Waktu
anak-anak saya masih kecil, kamar rumah sakit bukan ruangan yang asing lagi buat
kami. Beberapa kali mereka pernah menjadi pasien opname di rumah sakit. Awalnya saya malu untuk berbagi pengalaman yang tak enak ini. Malu itu cenderung pada
bakal munculnya anggapan pembaca/penyimak bahwa saya ternyata bukanlah ibu yang
sempurna, tak pandai merawat kesehatan anak, sehingga anak-anak saya gampang
sakit, bahkan menjadi pasien langganan ke luar masuk rumah sakit. Namun, ini saya bagi bukan sebagai bentuk penolakan untuk anggapan-anggapan itu. Jadi, untuk
apa saya harus malu? Siapa sih ibu yang mau anaknya sakit dan dirawat di rumah
sakit? Tak ada itu.
Ketika
anak-anak saya mulai tumbuh remaja, saya pikir takkan bersentuhan lagi dengan
kamar rumah sakit. Melihat mereka mulai tumbuh dengan sehat dan lama tak
mengeluh sakit, saya jadi berkesimpulan seperti itu. Tapi, Allah SWT ternyata
masih sayang kepada mereka dan saya sebagai ibunya. Kami kembali diingatkan
dengan ujian rasa sakit itu. Akhir tahun 2012 lalu, anak saya Yasmin Amira (15
tahun) didiagnosa dengan adanya batu di empedunya. Hasil endoskopi menunjukkan
bahwa lambungnya juga bermasalah. Dari diagnosa itu anak saya pun harus menjalani
terapi obat dan diet ketat. Dan, saya kembali mondar-mandir dari rumah (Bekasi) ke rumah
sakit (RSPP, Jaksel)), seperti dulu ketika Mira masih kecil, tapi dengan rasa sakit dan rumah sakit yang
berbeda.
Hasil diagnosa itu membuat Mira
harus mengkonsumsi obat secara rutin. Sejak Desember 2012 dia rutin minum obat
selama hampir tiga bulan. Setelah itu, Mira istirahat dan sama sekali tak
mengkonsumsi obat sekitar lima bulan. Dua bulan pertama setelah berhenti
mengkonsumsi obat-obatan untuk lambung dan empedunya, Mira masih mengikuti
dengan disiplin diet yang dianjurkan dokternya. Tidak makan makanan yang banyak
mengandung lemak dan kolesterol. Banyak makan makanan berserat seperti sayur
dan buah. Alhamdulillah, nyeri lambung dan batu di empedu itu tak pernah lagi
kambuh hampir tujuh bulan lamanya.
Merasa sudah kembal pulih, Mira
mulai terlena. Sedikit demi sedikit dia mulai lupa sama diet ketatnya. Dan, saya
pun tak lagi ketat melarangnya seperti sebelumnya. Sebulan berlalu, belum ada
tanda-tanda kambuh juga. Mira semakin merasa kalau dirinya sudah sembuh dan
semakin berani mengkonsumsi makanan gorengan, berlemak kembali. Begitu memasuki
bulan Ramadan 2013, gejala kambuh pun mulai muncul sesekali, namun belum begitu
hebat.
Hingga
memasuki seminggu Ramadan, serangan sakit di ulu hati dan lambung itu begitu
dahsyat. Saat itu hari sudah larut malam. Jarum jam sudah menunjukkan pukul
11.30. Rasa nyeri itu perlahan-lahan menyerangnya. Jauh lebih menyakitkan
dibanding dua kali serangan di tahun 2012. Mira merasakan perbedaan itu.
Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi kening, leher dan kepalanya. Tak
berapa lama Mira akhirnya muntah dan mengeluarkan semua makanan yang ada di
dalam lambungnya. Tidak hanya sekali. Muntah itu terus berlanjut hingga
beberapa kali sampai hanya air saja yang muncrat dari mulutnya.
Melihat
kondisi Mira yang sangat lemah, betapa paniknya saya malam itu. Apalagi suami saya
saat itu sedang dinas. Neneknya Mira lah yang sibuk membantu saya menenangkan.
Rasanya pagi begitu lama datangnya. Saya tak sabar menunggu untuk melarikannya
ke rumah sakit. Setelah Mira sedikit tenang, kami mencoba memberinya bubur
nasi. Namun, perutnya yang kram itu tak lagi mampu menerima makanan
baru. Mira semakin lemah dan akhirnya dia tertidur hingga pagi.
Begitu
pagi, saya dan neneknya Mira bersiap membawa putriku ke rumah sakit. Sambil
menyetir, saya sesekali memantau wajah Mira yang duduk di jok belakang dari
kaca spion. Hingga terbesit sebuah permintaan yang saya rasa setiap ibu pernah
menginginkannya. Saya berharap kalau saja rasa sakit yang dirasakan Mira bisa
dibagi kepada saya ibunya, pasti Mira merasa sedikit terbantu. Namun, keinginan itu
buru-buru saya tepis. Jika saya sakit, siapa yang akan merawatnya? Akhirnya di
sepanjang jalan saya memohon kepada Allah SWT agar memberi kekuatan untuknya.
Mira menahan rasa sakitnya. :( |
Begitulah,
sesampai di rumah sakit, serangkaian pemeriksaan pun kembali dijalani Mira.
Hingga hasilnya ke luar pada hari Jum’at, 19 Juli 2013 bahwa Mira dinyatakan
harus dirawat. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa SGOT dan SGPT
nya tinggi. Ini artinya fungsi hatinya meningkat drastis dan terganggu. Kondisi
ini mengharuskan Mira menjalani bedrest
dan tindakan/perawatan/pemeriksaan lebih lanjut.
Kondisi Mira sangat lemah saat masuk kamar rumah sakit. |
Di
balik kegundahan hati, saya tetap berusaha tak melawan ketentuan Allah. Semua
ini saya yakini sebagai teguran kembali dari-Nya. Saya tak konsisten menjaga
kedisiplinan Mira untuk tetap menjalankan diet ketat pada makanannya. Ketika saya
mendengar hasil SGOT dan SGPT yang begitu tinggi serta urinenya mengandung protein +1 saya sudah membayangkan
kerusakan pada livernya. Rasa takut itu akhirnya terjawab setelah tiga hari Mira dirawat, dengan hasil yang menyatakan
bahwa Mira terbebas dari penyakit Hepatitis A, B, dan C. Saya kembali mengucap rasa
syukur meskipun batu empedu tetap bertengger di perutnya.
Kondisi
Mira yang lemah serta masih harus menjalani serangkaian pemeriksaan lagi
membuat Mira harus dirawat untuk beberapa hari. Ketika menulis ini, Mira sudah
seminggu menjalani masa opnamenya di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Pelan-pelan saya kembali mereview sikap sembrono
kami (saya dan Mira) dalam mentaati pola makan sehat dari dokter.
Mira
merasa menyesal karena sudah melanggar aturan itu. Dan, saya sebagai ibunya
tentu saja merasakan hal yang serupa bahkan jauh lebih menyesal dibanding
anak saya. Tapi, saya tak mau larut dalam rasa penyesalan itu. Bagaimana pun ini
adalah teguran yang keras agar saya jauh bisa menjaga dan melindungi Mira dari keinginan-keinginan
untuk lalai dari menjalankan pola makan sehat tadi.
Pemeriksaan berikutnya adalah USG. Mira
begitu takut mendengar kata operasi. Ketika dia tahu dari hasil USG, kalau batu di empedunya
bertambah besar diameternya, dia menangis malam itu. Bayangan akan dioperasi
menghantuinya. Mira menangkap sorot mata saya yang mungkin terlihat
gundah. Saya tak mau menyembunyikan semua hasil USG terakhirnya. Biarlah Mira
tahu kondisi yang sebenarnya agar dia tahu apa yang harus dilakukannya ke depan
nanti. Semua demi kesembuhannya.
“Aku
nggak mau dioperasi, Bu. Aku janji nggak mau makan lemak-lemak lagi. Aku janji
mau disiplin diet,” isaknya ketika saya baru saja kembali dari bertemu dokter jaga
malam itu. Rasanya saya ingin ikut menangis bersamanya. Tapi, saya ibunya. Saya
harus terlihat tegar di matanya. Kalau saya lemah, Mira tak akan mendapatkan
tempat berlindung. Akhirnya saya elus kepalanya dan membagi kekuatan untuknya.
Mira ditemani Khalid (adiknya) supaya nggak merasa jenuh dan bosan. |
Saya kembali bersyukur karena ketakutan Mira akan kata operasi akhirnya sedikit
terobati. Dokter tidak menganjurkan untuk mengangkat batu di empedu Mira lewat
operasi, tapi dia meminta komitmen Mira untuk kembali menjalankan pola makan
sehat dengan serat tinggi. Dokter berharap serat dari sayuran dan buah-buahan
itu mampu menggerus atau mempertahankan diameter batu di empedu Mira. Dan, itu
sudah menjadi garansi seumur hidup anakku.
Yah, sehat itu mahal sekali. Maka, dari sini ke
depan saya berharap Mira menyadarinya dan saya akan setia mendampinginya agar kembali
pulih seperti sedia kala. Ya Allah sehatkan dan kembalikanlah keceriaan itu di mata putriku. Aamiin.
Cepat sembuh ya, Nak....[]
Semoga lekas sembuh ya , memang sehat itu mahal, tapi saat sakit seseorang merawat kita dengan penuh kasih juga mahal :D
BalasHapusAamiin, makasih Mbak Hana. Kewajiban ibulah melakukan itu. :)
Hapuscepat sembuh, Mira. Makan sayur dan buah itu enak kok.
BalasHapusIya, dia sudah janji mau konsisten makan sayur dan buah. Katanya sudah benar-benar tobat, Kak Benny. Makasih. :)
HapusSyafakallah Amira...
BalasHapusAamiin Ya Rabbal Alamin. Makasih ya.
HapusTak ada kejadian yg tak berhikmah ya mak Wik...
BalasHapussemangat mak, insyaAllah semua terlewati :)
Buat Mira, semoga cepat pulih, bisa beraktifitas lagi seperti sediakala...Aamiinn YRA
Salam Sayang
Iya, Mak Aul, itulah yg selalu mengingatkan kita utk tak lupa bersyukur dan menyikapi segala ujian dengan ikhlas ya.
HapusAamiin... makasih sdh menyempatkan menjenguk Mira ke RS ya. Salam kembali dari Mira.
hari ini sudah pulang kan ya mbak Mira dari rumah sakit. Semoga makin sehat ya
BalasHapusAlhamdulillah, sudah Mbak. Aamiin, makasih ya. :)
HapusSakit itu ujian dan bermanfaat untuk merontokkan dosa2 kita
BalasHapusSemoga nanda segera sembuh dan bunda diberi kesabaran. Amin
Salam hangat dari Surabaya
Benar, Pakde Cholik. Aamiin... makasih ya. Salam hangat kembali dari Bekasi. :)
Hapus