Selasa, 26 April 2016

Pelatihan Menulis di SMPIT Muslimah Sejati Bekasi



 
Minat pada keterampilan menulis cerita (fiksi dan nonfiksi) semakin hari semakin menjamur. Terutama pada anak-anak dan remaja. Bahkan tidak sedikit sekolah-sekolah yang bela-belain mendatangkan narasumber dengan bujet mahal. Semua itu semata-mata mengharapkan agar siswa-siswi di sekolah tersebut bisa menguasai materi dasar tentang cara menulis yang benar.
Keinginan yang bermunculan dari berbagai sekolah ini, tentunya membuka kesempatan bagi para penulis yang sudah memiliki pengalaman. Bahkan ada yang menyisihkan waktu untuk mengajar kelas ekstrakurikuler menulis di sekolah-sekolah yang membutuhkan.
Saya termasuk salah satu yang memulai jalur itu sejak tahun 2010 hingga sekarang. Meskipun ilmu menulis yang saya miliki tidak semumpuni para penulis yang telah memiliki puluhan bahkan ratusan karya buku, saya merasa terpanggil untuk berbagi di bidang ini. Bukan fee yang saya kejar, melainkan keinginan untuk berbagi ilmu yang mungkin tidak semua anak bisa mendapatkannya secara mudah.
Pada tanggal 16 April 2016 yang lalu, saya kembali diundang untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan menulis cerita. Saya hadir di SMPIT Muslimah Sejati yang berlokasi di Tambun Selatan, Bekasi. Pihak sekolah mengemas acara tersebut dalam bentuk seminar mini. Sementara tema yang dipilihkan oleh mereka untuk saya adalah “Belajar Menulis Sejak Dini”.

Tersanjung begitu melihat ini euy ....
Saya datang lebih awal dari jadwal yang dijanjikan. Acara yang akan dibuka tepat jam sembilan pagi itu masih menyisakan waktu buat saya. Karena yang akan ikut pelatihan menulis adalah seluruh siswa dari kelas 7, 8, dan 9, maka kami harus menunggu siswa kelas 9 selesai ujian. 

Sambil menunggu murid kelas 9 selesai ulangan
Waktu menunggu itu saya manfaatkan untuk menyiapkan perangkat yang akan digunakan untuk memaparkan materi. Sesekali saya menyapa murid-murid kelas 7 dan 8 yang sudah lebih dulu hadir. Setelah laptop, proyektor, dan flash disk berisi materi menulis siap, masih ada waktu untuk menunggu yang lainnya. Saya pun berbagi kenangan tentang awal saya terjun di dunia menulis hingga akhirnya buku pertama saya terbit. Mereka tekun menyimak sambil sesekali bertanya.

MC-nya kocak ^_^
Pembacaan ayat-ayat Al Qur'an dan saritilawah
Tari Saman
Sambutan
            Setelah semuanya berkumpul, acara pun dibuka oleh dua murid yang bertugas sebagai pembawa acara. Salah satu dari pembawa acara itu lumayan kocak. Suasana di aula yang padat oleh peserta pelatihan menjadi mencair. Selanjutnya, pembacaan kalam Illahi, sambutan dari pihak sekolah, dan persembahan tarian Saman, menjadi serangkaian pembuka yang manis. Saya benar-benar merasa tersanjung dengan penyambutan itu.

Ayo pasang niat dan tetapkan tujuan!
            Setelah acara pembuka selesai, sesi berikutnya diserahkan kepada saya yang sejak datang telah siap berbagi. Hal pertama yang saya sampaikan adalah tentang komitmen mereka. Mengapa mereka mau hadir di aula itu? Untuk apa mereka ingin tahu tentang keterampilan menulis? Apa yang harus mereka lakukan saat memutuskan untuk memulai menulis? 

Antusias mencatat
Jawabannya rata-rata sama. “Supaya saya bisa menuliskan ide yang ada di kepala saya.” “Supaya saya tahu bagaimana caranya kalau pas menulis sudah sampai pada dua halaman, tiba-tiba bingung karena nggak ngerti cara melanjutkannya.” Beberapa alasan lainnya yang memotivasi mereka mau menyimak apa yang akan saya sajikan pun diutarakan dengan semangat.
Saya meminta mereka untuk menetapkan tujuan menulisnya. Apa yang ingin mereka capai dengan menulis? Sebab tidak ada satu hal pun yang berhasil jika tidak dilakukan dengan kesungguhan. Menulis itu adalah sebuah perjuangan. Betapa banyak orang yang punya potensi tetapi sedikit yang mau mencobanya. Punya ide banyak, tapi sulit untuk berbagi. Terakhir, banyak yang semangat berlatih di awal-awal, tapi sedikit yang bersungguh-sungguh.

Pada serius menyimak
Sebelum masuk pada teknis kepenulisan, saya memberikan mereka tips yang harus mereka ingat saat memulai menulis. Mereka hendaknya memasang niat lalu yakin pada niat tersebut. Kemudian fokus pada tujuan awal. Konsisten dan tidak moody. Yang terakhir adalah disiplin. Selain itu mereka saya minta untuk mulai menetapkan jadwal untuk menulis di sela-sela jam sekolah dan belajar. Memasang target akan semakin memudahkan mereka untuk belajar konsisten.
            Selanjutnya, saya ajak mereka untuk memahami beberapa tahapan dalam menulis. Mulai dari menemukan ide, cara memilih judul yang menarik, merancang karakter tokoh, setting, alur/plot, hingga cara merapikan hasil tulisannya sendiri (self editing).

Sesi tanya jawab
"Saya pengin nulis tentang tiga Mujahida, Bu!"
Terharu dapat hadiah buku dari saya
          Selepas itu, saya beri mereka kesempatan untuk bertanya. Di akhir sesi, saya memberikan hadiah buku kepada murid yang antusias menanyakan hal-hal penting dalam aktivitas menulis cerita.

Sesi praktik yang benar-benar enjoy
            Setelah menyajikan semua hal-hal utama yang harus diketahui saat ingin memulai menulis, saya pun memberikan waktu untuk sesi praktik menulis cerita mini. Saya tidak ingin anak-anak itu merasa tegang dan bingung sebelum menulis. Maka, setelah jam istirahat untuk sholat dan makan, saya bebaskan mereka memilih tempat untuk menyelesaikan ceritanya.

Menulislah dengan gayamu ^_^
          Sebelum benar-benar meninggalkan sekolah itu, saya kembali takjub melihat keantusiasan mereka membeli buku-buku karya saya yang digelar di depan pintu aula. Saking hebohnya memberikan tanda tangan, saya sampai lupa untuk minta difoto. *maaf jadi gak ada fotonya ini*

Reward seperti ini selalu jadi penyulut semangat berbagi
            Di awal sudah diberitahukan bahwa praktik menulis cerita itu akan diberikan hadiah untuk tiga cerita terbaik. Namun, karena waktunya tidak cukup, saya pun diminta membawa semua cerita mereka yang jumlahnya ada 76 judul itu. Tiga hari setelah itu saya pun mengirimkan hasil review dan penilaian kepada Kepala Sekolah via whatsapp.

Sesi foto bersama masing-masing kelas



Terpilihlah 3 cerita terbaik dari 76 cerita yang menurut saya semuanya menarik. Karena Kepala Sekolah hanya meminta tiga saja, maka saya sedikit kesulitan menentukannya. Akhirnya saya memilih mana judul yang paling menarik dan sesuai dengan jalan ceritanya, cara menyajikan ceritanya, konflik yang tidak biasa dan cara menyelesaikannya.   

Tiga cerita terpilih
Semoga apa yang saya berikan dapat membekas dan membuat anak-anak SMPIT Muslimah semangat untuk mengawali kecintaannya pada dunia menulis. Semoga harapan Kepala Sekolah dan para guru agar murid-murid mereka mulai konsisten untuk menulis dan mengisi majalah dinding sekolahnya segera terealisasi. Aamiin. [Wylvera W.]

9 komentar:

  1. kapan ngajarin orang tua muridnya nih mbak? aku daftar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo, Lidya yang cari anggotanya, aku tinggal ngisi pelatihannya. Hahahaha

      Hapus
  2. semoga selesai ikut seminarnya ibu, ada anak-anak yang termotivasi untuk menjadi penulis yang baik..
    semangat bu, untuk memotivasi adik-adik ku di bekasi :)

    BalasHapus
  3. Selesai kelas, ga berubah logat anak-anak tu jadi logat kita, kan, Kak? *kabor*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, gaklah. Awak pun pandai jaga logat supaya gak keluar. :)

      Hapus
  4. Assalamualaikum,

    apakah ibu buka kelas menulis untuk anak, dalam waktu dekat ini?

    mohon informasinya ke sentradojo@yahoo.co.id

    terima kasih

    wassalamualaikum wr wb

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam.
      Iya, tanggal 26 Juni nanti, saya akan gelar "Ramadhan Writing Class for Children" di Pesantren Intrepreneur, Ruko Sumarecon Bekasi. Khusus untuk anak kelas 3 SD sampai SMP.

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...