswa bernama Adli ke atas panggung. Ruang auditorium mendadak riuh oleh tawa. Adli tampil memukau dengan guyonan-guyonan dalam aksi panggungnya. Saya yang sedang menilai sinopsis peserta pun sesekali ikut tertawa. Luar biasa! Saya pikir siswa-siswi SMA Negeri 1 yang dipilih untuk mengikuti workshop ini adalah anak-anak seriusan. Tenyata tebakan saya salah total. Rasa humor mereka renyah dan mampu mengocok perut selama 15 menit itu. 

Inilah tiga peserta yang menulis sinopsis terkeren

            Satu lagi yang bikin saya kagum. Awalnya saya tidak mengira kalau Adli termasuk salah satu penulis sinopsis yang saya seleksi. Sinopsis Adli menjadi salah satu yang terpilih bersama dua sinopsis karya temannya. Bukan hanya humoris, Adli juga jago bikin sinopsis cerita yang keren.

Sesi foto-foto yang tidak lengkap
            Biasanya, di setiap akhir mengisi pelatihan menulis maupun mengisi acara parenting, panitia menyediakan waktu untuk foto bersama dengan peserta. Mungkin karena waktunya sangat sempit, maka ketika saya mengakhiri sesi workshop, peserta meninggalkan auditorium satu per satu. Tinggalah beberapa panitia (termasuk guru penanggung jawab) dan peserta yang masih bertahan dalam ruangan. Mereka menyempatkan diri meminta saya untuk berfoto bareng menggunakan hape mereka. Jadi, maaf … kalau tidak ada foto saya khusus bersama semua peserta workshop. *agak-agak menyesal tapi tetap puas kok*

Siswa dari SMA Negeri 14 Bekasi minta foto bareng saya :)
Ssst ... saya dicegat sama tiga dara ini. Hahaha ....
Saat keluar dan ingin meninggalkan auditorium, saya kembali dicegat oleh tiga siswi SMA Negeri 1 Bekasi. Ternyata mereka sengaja menunggu saya keluar untuk bisa diajak foto barsama. Mereka ini teman-teman seangkatan Khalid, putra saya. Bisa dibayangkanlah, sesi foto itu diwarnai ekspresi malu-malu. *ngikik dalam hati*
            Inilah cerita saya saat mengisi workshop kepenulisan di SMA Negeri 1 Bekasi. Walaupun mungkin tidak ada yang baru, semoga tetap ada rasa senang saat membacanya.
Salam literasi! [Wylvera W.]

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...