Rabu, 20 Juni 2012

KISAH YANG TERTINGGAL DI LONDON


(Versi asli):
Pagi itu, pesawat Emirates yang membawa kami dari Jakarta mendarat di bandara Heathrow, London. Setelah cek bagasi dan koper yang kami bawa sudah lengkap, kami pun mencari pintu keluar. Di sana kami sudah ditunggu oleh supir taksi yang memang telah dipesan oleh teman untuk menjemput saya dan suami.
Sebenarnya, naik taksi adalah salah satu hal yang paling tidak disarankan selama menjadi turis di London. Selain mahal, belum tentu kenyamanan Anda bisa dijamin. Tapi, dengan koper besar dan beberapa bawaan kecil akan menyulitkan kami jika harus naik turun tube (kereta api di London). Belum lagi saya dan suami baru pertamakali berkunjung ke negeri bola itu.
Udara di musim dingin mulai menusuk ketika kami tiba di depan sebuah rumah. Di salah satu kamar di rumah itulah kami menginap selama seminggu. Perkenalan pun dibuka dengan suasana kekeluargaan. Tidak sulit untuk langsung menjadi akrab, karena pemilik rumah tersebut orang Indonesia juga. Kami seperti tidak sedang pergi jauh dari tanah air. Tawa dan canda begitu cepat mengalir melebur rasa lelah sehabis menempuh perjalanan panjang selama kurang lebih 17 jam, Soekarno Hatta – Heathrow.

Mengawali Perjalanan
Tidak menyia-nyiakan waktu, saya dan suami pun memutuskan untuk mencoba menikmati sisa waktu di hari pertama. Stasiun kereta tidak begitu jauh dari lokasi kami menginap. Cukup berjalan kaki saja untuk mencapainya.
Tiba di stasiun, saya dan suami melihat-lihat tarif yang berlaku untuk setiap jarak tempuh. Kami mulai menghitung-hitung. Ini erat kaitannya dengan anggaran yang telah kami sediakan selama berada di London. Tak bisa asal-asalan kalau tak ingin kehabisan anggaran di negeri orang.
Akhirnya kami memutuskan untuk membeli kartu secara paket, yaitu tarif untuk perjalanan selama seminggu. Harganya lebih murah dan efisien. Kartu (tiket) itu bisa sekaligus kami pakai untuk naik bis juga. Kartu tube mudah dibeli di seluruh stasiun underground. Kalau untuk berlangganan, bisa dipesan lewat jalur online. Kita bisa memilih dari yang berlaku 1, 3, dan 7 hari.


Perjalanan dengan tube pun dimulai. Ternyata gampang sekali. Di dalam tube, di dinding bagian kiri dan kanannya sudah ada terpampang rute dan tempat-tempat di mana ingin berhenti.
Kami memilih turun di stasiun yang dekat dengan Tower Bridge.


Berjalan kaki menembus udara dingin pun dimulai. Indahnya kota London membuat saya terpana dan kagum. London yang merupakan kota besar di Eropa menyajikan tempat-tempat bersejarah dan perbelanjaan yang lengkap. Jika kuat untuk berjalan kaki, keindahan kota London bisa ditelusuri melewati trotoar-torotar yang bersih dan cukup nyaman untuk para pejalan kaki.



Melanjutkan Eksplorasi
Hari berikutnya, kami kembali menyusuri dan menikmati kemegahan kota London. Beberapa bangunan dan atribut yang menjadi icon kota London pun tertangkap oleh kamera. Seperti Trafalgar Square yang selalu menjadi  titik pertama sebelum menjelajahi tempat menarik lainnya di London. Di  sini terdapat monumen tinggi dengan patung Kapten Nelson di atasnya. Monumen ini didirikan  pada tahun 1843 untuk memperingati kemenangan Laksanama Horatio Lord Nelson atas armada Perancis dalam Pertempuran Trafalgar, 21 Oktober 1805. Dengan tinggi sekitar 52 meter, monumen ini tampak begitu megah.
Pada tahun 1812, arsitek John Nash mengembangkan konsep baru untuk memperbaiki wajah London. Dia merencanakan lokasi yang dijadikan sebagai lapangan kultural serta terbuka untuk umum. Pada tahun 1830 tempat itu secara resmi dinamakan Trafalgar Square.


Dari tempat ini, kami lanjutkan dengan berjalan kaki menuju lokasi Big Ben yang terkenal. Big Ben adalah nama sebuah menara jam yang berada di gedung Parlemen di Westminster, London. Big Ben juga merupakn menara jam terbesar kedua di dunia. Menara ini tingginya sekitar 96.3 meter. Struktur bangungan merujuk pada gaya Gothik Victoria.

Kami juga tak lupa untuk mengabadikan kenangan di depan London Eye yang berupa bianglala besar itu.  Lingkaran berbentuk kincir angin, memberikan kesempatan menikmati London dari udara dengan beragam paket yang ditawarkan.

Sebenarnya banyak sekali tempat menarik yang ingin saya sajikan di rubrik ini, namun beberapa ikonik saja sudah sangat memanjakan mata. Untuk melengkapi perjalanan, saya dan suami bergegas menuju istana Buckingham yang sangat tersohor itu. Di sanalah Ratu Elizabeth bertahta.


Tak hanya kemegahan istana Buckingham yang bisa tertangkap oleh bidikan kamera kami. Di sekitar area istana, kami dimanjakan oleh pemandangan taman yang sejuk untuk mengambil waktu rehat. Taman tersebut bernama St. James's Park, London. Letaknya tak begitu jauh dari Istana Buckingham. 



Ada banyak satwa liar yang berkeliaran di taman ini. Anda bisa bercengkerama dengan burung-burung dan tupai-tupai lincah yang berkeliaran di lokasi taman.

Berkunjung ke salah satu masjid
Tak lengkap rasanya jika kami belum menemukan sebuah bangunan yang bisa memanjakan batin. Kami pun tiba di The London Central Mosque. Tak banyak yang bisa kami abadikan di sini, karena ada larangan ketat untuk mengambil foto pernak-pernik di dalamnya.


Keletihan akhirnya kami urai di rumah Allah ini, demi menyegarkan nurani untuk menempuh perjalanan berikutnya yang masih begitu panjang di negeri Ratu Elizabeth. [Wylvera W.]

***
Sudah dimuat di Majalah NooR




2 komentar:

  1. Ah perjalanan yang memukau, semoga Allah mudahkan kita untuk menyusuri bumiNYA :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, makasih sdh mau mampir ke sini ya, Mbak. :)

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...