Sabtu, 22 Maret 2014

Jadi Motivator di Seminar Parenting



 
Cinderamata dari GKS (foto pribadi)
            Beberapa waktu lalu, saya kembali mendapat permintaan dari pihak Global Kids School untuk menjadi pemateri. Awalnya saya pikir Ibu Kepala Sekolah meminta saya untuk melanjutkan materi kelas menulis murid-murid di sekolah itu yang sebelumnya pernah saya kunjungi, ternyata saya didaulat sebagai pembicara (kerennya sih jadi motivator...hehehe) di acara parenting seminar yang akan mereka gelar.
Wow! Kalau untuk berbagi materi tentang menulis kepada anak-anak, remaja atau bahkan ibu-ibu, saya sih sudah biasa, tapi untuk menjadi motivator kepada para orangtua murid tentang menumbuhkan kebiasaan membaca dan menulis, ini bakal jadi pengalaman pertama buat saya. Seperti biasa, untuk permohonan yang datangnya lewat SMS atau e-mail, saya selalu mendiamkan terlebih dahulu beberapa waktu (tapi tentu tak lewat sehari lah...hehe). Tujuannya agar saya yakin apakah saya siap untuk memenuhi permintaan tersebut.
Akhirnya setelah berpikir dan membayangkan apa yang harus saya siapkan dan saya bagi ke audience, barulah saya merespon permintaan dari Bu Nunun (Kepala Sekolah Global Kids School). Beliau pun memberikan tanggal penyelenggaraan yang tadinya akan digelar pada bulan Februari 2014 lalu. Namun karena satu dan lain hal, acara seminar mundur sebulan dan baru  bisa dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Maret 2014.
Beberapa hari menjelang acara tersebut, saya kembali disibukkan dengan menyiapkan materi agar kelak tampil dan mampu memberikan yang terbaik. Materi yang akan saya sampaikan diberi judul, “Menumbuhkan Minat Baca dan Menulis pada Anak”. Selain mengumpulkan beberapa referensi, saya juga memadukannya dengan pengalaman saya sebagai ibu yang juga penulis serta memiliki dua anak yang telah menghasilkan beberapa buku. Tidak terlalu sulit menyiapkan materi dalam format power point karena apa yang ingin saya sampaikan memang tak jauh dari pengalaman sendiri. Maka, saya pun siap dengan materi yang akan saya bagikan kepada para orangtua murid di Global Kids School.
Tibalah pada hari pelaksanaan seminar (Sabtu, 22 Maret 2014) di mana saya ditunggu untuk memberi motivasi kepada sekitar 30 orangtua yang akan hadir di acara tersebut. Dengan diantarkan oleh suami tercinta, saya pun berangkat dari rumah (Bekasi) sekitar jam tujuh pagi. Saya harus tiba di sekolah itu sebelum pukul 09.00 WIB (waktu yang dijanjikan untuk memulai seminar). Alhamdulillah, karena jalanan tidak terlalu macet, saya dan suami pun tiba di Global Kids School (Jalan Lubang Buaya, No 6 B, Jakarta Timur) setengah jam sebelum jam sembilan pagi.
Kehadiran saya disambut dengan ramah oleh beberapa orang staf pengajar. Karena peserta seminar belum semuanya hadir, saya pun memilih menyerahkan materi yang akan ditampilkan di layar infokus. Sementara suami saya lebih memilih menunggu di luar sambil menonton murid-murid yang sedang mengikuti ekstrakurikuler bela diri TaeKwonDo. Dalam hati sebenarnya saya sangat bersyukur karena suami tak ikut menyaksikan saya berbicara di depan audience. Saya sempat khawatir kalau dia ikut duduk di deretan bangku peserta, apa yang bakal terjadi pada penampilan saya. Masalahnya beliau belum pernah menyaksikan saya menjadi presenter. Hahahaha....

MC (foto pribadi)
Tepat pukul 08.45 WIB acara pun dibuka oleh salah seorang guru yang merangkap sebagai pembawa acara (MC). Beliau memperkenalkan saya lewat CV yang sudah saya berikan sebelumnya. Sesekali saya perhatikan beberapa pasang mata melirik ke saya sebab saya masih duduk di deretan bangku peserta. Setelah MC selesai membuka dan membacakan beberapa pengalaman dari CV saya, barulah saya diminta untuk menyampaikan materi sesuai tema yang mereka minta.
Saya pun membuka sesi dengan mengucapkan salam dan rasa terima kasih kepada pihak sekolah dan para orangtua murid Global Kids School yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk berbagi pengalaman serta motivasi.
Klik!
Layar infokus pun menampilkan slide pertama dari materi saya.

Ilustrasi anak membaca. ©wishfulthinkingworks.com
Setelah itu sajian materi pun mengalir lancar. Sesekali saya menyelipkan joke ringan di sela-sela paparan materi yang saya berikan. Dan, senang rasanya jika humor yang saya lemparkan disambut gelak tawa para orangtua yang menjadi peserta seminar. Namun, tak jarang juga saya bersikap serius ketika membahas bahwa setiap anak tentulah berbeda dalam memotivasinya untuk gemar membaca. Kegemaran itu muncul jika orangtua ikut berperan sebagai role model.

Suasana di ruang seminar (foto pribadi)



Setelah selesai menyajikan materi tentang menumbuhkan minat baca, saya melanjutkannya pada materi tentang menumbuhkan minat menulis pada anak. Saya semakin percaya diri karena semua mata masih fokus memperhatikan saya. Diam-diam saya menyiapkan diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan mereka ajukan setelah materi yang saya sajikan berakhir. Saya yakin karena lewat tatapan mata mereka seolah para orangtua murid itu mulai menyusun bahan pertanyaan yang ingin mereka ajukan.
Sebelum membuka sesi tanya jawab, saya mengatakan bahwa alangkah baiknya kalau kami saling sharing pengalaman sehingga saya tidak sepenuhnya berperan sebagai pembicara  dan seolah merasa “sok” pintar sendiri. Hahaha.... Mereka kembali tertawa mendengar komentar saya.
Semua pertanyaan mereka saya jawab. Dan saya selalu menanyakan apakah jawaban saya pas atau sesuai dengan yang mereka harapkan. Saya ingin mereka jujur agar tujuan dari seminar tersebut bisa tercapai dengan baik. Jika masih ada yang dirasa kurang, saya tak segan-segan mengajak audience untuk kembali mendiskusikannya. 

Sesi tanya jawab (foto pribadi)

Saya juga tidak menutup kesempatan agar para orangtua murid yang hadir mau berbagi tentang pengalaman mereka juga dalam menumbuhkan minat baca tulis buah hatinya. Seterusnya, terciptalah suasana yang sangat menyenangkan. Beberapa dari mereka bertanya, meminta solusi dan tips kepada saya. Dan beberapa lainnya justru tak sekadar mengajukan pertanyaan tapi juga bercerita tentang kebiasaan unik dan cara mereka memotivasi anaknya untuk mau menjadikan kegiatan membaca dan menulis sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan.
Ada juga yang bercerita bahwa dia dan suami sebenarnya pencinta buku dan sekaligus gemar menulis bahkan pernah memenangkan beberapa perlombaan menulis, namun mereka merasa kehabisan akal untuk mewariskan kebiasaan itu kepada anak-anaknya. Padahal menurutnya, mereka sudah melakukan tahapan-tahapan yang saya sajikan di materi pembahasan. Untuk keresahan si ibu, akhirnya saya mencoba menelaah sisi yang mungkin belum terpenuhi oleh mereka sebagai orangtua.

Tak harus selalu serius (foto pribadi)

“Saya senang karena ternyata di sini ada yang sudah memiliki pengalaman yang lebih dari saya. Anak saya saja masih duduk di bangku SMA dan yang bungsu masih di SMP, sementara dua anak Ibu sudah kuliah. Tentunya Ibu sudah melewati fase sebagai orangtua yang belum saya jalani. Tapi, meskipun demikian, jangan pernah bilang menyerah ya, Bu. Saya bisa berbagi karena mungkin memang kebetulan apa yang saya harapkan dari anak-anak saya terkait dengan kegiatan membaca dan menulis ini sedikit banyak telah memenuhi harapan, jadi saya tidak mengalami fase sesulit seperti pengalaman Ibu. Tapi, kalau boleh saya membantu dan siapa tau kelak ini akan berhasil, bagaimana kalau dari kegemaran Ibu menulis itu Ibu mencoba menghasilkan sebuah karya dalam bentuk buku. Mungkin ini  bisa menjadi bukti bahwa kegemaran membaca itu akan mendorong keinginan untuk menulis dan kegiatan menulis jika dilakukan kontiniu akan menghasilkan sebuah karya yaitu buku. Katakan itu kepada anak-anak Ibu sambil menunjukkan buku karya Ibu kepada mereka,” ulas saya panjang sambil melihat respon si Ibu.
“Oh iya... benar juga. Bisa jadi  ya biarpun saya dan suami sudah menyontohkan dan terus-menerus menyuruh anak-anak saya supaya mau membiasakan diri membaca tapi karena saya sendiri belum menunjukkan bukti nyata, maka anak-anak saya menganggap itu hanya bentuk omelan saja ya,” ungkapnya menahan tawa.
“Kalau begitu, saya mau minta bantuan Bu Wiwiek supaya nanti saya bisa menyelesaikan satu tulisan dan membukukannya. Kalau berkenan, saya dibantu ya, Bu?” ujarnya lagi membuat saya tersenyum dan mengiyakannya.
Sat hal yang membuat saya kagum, bahwa di antara para penanya terlihat keantusiasan para bapak dalam usahanya menemukan trik khusus untuk menumbuhkan minat baca putra-putri mereka. Memang seperti itulah seharusnya, karena tugas dan tanggung jawab dalam pola asuh anak tidak semata-mata diletakkan pada seorang ibu. Ayah dan Ibu hendaknya senantiasa bergandengan tangan, mencari solusi dan bersama-sama dalam menjalankan fungsinya sebagai orangtua. Sementara para guru melanjutkan perannya dalam membantu mengembangkan serta mengarahkan kemampuan si anak. Tujuan tak akan tercapai secara optimal jika dua kekuatan dalam pola pengasuhan dan pendidikan pada anak ini tidak bekerja sama dengan baik.
Begitulah, setelah sesi tanya jawab yang semakin seru seolah sulit untuk dihentikan, waktu juga yang harus membatasi kebersamaan saya dengan para orangtua murid di momen itu. Sebelum menutup acara, saya sangat terharu ketika Kepala Sekolah memberikan sebuah cinderamata yang indah sebagai bentuk penghargaan mereka kepada saya. Daaan... tentunya disertai amplop penghilang rasa lelah. Hahaha... just kidding!
Akhirnya... terima kasih,  semoga kerjasama kita tak berakhir sampai di sini, Bu Nunun. Sampai bertemu kembali di event lainnya. []

13 komentar:

  1. Aaah jadi pingin lihat langsung :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang mana yang pengen dilihat langsung ni, Fit? *pura-pura polos* ;)

      Hapus
  2. Kece mak, terus lanjut mak berbaginya :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah, Mak Icoel selagi masih kuat dan dibutuhkan. :)

      Hapus
  3. Asiknya berbagi..andai dekat, saya juga mau ikutan:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo, Mbak... di mana tinggalnya? Kalau masih bisa saya jangkau, apa salahnya. :)

      Hapus
  4. Keren Maaaak..
    semoga bisa menumbuhkan kebiasaan membaca di lingkungan keluarga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, Mak Sari.
      Aamiin, mari kita tumbuhkan minat baca dan menulis dalam keluarga kita. :)

      Hapus
  5. Slide-nya cakep. Jam terbangnya makin makin aja, nih. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamsiaaa, Inang Haya.
      Mumpung sayapnya masih kuat, jam terbang pun diperbanyak. Hahaha.... ;)

      Hapus
  6. saya pengen lihat Mak Wiwiek jadi motivator, nih. Kayaknya menyenangkan banget :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... ayo dicoba, Mak Myra. *menunggu undangan dengan senang hati* ;)

      Hapus
  7. ayo mbak kapan ngadain acara buat orang tua murid disekolah,aku daftar deh

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...