Jumat, 10 Juni 2016

Delapan Cara Membuang Amarah, Benci, dan Dendam




“Jangan kurang ajar kau ya. Kuhajar kau nanti!”
“Jangankan lihat mukanya, dengar suaranya aja aku gak suka!”
“Dia sudah nyakitin hati aku, gimana nggak dendam coba?”
 
          Cobalah baca kalimat-kalimat di atas. Apa yang terasa? Betul, kalimat di atas adalah ungkapan dari kemarahan, kebencian, dan dendam. Tentu saja, sangat tidak nyaman dibaca dan didengar ketika kita sadar dan terjaga. Namun, bukan tidak mungkin kita pun pernah melakukannya. Sebab, di setiap detik napas kita, syaitan tak pernah diam dan lengah untuk terus menggoda.

         Salah satu senjata syaitan untuk menghancurkan akhlak manusia adalah menggodanya untuk marah. Jika sudah masuk dalam perangkap amarah, maka syaitan pun akan mudah mengendalikan kita. Selanjutnya kita pun akan mudah melepaskan kata-kata di atas. Duh! Seram ya…?

         Amarah adalah perasaan tidak senang dan gusar terhadap sesuatu. Benci artinya tidak suka, tidak tertarik terhadap seseorang atau sesuatu, bisa atau tanpa sebab. Sementara dendam adalah sebuah perasaan yang berkeinginan untuk membalas. Coba tanya hati kita masing-masing. Pernahkah kita meluapkan amarah, menyimpan dendam dan rasa benci di hati? Pernahkah kita memutus tali silaturahmi akibat ketiga hal negatif itu? Apa yang kita rasakan jika ketiga hal negatif itu terselip di hati? Tidakkah kita dihantui rasa resah?

          Setiap manusia tentunya berharap bahwa hidupnya selalu damai dan tenteram. Baik itu dalam lingkungan keluarga, teman, dan di mana saja. Namun, sebagai makhluk sosial yang kerap berinteraksi dengan manusia lainnya, siapa yang bisa menduga, kapan masalah akan menghampiri kita. Masalah itu pula yang akhirnya menyebabkan kita tergoda untuk marah, dendam, dan membenci. Sementara kemampuan setiap manusia dalam mengatasi amarah, dendam, dan kebencian pun tentulah berbeda-beda. Namun, kita juga diberi akal untuk berusaha dan belajar terus-menerus untuk terampil mengendalikan amarah yang akan berefek pada rasa benci dan dendam itu.

           Sebagai umat Islam, saya takut sekali. Sebab kemarahan, dendam, dan kebencian sangat tidak disukai oleh Allah SWT. Lebih jauh lagi, muslim yang menyimpan amarah, dendam, dan kebencian di hatinya, maka semua amalannya akan tertolak. Na’udzubillahimindzalik.

       Lalu, bagaimana cara untuk mengendalikan bahkan melenyapkan amarah, dendam, dan kebencian itu? Di agama saya (Islam), banyak sekali tuntunan yang mampu menjauhkan kita dari dari amarah, dendam, dan benci ini. Dan, saya yakin, agama lainnya pun begitu.

        Di postingan ini, saya tidak membahas cara mengatasi ketiga sikap negatif itu dari sudut pandang agama saya. Saya ingin berbagi secara umum saja. Kita bisa melakukan beberapa langkah berikut agar terbebas dari tiga sikap negatif itu.

1. Diam
Dalam keadaan marah, biasanya kata-kata atau kalimat yang muncul adalah sarat dengan kata-kata menyakitkan. Jika hal ini tidak diredam, maka bukan tidak mungkin akan memunculkan keinginan untuk membalas dari pihak lawan. Terciptalah lingkaran yang tidak sehat dan bahkan bisa menciptakan permusuhan tak berkesudahan. Untuk itu, berusahalah diam saat hati dipenuhi rasa marah. Tarik napas dalam-dalam lalu lepaskan. Kondisi ini pelan-pelan akan memberikan waktu pada kita, sehingga rasa emosi itu menjauh dari hati kita.

2. Jangan pedulikan
Biasanya kemarahan akan muncul bila kita terlalu memedulikan perkataan negatif orang lain terhadap diri kita, baik itu secara langsung maupun sindiran. Namun, jika kita tidak merespon dan tidak memedulikannya, maka hal-hal yang memancing kemarahan itu akan lebih mudah dikendalikan.

3. Selalu bersikap baik
Kemarahan kerapkali disebabkan oleh sikap-sikap yang kurang menyenangkan dari salah satu atau kedua belah pihak. Seterusnya bukan tidak mungkin akan terjadi permusuhan berkepanjangan. Maka untuk menghindari situasi tersebut, berusahalah selalu bersikap baik. Yakinkan diri bahwa sikap yang baik Insya Allah akan melindungi kita.

4. Toleran
Orang yang terampil bertoleransi, hidupnya cenderung lebih damai. Kita tidak pernah tahu latar belakang mengapa orang lain selalu memberi kesan buruk terhadap kita. Begitu juga sebaliknya. Belajarlah bertoleransi menghadapi orang yang menyebalkan dan memancing amarah kita.

5. Interospeksi dan minta maaf
Ini yang terkadang sulit kita lakukan. Ego dalam diri kita sering mengalahkan hati untuk melakukan interospeksi. Dengan melakukan interospeksi, maka kita tidak mudah untuk menyalahkan orang lain. Jika kita sudah menemukan kekeliruan itu, segeralah meminta maaf. Namun jika kita tidak menemukan kesalahan dalam diri kita, jangan membiarkan kemarahan bersemayam, ambillah cara agar kemarahan pada seseorang itu mencair.

6. Berpikir positif
Misalnya seseorang telah melakukan hal yang membuat kita marah. Jangan buru-buru membalas kemarahan tersebut dan membencinya. Berusahalah melihat hal-hal positif lainnya. Fokuslah pada hal yang positif itu sampai amarah dan rasa benci kita menguap sehingga tak menyisakan dendam setelahnya.

7. Tersenyum
Senyum adalah ibadah dalam keyakinan saya. Lagi-lagi saya yakin, demikian juga di keyakinan lainnya. Dengan senyuman yang tulus, orang tidak akan mudah menebak isi hati kita. Justru senyuman yang kita perlihatkan akan memberi aura damai bagi orang lain.

8. Memaafkan
Gampang diucapkan tetapi sulit untuk dipraktikkan. Memaafkan adalah sikap mulia yang akan membawa kita pada kedamaian. Memang tidak mudah. Apalagi jika hati kita sudah sedemikian terluka. Namun, jika kita berusaha dan mau melakukannya, percayalah … efeknya sangat luar biasa. Tidak hanya pada perasaan kita, tapi juga untuk kesehatan jiwa dan raga.

          Inilah delapan upaya yang harus kita coba melakukannya saat hati kita tersulut kemarahan lalu melahirkan kebencian dan dendam di hati. Selamat mencoba, semoga berhasil. [Wylvera W.]

10 komentar:

  1. Aku takut juga kalo marah, takut melukai hati yang kena marah. Makanya aku lebih memilih diam, ambil air wudhu biar hati ikut adem, mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak kalau di kita anjurannya salah satu yang berwudhu itu. Sama, aku juga gitu kalau sudah nyaris memuncak amarahnya. Adeeem ....

      Hapus
  2. Hmm.. apalagi remaja kaya saya.. senggol dikit kadang bawaannya marah.. tapi cowok mah jarang dendam... kemaren berantem besok baikkan.. wuahaha... tapi memang saya sadar juga kalo berantem itu gak baek.. dulu guru agama juga pernah bilang kalau obat paling mujarap untuk penyakit dendam dan amarah itu wudhu.. tapi aku sendiri gak pernah ngalakuin itu.. kalo punya amarah ato dendam malah kumpul kumpul bareng temen temen... hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sebagai muslim, wudhu' itu peredam amarah yang jitu. Tapi, boleh juga memilih melakukan cara lain untuk mengantisipasi amarah. :)

      Hapus
  3. G ada menjauh mbak. aku gitu soale xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa juga, tapi jangan keterusan sebab bisa jadinya memutus hubungan silaturahmi. :)

      Hapus
  4. Terima kasih sudah menuliskan tips-tips ini, Kak.
    Sangat bermanfaat untuk saya, juga si sulung yang beranjak abg dan sepertinya kurang bisa bertoleransi terhadap orang-orang yang dianggapnya menyebalkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kembali kasih, Erna.
      Alhamdulillah jika tulisan ini memberi pencerahan ya.
      Makasih sudah berkunjung. :)

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...