Senin, 09 Januari 2017

Pelatihan Menulis di SD Islam Al Azhar BSD

            Salah satu kebahagiaan yang membuat saya merasa harus terus menulis adalah ketika selesai memberi pelatihan tentang menulis itu sendiri. Rasanya ilmu yang saya punya tetap hidup dan berkembang sedemikian rupa. Itu sebabnya, saya selalu sulit menolak setiap tawaran untuk menjadi pemateri di pelatihan menulis cerita, baik untuk anak-anak, remaja, maupun dewasa. Meskipun ilmu menulis cerita yang saya miliki tidak semumpuni penulis-penulis kondang, namun naluri berbagi itu selalu menjadi prioritasnya.
            Pada bulan November 2016, saya diminta untuk menjadi pemateri oleh ibu-ibu pengurus BKOMS (Badan Koordinasi Orangtua Murid dan Sekolah) SD Islam Al Azhar BSD. Setelah melakukan pertemuan, akhirnya diputuskan bahwa acara akan digelar pada hari Kamis, 10 November 2016. Bertepatan dengan peringatan “Hari Pahlawan”. Saya diminta memberi pelatihan menulis kepada kurang lebih 300 siswa dari kelas 3, 4, 5, dan 6.

10 November 2016
            Tibalah hari yang ditetapkan. Pagi-pagi sekali saya sudah meluncur di jalan tol. Alhamdulillah, saya tiba lebih cepat dari waktu yang dijanjikan. Setelah menikmati sarapan di kantin sekolah yang megah itu, saya langsung diajak menuju aula. Saya terpana melihat backdrop yang terpampang di dinding bagian depan aula tersebut. Tiba-tiba dada saya sesak oleh rasa tersanjung. Karena masih sepi, saya sempatkan berfoto di depannya. 

            Sambil menyiapkan laptop dan materi yang sudah saya bawa, panitia juga mulai sibuk mengatur ruangan yang sebenarnya sudah tertata rapi. Pelatihan katanya akan dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama untuk murid kelas 3 dan 4. Sesi kedua untuk murid kelas 5 dan 6. Tidak terlalu menunggu lama, suara-suara riuh pun terdengar. Anak-anak mulai memasuki ruangan dengan arahan ibu-ibu pengurus BKOMS. Mata saya langsung berbinar melihat keantusiasan mereka. Bahagia sekali rasanya. 

Hj. Endang Pujiati Sembiring (MC)
Hj. Dra. Akhsid Utami (Kepala Sekolah)
            Setelah semua berkumpul di aula, acara pun dibuka oleh pembawa acara, Ibu Hj. Endang Pujiati Sembiring. Setelah itu dilanjut oleh sambutan Kepala Sekolah, Ibu Hj. Dra. Akhsid Utami.  Dalam sambutannya, Ibu Kepala Sekolah mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian dari materi bulan bahasa di sekolah tersebut. Banyak kegiatan yang sudah dilakukan, dan pelatihan menulis adalah salah satunya, kata beliau. Beliau juga berharap dari pelatihan menulis ini kelak akan melahirkan penulis-penulis cilik berbakat dari sekolah mereka. Saya mengaminkan harapan beliau dalam hati.

Pelatihan menulis pun dimulai
            Seperti biasa, saya selalu mengawali pelatihan menulis dengan salam pembuka dan memperkenalkan diri. Selain itu, untuk menjalin kontak yang baik dengan anak-anak, saya juga tidak buru-buru berbagi materi. Saya sapa mereka dengan hal-hal terkait dunia kepenulisan. Dengan jumlah murid sekitar 150 anak (kelas 3 dan 4), tentu suara gemuruh saat anak-anak merespon pertanyaan saya kembali memenuhi aula. Saya kembali menenangkan suasana dan mengajak mereka untuk tekun menyimak materi tentang cara menulis cerita pendek yang akan saya sajikan. 


            Tema yang saya pilih adalah “Menulis itu Asyik”. Saya jelaskan untuk jangan pernah takut dan ragu-ragu ketika ingin menulis cerita. Kalau idenya sudah ada, mulailah menuliskannya. Bagaimana caranya? Saya menjelaskan tahapan yang bisa mereka praktikkan. Dari ide yang mereka pilih, agar lebih mudah memancing semangat mereka menuliskan ceritanya, mereka bisa menentukan nama-nama tokoh dalam ceritanya. Mulai dari tokoh utama sampai teman-teman maupun keluarganya. 
Saya memberi contoh buku kumcer murid-murid saya kepada mereka
            Setelah itu saya memberi tips untuk membuat poin-poin penting yang ingin mereka ceritakan tentang ide tersebut. Maksudnya agar ide yang sudah ada tidak terhenti secara tiba-tiba karena kehabisan bahan untuk diceritakan. Dari semua poin tersebut yang paling penting mereka pikirkan adalah konflik atau masalah apa yang dihadapi tokohnya. Saya jelaskan bahwa tanpa konflik/masalah, cerita tidak akan menarik untuk dibaca. Jadi, saya mengajak mereka untuk membuat konflik yang keren agar ceritanya seru untuk dibaca. Selain konflik/masalah, mereka juga harus membuat cara penyelesaiannya dengan baik. Tidak ujug-ujug konflik terpecahkan tanpa sebab dan akibat. 

            Di sela-sela penjelasan, saya tetap menjaga kontak dengan anak-anak tersebut. Berulang-ulang saya ajukan pertanyaan, “Apakah sudah mengerti dengan yang Bunda jelaskan?” Jika lebih banyak yang ragu-ragu menjawab “iya”, saya pasti akan mengulangnya dengan penyampaian yang lebih mudah untuk dipahami anak usia 8 – 10 tahun seperti mereka. Alhamdulillah, walaupun sesekali suara riuh memenuhi aula, konsentrasi mereka cenderung bisa saya jaga.


            Setelah semua materi selesai saya sampaikan, saya mengajak mereka untuk memraktikkannya. Agar lebih memudahkan, saya berikan pancingan sebuah ilustrasi/gambar. Saya minta mereka menulis sebuah cerita dari gambar yang saya berikan. Saya bebaskan mereka berkreasi dengan imajinasinya. Gambar yang saya berikan hanyalah sekadar untuk memancing ide mereka saja.
            Saat praktik menulis cerita, saya kembali bangga melihat semangat anak-anak SD Islam Al Azhar BSD ini. Mereka bergegas mengambil posisi untuk memulai tulisannya. Saya umumkan bahwa saya akan memilih lima cerita terbaik untuk mendapatkan buku karya saya. Wah! Mendengar itu, mereka kembali riuh. Saya tertawa dan terus menyemangati mereka agar menulis cerita yang keren, tidak biasa-biasa saja, dan seru konflik serta endingnya.


            Saat waktu berakhir, mereka berlomba mengumpulkan karyanya. Dua puluh pengumpul pertama saja yang akan saya nilai. Begitu perjanjian dan peraturan awalnya. Akhirnya terpilihlah lima penulis cerita terbaik yang mendapatkan hadiah buku karya saya. Kami sempatkan untuk berfoto bersama sebelum sesi kedua dilanjutkan.

            Sesi pertama berakhir dengan lancar. Saya beristirahat sejenak menyiapkan materi untuk murid-murid kelas 5 dan 6 di sesi kedua. Materinya sedikit berbeda dengan adik-adik mereka. Saya menambahkan cara menentukan karakter tokoh-tokoh dalam cerita yang akan mereka tulis. Semakin unik karakter tokoh utamanya maka akan semakin cepat diingat oleh pembacanya, begitu saya jelaskan.
            Kalau di sesi pertama, saya tidak sempat membuka kesempatan untuk tanya-jawab, maka di sesi kedua saya memberi kesempatan itu. Beberapa murid berlomba untuk mengajukan pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang paling saya ingat, “Kalau kita bikin cerita dari cerita yang pernah kita baca, boleh nggak, Bu?” Pertanyaan itu sangat menarik. Saya jelaskan bahwa banyak cerita-cerita yang pernah kita baca seolah mirip satu dengan lainnya. Mengapa demikian? Sebab, hampir tidak ada yang benar-benar baru di dunia cerita. Semakin banyak cerita yang dibaca maka ketika ingin menuliskan cerita kita sendiri, tanpa sadar kita akan terinspirasi oleh cerita-cerita yang kita baca.
            “Yang tidak boleh atau diharamkan dalam dunia kepenulisan adalah mencontek bulat-bulat alias plagiat. Kalau terinspirasi, boleh-boleh saja asal tidak menjiplak utuh nama tokoh, setting, alur cerita terutama konflik serta endingnya.”

Sesi untuk kelas 5 dan 6
            Berikutnya saya diberitahu bahwa murid-murid SD Islam Al Azhar tersebut sudah memiliki tabloid. Beberapa pengurus tabloidnya ada di ruangan tersebut. Saya kagum mendengarnya. Selanjutnya, saya sedikit mengalihkan materi. Walaupun materi menulis cerita dan berita itu berbeda, namun pada dasarnya unsur yang tidak boleh mereka abaikan adalah tentang 5W + 1H. Unsur ini pun ada dalam penulisan cerita. Yang membedakannya adalah faktual, aktual, dan tidaknya. Lalu, saya jelaskan sekilas tentang kerja seorang jurnalis. 
            Setelah itu, seperti di sesi pertama, saya kembali mengajak murid-murid kelas 5 dan 6 ini memraktikkan materi yang sudah mereka dapat. Saya juga memberikan pancingan dua gambar untuk mereka jadikan ide ceritanya. Peraturannya sama. Dua puluh pengumpul cerita pertama saja yang akan saya nilai.

Cinderamata dari Ketua BKOMS
Bersama ibu-ibu pengurus BKOMS
            Akhirnya kembali terpilih lima penulis cerita terbaik yang mendapatkan hadiah buku karya saya. Sesi foto bersama tentu menjadi penutup yang berkesan. Tidak hanya dengan para penulis ciliknya, tapi dengan panitia BKOMS juga.

Pulang membawa kesan indah
            Betapa rasa tersanjung itu terus saya rasakan. Selepas menjadi pemateri menulis, bingkisan cantik menjadi oleh-oleh manis yang saya terima. Sepertinya tidak cukup itu saja. Panitia menjamu saya untuk makan siang di salah satu restoran yang lokasinya masih seputar BSD. Masya Allah … dalam hati saya berharap agar apa yang saya berikan kepada murid-murid SD Islam Al Azhar BSD tersebut bermanfaat dan bisa diaplikasikan ke depannya. 

            Saat menuju pulang, saya kembali mendoakan agar semakin banyak anak-anak yang tertarik untuk mencintai dunia menulis dan membaca. Semoga dari mereka kelak akan lahir penulis-penulis cerita dengan karya-karya keren yang abadi sepanjang masa.
Terima kasih, ibu-ibu panitia. Semoga kehadiran saya benar-benar meninggalkan manfaat buat para buah hatinya. Aamiin. [Wylvera W.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...