Sabtu, 25 Januari 2014

Memaknai Ujian Allah



Mira setelah operasi pengangkatan kantong empedu. (doc. pribadi)

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu seperti yang dialami orang-orang sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah pertolongan Allah?’ Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.” (QS. Al-Baqarah:214)
            Berkaca-kaca mata ini saat membaca arti ayat di atas. Menyadari bahwa ujian yang baru saja kami lalui bukan apa-apa jika dibandingkan jutaan bahkan miliaran ujian yang pernah dialami hamba-hamba Allah sebelum kami. Kesadaran itulah yang menuntun hati ini agar selalu berucap syukur atas segala nikmat-Nya. Setiap manusia yang hidup pasti pernah mengalami sebuah kondisi yang secara manusiawi berat untuk menerimanya. Keadaan itulah yang sering kita sebut sebagai ujian atau cobaan dari Allah SWT.
Serinci apa pun manusia berencana, tak ada yang mampu menandingi kuasa Sang Maha Pencipta. Saya meyakini itu sepenuh hati, meskipun di awalnya ada sebersit penolakan, namun selalu tersadar oleh keimanan pada kebesaran kuasa-Nya. Itulah manusia, hatinya mampu membuat gejolak rasa, terkadang naik namun sesekali bisa menurun seolah menampik kenyataan yang ada di depannya.
Hanya janji Allah yang menyebutkan setiap ujian berupa rasa sakit kelak akan mampu menggugurkan dosa serta mengangkat derajat hamba-Nya di hadapan Sang Pencipta, dapat mengusir rasa penolakan di hati ini sehingga berubah menjadi penerimaan dan keikhlasan, Insya Allah.
Kantong empedu Mira. (doc. pribadi)
            Saya menuliskan ini hanya untuk mengingatkan diri dari apa yang baru saja kami lewati. Ujian itu sebenarnya telah datang menghampiri sejak setahun lalu. Saat itu anak saya divonis menderita batu empedu (saya mengisahkannya di sini). Lalu, selama setahun itu beberapa kali anak saya diserang rasa sakit yang luar biasa perihnya akibat peradangan kantong empedunya. Bahkan fungsi livernya pun kerapkali kacau dan di luar batas normal. Hingga akhirnya tanggal 16 Januari 2014 yang lalu anak saya, Mira (15 tahun) harus kembali dirawat di rumah sakit dan berujung pada keputusan operasi pengangkatan kantong empedu.
Batu empedu Mira. (doc. pribadi)
            Sebagai manusia biasa, bahkan seorang ibu, hati ibu mana yang tak galau sebelum akhirnya menyetujui keputusan operasi itu untuk buah hati tercintanya? Dalam kondisi itulah saya sempat mempertanyakan semua yang dialami anak saya kepada Allah SWT, sebab tak ada tempat bertanya dan berdialog paling menenangkan selain kepada-Nya. Alhamdulillah, dalam kondisi galau dan seolah ingin menolak kenyataan itulah kasih sayang Allah seakan-akan menjawab kegundahan hati saya. Dia memberi kekuatan agar saya membaginya untuk menyemangati Mira sehingga anak saya pun siap untuk masuk ruang operasi.
            Setelah kami yakin bahwa Allah SWT lah satu-satunya penolong, maka selebihnya kami pasrahkan semua ikhtiar pada kehendak-Nya. Selama menunggu di luar ruang operasi, waktu sekitar tiga jam lebih saya gunakan untuk berpasrah hati serta memohon pertolongan dan ridhonya untuk Mira. Lagi-lagi, doa dan pengharapan saya (dibantu dukungan doa dari kerabat dan teman-teman), Allah kembali mengabulkannya. Operasi berjalan lancar dan akhirnya saya masih bisa menyambut Mira saat keluar dari ruang operasi.
            Pengalaman berharga ini menunjukkan bahwa kehidupan yang kami lalui (saya dan Mira), tidaklah selalu menyenangkan. Namun, hal-hal yang tidak menyenangkan itu selalu berusaha kami olah agar tak sempat terpuruk pada rasa berputus asa dalam memaknai dan menyikapinya. Saya menyadari bahwa sesungguhnya ujian kepahitan ini tidaklah jauh berbeda dengan ujian berupa kebahagiaan yang justru lebih berpeluang membuat hati ini terlupa untuk bersyukur.
            Dengan ujian demi ujian yang telah kami lalui ini, semakin mempertebal keyakinan saya bahwa sesungguhnya Allah tidaklah menimpakan sebuah ujian bila kita dianggap-Nya tidak mampu untuk memikul dan melaluinya. Allah SWT Maha Mengetahui kekuatan dan kemampuan hamba-Nya. Takkan diujinya hamba yang tak sanggup atas ujian-Nya. Seperti apa yang disabdakan Rasullah saw  :
Dari Abu Said dan Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda,
“Tiadalah seorang Muslim itu menderita kelelahan atau penyakit atau kesusahan (kerisauan hati) hingga tertusuk duri melainkan semua itu akan menjadi penebus kesalahan-kesalahannya.”
( HR Bukhari - Muslim)
Dengan memaknai ujian Allah ini, saya akan selalu meyakini hawa di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Seperti firman-Nya;
“Hai hamba – hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang – orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang – orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (QS Az Zummzr 10 )
Semoga kita semua menjadi hamba yang selalu dicintai-Nya. Aamiin ya Rabbalalamiin.... [Wylvera W.]





LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...