Senin, 09 Januari 2012

BUNUH DIRI dan SEKOLAH GRATIS




                                                Oleh: Ny. Wiwiek Indra G.

Kemanakah sekolah gratis itu? Memilukan, melihat berita di tivi tentang anak yang bunuh diri gara-gara orangtua tak sanggup membiayai sekolahnya. Terlepas dari didikan moral para orangtua terhadap anak-anaknya, terutama dalam mengatasi tekanan kemiskinan, aksi ini sebenarnya merupakan pukulan telak bagi pemerintah.

Bagi para orangtua dari keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan, pendidikan moral bukan lagi hal utama yang harus mereka tanamkan di jiwa anak-anaknya. Kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk menyambung hidup sudah sedemikian menyita hari-hari dan waktu mereka. Jadi, ketika anak-anak mereka menuntut untuk bisa disekolahkan secara layak, apa yang harus mereka lakukan jika tidak memiliki uang? Anak yang memiliki kekuatan mental, mungkin bisa mengatasi hasrat yang menggebu-gebu untuk bisa sekolah, tapi bagi anak yang lemah dan labil, bunuh diri menjadi pilihannya. Ini mengerikan! Mereka tidak pernah tahu bahwa tindakan bunuh diri adalah perbuatan yang sangat memalukan dan meninggalkan penderitaan batin bagi orang tua mereka. Mereka menganggap itulah jalan satu-satunya yang bisa menghentikan keinginan mereka untuk bersekolah. Tragis.

Kasus bunuh diri seperti ini sudah beberapa kali terjadi, tapi belum ada tindakan preventif dari pemerintah untuk menghentikannya. Sekolah gratis yang menjadi salah satu program pemerintah dan sangat diharapkan oleh anak negeri, seolah menguap tanpa kelanjutan. Sementara di tanah air, masih sibuk membahas kasus video porno para artis yang tidak tahu kapan endingnya. Seharusnya perhatian kembali difokuskan untuk kasus bunuh diri ini. Masalah ini jauh lebih penting mendapatkan perhatian dan penanggulangan.

Program sekolah gratis yang pernah kita dengar sangat menggembirakan. Di situ dikatakan bahwa, sekolah gratis bisa terlaksana karena adanya kenaikan jumlah biaya santunan BOS (Biaya Operasional Sekolah) yang di dalamnya termasuk sumbangan pembiayaan pendidikan (SPP), uang penerimaan siswa baru (PSB), biaya ujian sekolah dan juga BOS buku. Adapun perincian dana BOS yang akan diterima oleh tiap siswa adalah sebesar Rp. 400.000/ tahun untuk SD / SDLB di wilayah kota, Rp. 397.000/ tahun untuk SD/ SDLB di kabupaten. Sedangkan untuk siswa SMP/ SMPLB/ SMPT di kota Rp. 575.000/ tahun dan SMP/ SMPLB/ SMPT di kabupaten Rp. 570.000/ tahun. Kabar ini tentunya menumbuhkan harapan besar bagi keluarga yang tidak mampu. Terealisasi dengan baikkah program ini? Di beberapa sekolah sudah berjalan, walaupun tidak sepenuhnya, karena masih ada pungutan-pungutan di luar SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) dan uang pembangunan.

Mengapa program ini tersendat dan bahkan terkesan berhenti? Apakah ini berkaitan dengan alasan di beberapa daerah, yang mengkhawatirkan program pembangunan di luar pendidikan akan terhenti, jika kekurangan dana ditarik dari dana APBD yang sudah ada untuk membiayai pendidikan di negeri ini? Begitu besarkan biaya untuk pendidikan, sehingga mengkhawatirkan program pembangunan lainnya? Apakah tindakan bunuh diri dari generasi-generasi penerus yang rindu akan bangku sekolah, bukan sebuah bencana yang jauh lebih mengkhawatirkan bagi negeri yang gemah ripah loh jinawi ini? Justru hal ini seharusnya menjadi warning buat pemerintah, kalau tak ingin anak-anak bangsa yang begitu haus akan pendidikan tapi tak punya biaya, melakukan bunuh diri sebagai jalan pintas

Hingga kasus anak-anak bunuh diri ini terjadi lagi, pencanangan sekolah gratis masih menjadi impian bagi anak-anak negeri yang hidup di bawah garis kemiskinan. Akankah bencana ini bergulir dari satu anak ke anak lainnya? Jika pendidikan bukan menjadi prioritas dalam program pembangunan, betapa menyedihkannya negeri ini, karena pendidikan sangat menentukan martabat sebuah bangsa.

Bekasi, 18 Juli 2010

Note: Pernah dimuat di majalah Insani, Persatuan Istri Pegawai Bank Indonesia, (tahun 2010, lupa edisinya..;))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...