Kamis, 05 Oktober 2017

Air Zamzam dan Ujian Kesabaran



           
Tempat penyediaan air zamzam - dokpri

        Saya yakin, setiap kaum muslimin yang pernah berhaji dan berumrah pasti memiliki pengalaman. Baik itu pengalaman fisik maupun batin. Untuk pengalaman fisik, bisa jadi ada yang mirip. Namun untuk pengalaman batin tentulah berbeda-beda. Masing-masing akan menjadikannya sebagai hikmah dalam menjalani keyakinan hidupnya sebagai hamba Allah.
            Kemarin saya sempat bercerita tentang pilihan visa yang saya dan suami ambil untuk berhaji. Tentang bagaimana pengalaman kami melewatinya hingga akhirnya kami sampai di Mekkah Al Mukaromah. Ketika berada di tanah haram, segala sesuatu yang terjadi, ada, terasa oleh saya maupun teman-teman sesama rombongan jema’ah, saya selalu berusaha menyikapi dan mengumpulkan maknanya.
            Kali ini perhatian saya tertuju pada air zamzam yang ada di Masjidil Haram (Mekkah) dan Masjid Nabawi (Madinah). Saat musim berhaji, udara yang biasanya panas menyengat akan disejukkan ketika jema’ah tiba di kedua masjid tersebut. Bisa minum air zamzam setiap hari tanpa khawatir akan kehabisan, merupakan berkah yang luar biasa.
            Saya yakin bahwa tidak satu pun jema’ah yang pernah salat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi melewatkan kesempatan meminum air zamzam. Bayangkan berapa jumlah ummat muslim yang minum air zamzam itu setiap harinya, terutama di musim haji dan umrah. Namun, air zamzam tidak pernah kering dan selalu berlimpah. Betapa Maha Kaya dan Kuasa Allah yang tak satu pun mampu menandingi-Nya. 
            Kalau tanpa pemahaman, meminum air zamzam di tanah haram seolah seperti minum air biasa saja. Tapi, sebenarnya tidak demikian. Mengapa tamu-tamu Allah selalu berkeinginan untuk meminumnya? Bahkan ada yang tak segan-segan membawa wadah cukup besar dan mengisinya penuh untuk dibawa bolak-balik ke penginapan bahkan saat pulang ke tanah air masing-masing.
            Dari Ibnu Abbas ra, bahwsanya Rasulullah saw bersabda tentang air zamzam;
            Sebaik-baiknya air dipermukaan bumi ialah air zamzam, padanya terdapat makanan yang menyegarkan dan padanya terdapat penawar bagi penyakit.”
            Saya menyimpulkan bahwa dari sabda Nabi Muhammad saw inilah ummat muslim ingin berulang-ulang minum air zamzam selama ia berada di tanah haram.

Ujian kesabaran karena air zamzam
            Petuah untuk selalu menahan amarah dan meningkatkan rasa sabar selalu kita dengar ketika hendak menuju ke tanah haram. Meskipun menahan amarah dan sabar itu hendaknya dapat kita amalkan kapan dan di mana saja, tapi kadarnya ternyata lebih besar saat berada di tanah suci.
            Ini pula yang terjadi pada saya. Semestinya air zamzam itu menyejukkan, menghilangkan dahaga dan penyakit, menambah stamina saat melakukan prosesi haji dan umrah. Tapi, saat itu ujian tentang air zamzam menghampiri saya.
Kok bisa?
            Saat itu azan Magrib tinggal beberapa menit lagi berkumandang di Masjidil Haram. Saya dan suami yang terlambat datang harus mencari tempat untuk salat. Kami mulai kebingungan. Suami saya tidak ingin membiarkan saya mencari tempat sendirian. Ia berusaha sampai saya menemukan tempat terlebih dahulu. Namun, beberapa titik jalur masuk menuju saf-saf perempuan sudah ditutup oleh petugas.
Akhirnya saya melihat ada tempat yang lumayan cukup untuk membentangkan sajadah. Posisinya dekat dengan deretan tong penyimpanan air zamzam. Suami meminta saya untuk menunggunya selepas salat Isya di tempat yang tak jauh dari situ. Tanpa berpikir macam-macam, saya pun membentangkan sajadah lalu buru-buru mengerjakan salat tahiyatul masjid. 

Mengambil air zamzam sebelum dan sesusah salat
            Setelah azan magrib, saya dan para wanita di saf kami pun khusyuk mendirikan salat. Pada rakaat kedua, saya merasa bagian kaki saya dingin dan menyebar ke gamis bagian bawah. Saya tetap berusaha konsentrasi menyelesaikan salat. Ketika selesai, barulah saya tahu kalau sajadah dan sebagian gamis saya sudah basah oleh genangan air zamzam.
Sesaat sebelum salat, ada perempuan (bukan orang Indonesia pastinya), sibuk mengisi botolnya dengan air zamzam. Ia masih berjongkok di sisi tempat air zamzam itu. Saya memerhatikannya. Sebelum mengisi botolnya, perempuan itu menuangkan sisa air yang masih ada dari dalam botol itu. Air itulah ternyata yang sejak tadi menggenangi lantai dan sajadah saya.
Kalau menuruti bisikan hawa nafsu, pastilah saya menegur dan marah padanya. Tapi itu tidak saya lakukan, walaupun sajadah saya tidak bisa dipakai lagi untuk salat Isya. Gamis saya pun sudah basah hingga ke pangkal paha. Sementara salat Isya masih beberapa saat lagi.
Saya mencoba tenang dan berpikir bahwa situasi itu tengah menguji kesabaran saya? Ada seorang ibu separuh baya dengan wajah putih bersih (lagi-lagi bukan orang Indonesia), menawarkan separuh sajadahnya untuk kami pakai bersama-sama. Ia meminta saya menggeser posisi duduk merapat ke sisinya supaya air yang menggenang tidak mengenai sajadahnya juga. Tampak sekali sikapnya yang tulus dan kasihan melihat saya. Tapi ia tak sekalipun mengomentari perempuan yang sudah membuat sajadah dan gamis saya basah. Sikap Ibu itu membuat saya menepis rasa kesal yang sempat muncul di hati. Sementara wanita yang sudah membasahi sajadah dan gamis saya masih berjongkok tanpa meminta maaf kepada saya. Ia melihat saya dengan ekspresi datar.
Setelah salat Isya selesai, saya mencoba memaknai kejadian yang baru saja saya alami. Hasrat untuk menikmati manfaat air zamzam memang sungguh besar bagi setiap jema’ah yang berada di Masjidil Haram. Namun, terkadang tidak semua paham bagaimana cara mendapatkannya dengan cara yang benar, tanpa merugikan yang lainnya. Keinginan yang kuat dengan ketersediaan yang lebih dari cukup tidak serta-merta membuat orang sabar dan santun dalam mendapatkannya. Karakter tetaplah karakter. Jika tidak dibarengi dengan akhlak dan kesantunan, maka ketidakpedulian akan muncul tanpa disadari.
Setelah kejadian sederhana itu, saya berusaha beristighfar berulang-ulang. Semoga Allah selalu menjaga hati ini dari kealpaan tersebut. Kesabaran ternyata lebih menguntungkan dari kemarahan. [Wylvera W.]

           


8 komentar:

  1. Subhanallah, selalu ada cerita menarik dari baitullah. Tiap orang punya cerita berbeda dan bisa menjadi pelajaran berharga.

    BalasHapus
  2. MasyaAllah... Selalu suka dengan cerita perjalanan ibadah haji

    BalasHapus
  3. Masya Allah. Saya selalu suka dengan kisah-kisah di Baitullah, karena dapat meredakan rindu saya yang amat ingin kesana. Saya juga mencoba mengambil hikmah dari kisah-kisah itu, sebagai pengingat bagi saya.

    BalasHapus
  4. Masyaallah ... Tabarokallah bunda.
    Tulisan ini sangat bermakna dan memberikan pelajaran bahwa apa yg kita inginkan janganlah sampai menyakiti atau merugikan orang lain. Dan kita pun harus memperhatikan sekitar kita.

    Terimakasih bunda wiwiek


    (Wiwik Winarsih)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masyallah ... tabarakallah.
      Makasih ya, Wiek sudah berkunjung di blog saya. :)

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...