Kamis, 25 Juli 2013

Sehat itu Mahal, Nak....



       Waktu anak-anak saya masih kecil, kamar rumah sakit bukan ruangan yang asing lagi buat kami. Beberapa kali mereka pernah menjadi pasien opname di rumah sakit. Awalnya saya malu untuk berbagi pengalaman yang tak enak ini. Malu itu cenderung pada bakal munculnya anggapan pembaca/penyimak bahwa saya ternyata bukanlah ibu yang sempurna, tak pandai merawat kesehatan anak, sehingga anak-anak saya gampang sakit, bahkan menjadi pasien langganan ke luar masuk rumah sakit. Namun, ini saya bagi bukan sebagai bentuk penolakan untuk anggapan-anggapan itu. Jadi, untuk apa saya harus malu? Siapa sih ibu yang mau anaknya sakit dan dirawat di rumah sakit? Tak ada itu.
      Ketika anak-anak saya mulai tumbuh remaja, saya pikir takkan bersentuhan lagi dengan kamar rumah sakit. Melihat mereka mulai tumbuh dengan sehat dan lama tak mengeluh sakit, saya jadi berkesimpulan seperti itu. Tapi, Allah SWT ternyata masih sayang kepada mereka dan saya sebagai ibunya. Kami kembali diingatkan dengan ujian rasa sakit itu. Akhir tahun 2012 lalu, anak saya Yasmin Amira (15 tahun) didiagnosa dengan adanya batu di empedunya. Hasil endoskopi menunjukkan bahwa lambungnya juga bermasalah. Dari diagnosa itu anak saya pun harus menjalani terapi obat dan diet ketat. Dan, saya kembali mondar-mandir dari rumah (Bekasi) ke rumah sakit (RSPP, Jaksel)), seperti dulu ketika Mira masih kecil, tapi dengan rasa sakit dan rumah sakit yang berbeda.
            Hasil diagnosa itu membuat Mira harus mengkonsumsi obat secara rutin. Sejak Desember 2012 dia rutin minum obat selama hampir tiga bulan. Setelah itu, Mira istirahat dan sama sekali tak mengkonsumsi obat sekitar lima bulan. Dua bulan pertama setelah berhenti mengkonsumsi obat-obatan untuk lambung dan empedunya, Mira masih mengikuti dengan disiplin diet yang dianjurkan dokternya. Tidak makan makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol. Banyak makan makanan berserat seperti sayur dan buah. Alhamdulillah, nyeri lambung dan batu di empedu itu tak pernah lagi kambuh hampir tujuh bulan lamanya.
            Merasa sudah kembal pulih, Mira mulai terlena. Sedikit demi sedikit dia mulai lupa sama diet ketatnya. Dan, saya pun tak lagi ketat melarangnya seperti sebelumnya. Sebulan berlalu, belum ada tanda-tanda kambuh juga. Mira semakin merasa kalau dirinya sudah sembuh dan semakin berani mengkonsumsi makanan gorengan, berlemak kembali. Begitu memasuki bulan Ramadan 2013, gejala kambuh pun mulai muncul sesekali, namun belum begitu hebat.
Hingga memasuki seminggu Ramadan, serangan sakit di ulu hati dan lambung itu begitu dahsyat. Saat itu hari sudah larut malam. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11.30. Rasa nyeri itu perlahan-lahan menyerangnya. Jauh lebih menyakitkan dibanding dua kali serangan di tahun 2012. Mira merasakan perbedaan itu. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi kening, leher dan kepalanya. Tak berapa lama Mira akhirnya muntah dan mengeluarkan semua makanan yang ada di dalam lambungnya. Tidak hanya sekali. Muntah itu terus berlanjut hingga beberapa kali sampai hanya air saja yang muncrat dari mulutnya.
        Melihat kondisi Mira yang sangat lemah, betapa paniknya saya malam itu. Apalagi suami saya saat itu sedang dinas. Neneknya Mira lah yang sibuk membantu saya menenangkan. Rasanya pagi begitu lama datangnya. Saya tak sabar menunggu untuk melarikannya ke rumah sakit. Setelah Mira sedikit tenang, kami mencoba memberinya bubur nasi. Namun, perutnya yang kram itu tak lagi mampu menerima makanan baru. Mira semakin lemah dan akhirnya dia tertidur hingga pagi.
       Begitu pagi, saya dan neneknya Mira bersiap membawa putriku ke rumah sakit. Sambil menyetir, saya sesekali memantau wajah Mira yang duduk di jok belakang dari kaca spion. Hingga terbesit sebuah permintaan yang saya rasa setiap ibu pernah menginginkannya. Saya berharap kalau saja rasa sakit yang dirasakan Mira bisa dibagi kepada saya ibunya, pasti Mira merasa sedikit terbantu. Namun, keinginan itu buru-buru saya tepis. Jika saya sakit, siapa yang akan merawatnya? Akhirnya di sepanjang jalan saya memohon kepada Allah SWT agar memberi kekuatan untuknya.
Mira menahan rasa sakitnya. :(
       Begitulah, sesampai di rumah sakit, serangkaian pemeriksaan pun kembali dijalani Mira. Hingga hasilnya ke luar pada hari Jum’at, 19 Juli 2013 bahwa Mira dinyatakan harus dirawat. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa SGOT dan SGPT nya tinggi. Ini artinya fungsi hatinya meningkat drastis dan terganggu. Kondisi ini mengharuskan Mira menjalani bedrest dan tindakan/perawatan/pemeriksaan lebih lanjut.
Kondisi Mira sangat lemah saat masuk kamar rumah sakit.
       Di balik kegundahan hati, saya tetap berusaha tak melawan ketentuan Allah. Semua ini saya yakini sebagai teguran kembali dari-Nya. Saya tak konsisten menjaga kedisiplinan Mira untuk tetap menjalankan diet ketat pada makanannya. Ketika saya mendengar hasil SGOT dan SGPT yang begitu tinggi serta urinenya mengandung protein +1 saya sudah membayangkan kerusakan pada livernya. Rasa takut itu akhirnya terjawab setelah tiga hari Mira dirawat, dengan hasil yang menyatakan bahwa Mira terbebas dari penyakit Hepatitis A, B, dan C. Saya kembali mengucap rasa syukur meskipun batu empedu tetap bertengger di perutnya.
     Kondisi Mira yang lemah serta masih harus menjalani serangkaian pemeriksaan lagi membuat Mira harus dirawat untuk beberapa hari. Ketika menulis ini, Mira sudah seminggu menjalani masa opnamenya di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Pelan-pelan saya kembali mereview sikap sembrono kami (saya dan Mira) dalam mentaati pola makan sehat dari dokter.
    Mira merasa menyesal karena sudah melanggar aturan itu. Dan, saya sebagai ibunya tentu saja merasakan hal yang serupa bahkan jauh lebih menyesal dibanding anak saya. Tapi, saya tak mau larut dalam rasa penyesalan itu. Bagaimana pun ini adalah teguran yang keras agar saya jauh bisa menjaga dan melindungi Mira dari keinginan-keinginan untuk lalai dari menjalankan pola makan sehat tadi.
Pemeriksaan berikutnya adalah USG. Mira begitu takut mendengar kata operasi. Ketika dia tahu dari hasil USG, kalau batu di empedunya bertambah besar diameternya, dia menangis malam itu. Bayangan akan dioperasi menghantuinya. Mira menangkap sorot mata saya yang mungkin terlihat gundah. Saya tak mau menyembunyikan semua hasil USG terakhirnya. Biarlah Mira tahu kondisi yang sebenarnya agar dia tahu apa yang harus dilakukannya ke depan nanti. Semua demi kesembuhannya.
     “Aku nggak mau dioperasi, Bu. Aku janji nggak mau makan lemak-lemak lagi. Aku janji mau disiplin diet,” isaknya ketika saya baru saja kembali dari bertemu dokter jaga malam itu. Rasanya saya ingin ikut menangis bersamanya. Tapi, saya ibunya. Saya harus terlihat tegar di matanya. Kalau saya lemah, Mira tak akan mendapatkan tempat berlindung. Akhirnya saya elus kepalanya dan membagi kekuatan untuknya.
Mira ditemani Khalid (adiknya) supaya nggak merasa jenuh dan bosan.
     Saya kembali bersyukur karena ketakutan Mira akan kata operasi akhirnya sedikit terobati. Dokter tidak menganjurkan untuk mengangkat batu di empedu Mira lewat operasi, tapi dia meminta komitmen Mira untuk kembali menjalankan pola makan sehat dengan serat tinggi. Dokter berharap serat dari sayuran dan buah-buahan itu mampu menggerus atau mempertahankan diameter batu di empedu Mira. Dan, itu sudah menjadi garansi seumur hidup anakku.
     Yah, sehat itu mahal sekali. Maka, dari sini ke depan saya berharap Mira menyadarinya dan saya akan setia mendampinginya agar kembali pulih seperti sedia kala. Ya Allah sehatkan dan kembalikanlah keceriaan itu di mata putriku. Aamiin. 
Cepat sembuh ya, Nak....[]

12 komentar:

  1. Semoga lekas sembuh ya , memang sehat itu mahal, tapi saat sakit seseorang merawat kita dengan penuh kasih juga mahal :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, makasih Mbak Hana. Kewajiban ibulah melakukan itu. :)

      Hapus
  2. cepat sembuh, Mira. Makan sayur dan buah itu enak kok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dia sudah janji mau konsisten makan sayur dan buah. Katanya sudah benar-benar tobat, Kak Benny. Makasih. :)

      Hapus
  3. Tak ada kejadian yg tak berhikmah ya mak Wik...
    semangat mak, insyaAllah semua terlewati :)

    Buat Mira, semoga cepat pulih, bisa beraktifitas lagi seperti sediakala...Aamiinn YRA

    Salam Sayang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mak Aul, itulah yg selalu mengingatkan kita utk tak lupa bersyukur dan menyikapi segala ujian dengan ikhlas ya.

      Aamiin... makasih sdh menyempatkan menjenguk Mira ke RS ya. Salam kembali dari Mira.

      Hapus
  4. hari ini sudah pulang kan ya mbak Mira dari rumah sakit. Semoga makin sehat ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, sudah Mbak. Aamiin, makasih ya. :)

      Hapus
  5. Sakit itu ujian dan bermanfaat untuk merontokkan dosa2 kita
    Semoga nanda segera sembuh dan bunda diberi kesabaran. Amin
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Pakde Cholik. Aamiin... makasih ya. Salam hangat kembali dari Bekasi. :)

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...