Sabtu, 27 Oktober 2012

Memetik Hikmah dari Berqurban

             Baru saja kita melewati hari raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1433 H, atau tanggal 26 Oktober 2012 yang lalu. Pada hari itu kita disunnahkan untuk berqurban (bagi yang mampu). Dari keikhlasan berqurban tersebut, tentunya kita dapat merasakan berbagai hikmah. Salah satu hikmah yang bisa kita rasakan adalah bentuk keikhlasan dan semangat berbagi bagi sesama.

           Dalam hadits qudsi, Allah menyatakan bahwa Dia sangat cinta kepada hamba yang suka menjalankan amal-amal sunnah, sehingga manakala Allah telah mencintai hamba tersebut, Dia akan menjaga matanya, pendengarannya, tangan, dan kakinya. Semua anggota tubuhnya akan terjaga dari maksiat dan pelanggaran. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori dari Abu Hurairah RA. Subhanallah....
            Dari sekian banyak sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, adalah melakukan qurban, yaitu menyembelih binatang ternak, berupa onta, atau sapi (lembu) atau kambing dengan syarat dan waktu yang tertentu. Bahkan kesunnahan berqurban ini adalah sunnah muakkadah, artinya kesunnahan yang sangat ditekankan dan dianjurkan.
 
                      

       Sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim dalam Shohihnya dari Anas bin Malik, beliau berkata :
“ Rasulullah saw berudhiyah (berkurban) dengan dua kambing putih dan bertanduk, beliau menyembelih dengan tangan beliau sendiri yang mulia, beliau mengawali (penyembelihan itu) dengan basmalah kemudian bertakbir …”
      Tapi hendaknya kita mengetahui bahwa kesunnahan qurban adalah untuk umat Nabi Muhammad saw, sedang bagi beliau justru adalah sebagai kewajiban, ini termasuk sekian banyak kekhususan yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah saw.
       Bahkan qurban telah menjadi salah satu ritus dalam sejarah pertama manusia. Seperti dikisahkan dengan jelas dalam AI-Quran surah Al-Maidah ayat 27 mengenai prosesi qurban yang dilakukan oleh kedua putra Nabi Adam AS, qurban diselenggarakan tiada lain sebagai refleksi syukur hamba atas segala nikmat yang dianugerahkan Tuhannya, di samping sebagai upaya taqarrub ke hadirat-Nya.

Hikmah yang bisa kita ambil dari qurban adalah:
Pertama, untuk mengenang nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim dengan digagalkannya penyembelihan putranya, Ismail AS, yang ditebus dengan seekor kambing dari surga.
Kedua, untuk membagi-bagikan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia saat Hari Raya ‘Idul Adha, yang memang menjadi hari membahagiakan bagi umat Islam, agar yang miskin juga merasakan kegembiraan seperti yang lainnya. Sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw (artinya): “Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah” (HR. Muslim)
Ketiga, untuk memperbanyak rezeki bagi orang yang berqurban, karena setiap hamba yang menafkahkan hartanya di jalan Allah akan mendapatkan balasan berlipat ganda.
      Qurban yang disertai ketulusan tidak mengharapkan balasan kebaikan dari pihak lain yang ikut menikmati milik kita yang kita jadikan qurban. Ketulusan berqurban hanya mengharapkan ridla Allah SWT, dengan keyakinan, bahwa Allah akan mencatat setiap pengurbanan, apalagi pengurbanan yang dirahasiakan. Qurban merupakan media untuk bersyukur atas nikmat pemberian Allah. Gemar bersyukur menghasilkan suasana batin yang lapang dan sabar serta terjauh dari perilaku suka mengeluh. Sebaliknya, orang yang suka mengungkit kebaikannya kepada orang lain menandakan bahwa qurbannya masih semu, belum tulus. Qurban bukan dirasakan sebagai syukur, tetapi show agar dianggap orang hebat di mata orang banyak. Sikap seperti ini takkan menghasilkan apa-apa kecuali ria.

            Hari raya Idul Adha, diperingati setahun sekali, tapi semoga semangat berqurban bisa terus terefleksi dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari berqurban dengan hati yang tulus ikhlas demi mencapai ridho Allah SWT.

Note: Hadist dan beberapa keterangan berqurban dikutip dari beberapa sumber.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...