Kamis, 31 Desember 2015

Resolusi 2016 yang Tertunda



Kabulkanlah doa-doaku Ya Rabb ... aamiin.
            Seminggu menjelang pergantian tahun Masehi, saya sempat berpikir untuk membuat list resolusi. Namun, karena kesibukan yang lumayan menyita waktu, niat itu pun terabaikan. Semoga belum terlambat untuk menjabarkannya di hari pertama 2016 ini. Bismillah ....        
Saya pernah membuat status bahwa di bulan Desember 2015 akan ada pekerjaan yang diamanahkan ke saya. Amanah itu menurut saya cukup berat, namun Insya Allah akan membuat saya bahagia sekali melakukannya. Tapi, ternyata Allah punya rencana berbeda dari apa yang saya inginkan. Pekerjaan yang sudah tinggal menunggu pelaksanaannya saja, akhirnya harus ditunda ke Januari 2016. Saya tetap bersyukur dan menerima ketentuan-Nya.
            Lalu, akan terealisasikah pekerjaan itu di bulan Januari 2016 ini? Belum. Lagi-lagi rencana saya dan teman yang sudah mengajak saya membantunya dalam pekerjaan itu, harus mundur lagi. Padahal saya sudah siap lahir batin. Bahkan segala kelengkapan untuk mendukung pekerjaan saya itu juga sudah saya persiapkan sedemikian rupa. Saya kembali harus bersabar. Saya belum bisa mengemban amanah itu juga di Januari sampai Maret 2016 nanti. Sebab, ada sesuatu yang jauh lebih penting untuk didahulukan. Kecewakah saya? Tentu tidak sama sekali. Allah Swt. yang mengatur semua ini. Saya wajib meyakininya.
            Kembali ke resolusi. Apakah pernyataan saya tentang sesuatu yang sudah matang-matang direncanakan itu, akhirnya harus tertunda, merupakan ketidakpercayaan saya pada manfaat resolusi? Tidak. Meskipun saya tidak selalu bisa berkomitmen untuk tepat waktu menuliskan serangkaian resolusi di akhir tahun, saya tetap percaya bahwa hal itu penting sebagai guide atau pengingat.

Apa sih resolusi saya di tahun 2016?
            Baiklah, demi mengingatkan saya kelak jika terlupa, inilah serangkaian resolusi saya di tahun 2016 ini. Tepatnya, lebih pada serangkaian doa-doa.
Pertama, saya ingin terus belajar memahami, mengkaji, dan berusaha menjalankan makna kata hijrah yang sesungguhnya bagi seorang muslimah.
Kedua, saya tidak akan putus berdoa dan berharap, agar Allah Swt. senantiasa menuntun hati dan langkah saya untuk tetap komitmen dalam mengemban amanah dan tanggung jawab, sebagai istri bagi suami saya serta ibu bagi kedua anak kami.
Ketiga, saya juga tidak akan lelah bermohon agar keluarga yang sangat saya cintai, selalu diberikan hidayah untuk istiqomah beribadah ke arah yang lebih baik menurut syari’at Islam yang kami yakini.
Keempat, saya akan terus membantu memberi support agar si Kakak (anak sulung saya) dimudahkan dalam persiapan dan menjalani Ujian Nasional serta bijak memilih jurusan untuk kelanjutan studinya kelak.
Kelima, demikian juga dengan si Adik (anak bungsu saya), semoga sebagai ibu, saya tetap diberikan kekonsistenan dalam memberi dorongan semangat belajar dan menimba ilmu padanya demi kelancaran studinya.  
Keenam, saya tetap berusaha dan berkomitmen agar segala sesuatu yang terkait dengan profesi saya sebagai penulis, akan selalu menjadi bagian dari kegiatan saya di hari-hari mendatang.
Ketujuh, sebagai anak dan menantu, semoga saya tak lalai mendoakan agar Allah Swt. senantiasa memberikan kesehatan untuk kedua orangtua saya dan ibu mertua, sehingga mereka bisa menjalankan ibadahnya dalam ketenangan.
Kedelapan, di usia yang kian berkurang ini, saya bermohon agar selalu diberikan kesehatan lahir dan batin, agar tetap bugar menjalankan semua amanah yang sudah diberikan maupun yang mungkin akan bertambah di hari-hari depan.
Kesembilan, ini yang paling membuat hati saya selalu bergetar ketika memasukkannya dalam doa-doa saya. Apalagi mencantumkannya dalam resolusi saya di tahun 2016. Saya ingin berhaji. Saya berdoa dan sangat berharap, Allah Swt. memberikan waktu dan kesempatan kepada saya dan suami untuk menunaikan rukun Islam yang ke-5 pada tahun ini.
Aamiin Ya Rabb ... semoga Engkau mendengar dan mengijabahnya. [Wylvera W.]          

Kamis, 17 Desember 2015

Aku dan Mama di Hari Ulang Tahunnya


 
"Selamat ulang tahun, Ma ... I love you so much."

         Momen ini diabadikan saat Mama saya berulang tahun tanggal 2 November 2015 yang lalu. Mengapa saya selalu berusaha memberi kenangan khusus (walaupun hanya mengucapkan selamat ulang tahun) di tanggal kelahiran Mama? Alasannya sederhana. Dulu, Mama selalu berusaha memberikan yang spesial di hari ulang tahun kami, kedua anaknya. Padahal saya tahu, terkadang Mama tidak punya uang untuk melakukannya. Namun, entah mengapa, beliau selalu berupaya agar tanggal di bulan kelahiran kami dibuat khusus dari hari-hari lainnya.
Walaupun hanya sepiring nasi kuning dengan sebutir telur rebus yang diletakkan di tengahnya, Mama selalu memberikan warna berbeda untuk mengingat tanggal dan hari kelahiran kami. “Ini hanya untuk mengingat bahwa pernah terjadi sesuatu yang menandakan sebuah ikatan batin yang digariskan Allah di antara kita. Mama dan kau,” begitu Mama dengan bahasa yang menyiratkan kedalaman makna, saat saya menggigit dan mengunyah telur rebus yang pernah dihadiahkannya di hari ulang tahun saya kala itu. Sejak itu, saya bertekad akan melakukan hal yang sama untuknya. Mungkin tidak lagi dengan telur rebus dan nasi kuning, demi meneruskan apa yang telah dilakukannya untuk kami. Dan, di jelang Hari Ibu ini, saya ingin mengucapkan, “Selamat Hari Ibu, Mamaku sayang ... semoga Allah Swt. senantiasa mencurahkan rahmat-Nya untukmu. Aamiin ....”
      


                    Foto ini diikutsertakan dalam GA sehari: Aku dan Ibuku

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...