Sabtu, 14 Juni 2014

Pelatihan Menulis untuk Persit Kartika Chandra Kirana


 
Saat menyimak pembukaan acara (dokpri)

            Permintaan untuk memberikan pelatihan menulis di inbox facebook sudah beberapa kali saya terima. Tentu saja saat membacanya ada perasaan campur baur antara deg-degan dan senang. Begitu pula ketika menerima permintaan dari Mbak Rianti Budiman, rasa bangga dan senang itu muncul tiba-tiba. Siapakah Mbak Rianti Budiman ini? Mengapa saya bisa mendapat permintaan untuk memberi pelatihan tersebut? Saya perkenalkan terlebih dahulu ya. Hehehe....
Mbak Rianti yang saya kenal dengan panggilan Tita adalah teman suami saya. Mbak Tita dan suami sama-sama bekerja di Bank Indonesia. Saya sudah lama mengenal beliau, tapi belakangn justru saya baru mengetahui bahwa beliau adalah Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XL Brigif 15 Kujang II PD III/Siliwangi. Suami Mbak Tita adalah Komandan di sana. Wow! Sebuah kehormatan yang membuat saya menjadi benar-benar tersanjung. Begitu cerita singkatnya.
Begitulah, setelah beberapa kali kami melakukan kontak lewat facebook dan whatsapp akhirnya kesepakatan diambil. Pelatihan menulis diselenggarakan pada hari Sabtu, 14 Juni 2014 di lokasi Asrama Brigif 15 Kujang II Siliwangi, Cimahi. Saya pun kembali menyiapkan materi dalam format powerpoint yang berisi penjelasan tentang motivasi menulis, berita, artikel, dan tulisan kisah inspiratif. Ini saya susun berdasarkan informasi yang saya terima bahwa ibu-ibu tentara tersebut ingin mendapatkan keterampilan mengemas tulisan nonfiksi untuk bisa ikut dan percaya diri mengisi majalah internal mereka.
Tibalah hari yang telah disepakati. Saya diantar oleh suami menembus udara pagi yang cerah menuju Cimahi. Perjalanan yang lancar mengantarkan kami tepat pada waktu yang dijanjikan, yaitu pukul 09.00 WIB. Kami disambut dengan hangat oleh Bu Dini, salah satu dari anggota Persit yang sebelumnya menjadi penghubung dengan saya untuk kelancaran acara pelatihan.
Kami diantarkan ke ruang tamu yang begitu nyaman. Di meja telah terhidang camilan dan minuman sebagai pelengkap sambutan yang hangat tersebut. Namun, karena ibu-ibu dari Sukabumi belum hadir (tercegat kemacetan), waktu menunggu saya gunakan untuk berbincang dengan Ibu Wakil Ketua. Kesempatan itu saya pakai untuk menanyakan beberapa hal yang bisa melengkapi referensi saya tentang peserta pelatihan agar tidak terjadi kekakuan.
Pembukaan acara (dokpri)
Setelah peserta pelatihan dari masing-masing utusan perwakilan pengurus Persit Ranting 3 Yonif 310 Sukabumi,  Ranting 4 Yonif 312 Subang, dan perwakilan Persit Ranting 1 Denma yang semuanya merupakan perwakilan pengurus telah berkumpul, saya pun diminta memasuki ruang pelatihan. Lagi-lagi saya merasa tersanjung. Kehadiran saya sebagai pemateri di acara pelatihan menulis ini benar-benar mendapat sambutan yang tertata sedemikan rupa. Terlepas dari panitia adalah ibu-ibu tentara yang telah terbiasa mengemas acara, tetap saja saya merasa benar-benar dihargai dan diperlakukan sebagai tamu yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Luar biasa!
Acara pun dibuka oleh Ny. Tanty Ipa Fauzi selaku MC. Dilanjutkan kata sambutan oleh Ny. Tita Fifin Firmansyah selaku Wakil Ketua Persit KCK Cabang XL Brigif 15 Kujang PD II/Siliwangi. Dalam sambutannya beliau menyampaikan permohonan maaf dari Ibu Rianti Budiman yang tidak bisa hadir karena mengurus kelulusan ananda tercintanya. Selepas itu, sesi pelatihan dibuka pula oleh Ny. Jesicca Riza Taufiq selaku Moderator yang membacakan beberapa hal penting dari CV saya. 
Sesi pelatihan menulis pun dimulai. (dokpri)
Usai Moderator membuka sesi pelatihan, saya pun langsung memandu acara. Seperti biasa saya memberi salam dan perkenalan . Saya ingin agar para peserta pelatihan menulis klik dulu dengan pemateri. Pembukaan harus menjadi permulaan yang menyegarkan dan nyaman untuk peserta dan saya. Joke ringan menjadi umpan sederhana yang selalu saya lakukan setiap kali mengisi pelatihan menulis.
Melihat senyum dan tawa kecil dari ibu-ibu tersebut membuat saya enjoy meneruskan materi pelatihan. Satu per satu slide dari powerpoint yang sudah saya kemas sedemikian rupa pun terpampang di layar infokus. Pertama, saya memberikan motivasi tentang menulis. Berikutnya materi tentang berita dengan contoh-contohnya. Setelah itu, saya lanjutkan dengan mengupas tentang artikel dan contohnya.
Karena materi sangat padat, saya tak ingin ibu-ibu merasa jenuh meskipun setiap kali saya bertanya tentang semangat peserta dan jawabannya selalu “masih”, saya harus tetap menjaga kekonsistenan perhatian mereka. Sebelum melanjutkan materi berikutnya, saya selingi pelatihan dengan games. Benar saja, ibu-ibu menjadi semakin bersemangat dan seolah semua ingin menerima tantangan games dari saya. 
Selamat ya, ibu-ibu! (dokpri)
Dua kesempatan yang saya berikan akhirnya dimenangkan oleh dua orang ibu yang memberi jawaban dengan melengkapi alasan yang paling pas dari pertanyaan semacam teka-teki yang saya ajukan. Saya mengatakan bahwa pertanyaan yang saya berikan keduanya sangat erat kaitannya dengan materi yang saya sampaikan. Ibu-ibu dipancing kreativitasnya dalam memberikan jawaban. Semua jawaban sebenarnya tak ada yang salah sebab menulis bukanlah ilmu matematika, namun dua jawaban yang diberikan ternyata jauh lebih kreatif. Maka merekalah yang mendapatkan hadiah pertama dari saya.
Materi berlanjut ke penulisan kisah inspiratif. Sudah saya duga sejak awal kalau materi inilah yang paling mengena dengan ibu-ibu. Saat memaparkan hal-hal penting terkait dengan tulisan inspiratif, saya merasakan keantusiasan peserta semakin meningkat. Kesempatan baik itu saya ambil untuk kembali melempar guyonan-guyonan segar yang mampu membuat mereka tertawa dan sesekali ikut berkomentar.
“Sebagai contoh saja ini ya, Bu. Misalnya, ibu ingin menceritakan bahwa suatu ketika ibu medengar hape bapak berbunyi tengah malam, sementara bapak telah terlelap. Tiba-tiba ibu ingiiin sekali membuka pesan di hape itu. Dengan mengendap-endap dan dibebani rasa bersalah dan benar, antara dorongan ingin membaca dan tidak, namun akhirnya ibu memutuskan untuk membacanya. Dengan tangan gemetar dan jantung berdegup kencang ibu membaca sebaris kalimat yang menanyakan, “Mas, sudah tidur ya” di hape bapak, itu menjadi sesuatu ledakan dahsyat yang sulit ditenangkan,” begitu saya memberi contoh yang disambut oleh respon “Geeerrr....” dari peserta.
Dari contoh itu saya dan peserta pun seolah semakin ditautkan oleh semangat kebersamaan. Hahaha... begitulah ibu-ibu pada umumnya. Contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan mereka memang menjadi sesuatu yang hangat untuk dibahas. Tapi, materi pelatihan masih terus berlanjut, maka saya sengaja menghentikan contoh bermuatan lelucon yang sudah mampu mengidupkan suasana.
“Maaf, ya ibu-ibu... sampai di sini saja dulu ceritanya. Nanti kita lihat apakah si Wiwin itu benar-benar ada atau tidak,” ujar saya membuat tawa kembali pecah memenuhi ruang pelatihan. Stt, Wiwin yang saya sebutkan adalah nama pengirim pesan di hape si bapak tadi, lho. Hehehe.... 
Sesi praktik (dokpri)
Setelah semua materi telah saya sampaikan, saya masih memberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.  Sesi pelatihan saya akhiri dengan praktik menulis. Saya bebaskan peserta untuk memilih jenis tulisan apa yang ingin mereka kerjakan. Berita, artikel atau kisah inspiratif. Saya berikan waktu setengan jam untuk menyelesaikan tulisan dengan minimal setengah halaman folio. Setelah itu saya meminta waktu sekitar lima belas menit untuk memilih tulisan terbaik. Sambil saya membaca, peserta rehat dan menikmati snacknya.
Inilah enam orang ibu yang tulisannya terpilih sebagai tulisan terbaik. (dokpri)

Tulisan peserta. (dokpri)
Dari 35 tulisan yang terkumpul, terpilihlah 6 tulisan terbaik dengan jenis tulisan yang berbeda. Sejujurnya, semua tulisan yang saya baca bagus-bagus, namun karena hadiah dari saya hanya tersisa 6, terpaksa saya hanya memilih 6 tulisan saja. Setelah pemberian hadiah untuk penulis terbaik ternyata saya juga dapat hadiah dari panitia. Senangnyaaa....
Cinderamata yang cantik. :) (dokpri)
Acara pun ditutup dengan doa dan foto bersama masing-masing wilayah. Tidak sampai di situ, saya juga diberi suguhan makan siang ala prasmanan dengan menu yang serba lezat (duh, nggak sempat ambil fotonya, hehehe).
Foto bersama plus sisipan sesi praktik, hehe. (dokpri)
Akhirnya, menutup semua kebersamaan yang begitu menyenangkan selama kurang lebih tiga jam itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Mbak Rianti Budiman, Mbak Dini, dan Ibu Tita (wakil ketua) atas kepercayaan yang telah diberikan kepada saya sebagai pemateri di pelatihan menulis ini. Semoga apa yang sudah saya sampaikan dapat dipraktikkan sesuai kebutuhan menulis yang dimaksud. Terima kasih atas kerjasama yang menyenangkan ini. [Wylvera W.]


19 komentar:

  1. Pengin belajar dari mak Wiwik cara menyampaikan materi dengan menarik. Aku kepoin terus nih blognya. Mak Wiwik makin laris aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, kudu tatap muka, Mak Lusi. Kalau online kan gak bisa lihat wajahku yang manis ini. *polos* ;)

      Hapus
  2. Pengen belajar banyak dari Mak Wiwiek, salam kenal.

    BalasHapus
  3. Kegiatan yang bagus Jeng
    Semoga ibu2 PKCK menjadi rajin menulis dan bisa menerbitkan buku
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, makasih Pak. Salam hangat kembali dari Bekasi. :)

      Hapus
  4. Senengnya bisa berbagi ilmu..
    Ajarin dong cara bikin presentasi yang asyik..xixixi..nodong

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, itu ala bisa karena biasa Mbak Ety. Awal-awal dulu aku juga suka deg-degan, tapi ke sininya malah jadi asyik. Soal ppt, tergantung selera sih sebenarnya mau pakai template yg gimana.

      Hapus
  5. yg bapak2nya sekalian tawarin ke saya aja pelatihannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, nanti coba saya tanyakan ya, Bhai apa bapak-bapaknya mau juga. :)

      Hapus
  6. pelatihan menulis di thariq kapan nih mbak? :) aku pingin ikutan

    BalasHapus
  7. waaah waaah...seru pastinya ya mbaaa....kebayang ramee deh kelasnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak ada sekitar 35 ibu yang cantik-cantik dan smart. ;)

      Hapus
  8. pelatihannya udah, berarti tinggal rajin2 prakteknya, ya Mak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mak. Kalau tidak dilatih, keterampilan menulis itu tidak akan pernah terasah dengan baik. Aku pun masih terus harus memperdalam kemampuan menulis untuk menghasilkan hasil tulisan yang lebih baik lagi. :)

      Hapus
  9. duuh pasti para perserta senang dan dapat banyak manfaat. senangnya saat bisa berbagi ilmu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Ida. Berbagi ilmu itu tak bisa dinilai dengan materi. Makanya, aku yakini, sekecil apa pun ilmu yang kupunya jika ada yang membutuhkannya, jangan menunda untuk membagikannya. :)

      Hapus
  10. Pengen belajar banyak dari Mak Wiwiek, salam kenal.

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...