Minggu, 20 Mei 2012

Workshop Menulis Kisah Inspiratif dari Galeri Kelas Ajaib untuk Ikatan Pegawai Bank Indonesia (12 Mei 2012)

Sabtu pagi itu, para Trainer Galeri Kelas Ajaib dan peserta pelatihan menulis kisah inspiratif kembali bertemu di Museum Bank Indonesia, Jakarta. Kali ini semua terlihat memakai kaus berwarna seragam. Warna biru muda, dengan logo Galeri Kelas Ajaib dan IPEBI di samping kiri dan kanan lengan kaus semakin menyemangati suasana ruang pelatihan.
            Tepat pukul 08.30 WIB, acara dibuka dengan senam bersama yang dipandu oleh saya. Tidak hanya peserta, para Trainer pun ikut melakukan senam. Tak lama. Hanya lima menit, namun senam otak yang dilakukan bertujuan mengaktifkan kerja otak kanan dan kiri. Keseimbangan kerja otak kanan dan kiri ini sangat dibutuhkan dalam proses menulis.


Sehabis senam, acara dilanjutkan dengan pemutaran film pendek oleh Benny Rhamdani. Film tersebut mengisahkan pengorbanan seorang ayah demi merawat anaknya yang menderita cerebral palsy (suatu gangguan/kelainan yang terjadi pada susunan syaraf pusat). Film yang menyentuh ini diharapkan mampu membangun empati peserta dalam menulis kisah inspiratif. 

 
          Sesi berikutnya, adalah sesi yang sempat membuat para peserta bertanya-tanya di pertemuan pertama (5 Mei 2012).
            “Gimana sih kursi listrik itu?” begitu pertanyaan mereka ketika saya mengatakan bahwa kita akan kembali bertemu di sesi yang sangat mendebarkan, yaitu “kursi listrik”.
             Sesi “kursi listrik” pertamakali dipatenkan oleh penggagas Galeri Kelas Ajaib, Benny Rhamdani. Hingga saat ini, GKA selalu memakai istilah “kursi listrik” sebagai bentuk pertanggungjawaban peserta pelatihan atas naskah yang sudah mereka tulis.



 

            Meskipun awalnya peserta takut-takut untuk maju dan didudukkan di “kursi listrik”, namun setelah Benny Rhamdani mengawali eksekusi dengan me-review naskah mereka secara rinci dan menyeluruh, peserta mulai terbiasa dan menikmati hangatnya “sengatan kursi listrik”. Bahkan mereka begitu antusias mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penulisan kisah inspiratif.

 
            Selepas istirahat sholat dan makan siang, acara review naskah di "kursi listrik" dilanjutkan. Kali ini giliran saya sebagai Trainer me-review beberapa naskah peserta. Kebetulan naskah yang saya baca dan ulas semuanya ditulis oleh peserta perempuan. Mulai dari kisah yang berjudul, Antara Kuntilanak dan Pekerjaan yang berbau komedi dan horor, hingga kisah yang berjudul, Separuh Waktuku, menceritakan seorang ibu yang sibuk membagi waktunya antara pekerjaan di kantor serta mengurus keluarga di rumah. 




          Saya langsung me-review tulisan peserta dengan memberikan new comment berwarna merah di bagian-bagian penting yang perlu diperbaiki. 

 
Meskipun semua mengisahkan hal-hal yang layak dijadikan cerita inspiratif, namun dari sembilan naskah, saya memilih dua cerita yang menurut saya sangat menarik. Untuk itu saya memberikan hadiah buku karya saya kepada penulisnya.
Ada kejadian yang sempat membuat saya merasa tarsanjung. Selesai me-review, saya sengaja ke luar ruangan untuk mengambil minum. Salah satu peserta datang mendekati saya.
“Mbak, itu gimana sih cara membuat merah-merahnya? Keren deh, saya langsung paham mana bagian yang harus dikoreksi. Nanti naskah saya dikirim balik ke saya dengan merah-merah itu ya Mbak, supaya saya enggak lupa,” katanya membuat saya tersenyum dan menjelaskan bagaimana caranya warna merah itu bisa melekat di naskah peserta yang saya review. Saya sebut itu "membatik" naskah. Dia tertawa.
“Oh, gampang ternyata ya. Aduh, saya kebiasaan serius sama surat-surat formal dan gak sempat belajar yang begitu,” tambahnya lagi.
Setelah sesi saya berakhir, review naskah di “kursi listrik” dilanjutkan oleh Trainer HayaAliya Zaki. Salah satu peserta yang naskahnya di-review oleh Haya, sempat meneteskan air mata ketika diminta menceritakan naskah yang ditulisnya. Kisah itu ternyata menceritakan drama kehidupannya yang paling rumit. Peserta yang mendengar terbawa suasana haru.


 
Di akhir review, Haya Aliya Zaki (mewakili para Trainer), memberikan kesimpulan bahwa secara keseluruhan, tulisan para peserta sudah bagus. Namun, sebagian ada yang perlu direvisi.
Naskah-naskah peserta pelatihan yang sudah tersusun dalam satu tema, rencananya akan diajukan ke penerbit. Semoga dengan terbitnya buku kisah inspiratif ini nanti, para peserta semakin semangat untuk terus menulis.
Mbak Suci sempat mengatakan, “Kami sangat senang ikut training ini. Selama ini banyak hal kecil tapi berhikmah yang terlewat begitu saja. Mulai sekarang saya akan menuliskannya. Bermanfaat bagi saya, bermanfaat bagi pembaca.”
Di penghujung acara, Ketua Galeri Kelas Ajaib, Sokat Rachman dan Trainer Haya Aliya Zaki menyerahkan sertifikat kepada peserta pelatihan (Ikatan Pegawai Bank Indonesia) yang diwakili oleh Ibu Hasti Adiani Dwiputranti dan Bapak Dudy Iskandar. Saya sendiri menyerahkan hadiah buku kepada Bapak Priyono sebagai peserta dengan naskah terbaik.



 
Tak lengkap rasanya jika kebersamaan Tim Galeri Kelas Ajaib (Benny Rhamdani, Sokat Rachman, Haya Aliya Zaki, saya, Fitria Chakrawati, Rezki Dayan, Indah Juli, serta Ratih Soe) dan IPEBI ini tak diabadikan dalam bentuk foto bersama.


Semoga kerjasama ini terjalin terus dengan baik. Sampai bertemu di pelatihan lainnya.

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...