Minggu, 16 Maret 2014

Sang Pendongeng dan Anak-anak Pemulung



Saya, Kak Reni, Kak Dhila, Para Guru dan anak-anak Al Falah
Sejak fokus pada anak yang sakit, saya terlewat untuk mengunjungi sekolah yang satu ini. Niat awalnya ingin rutin setiap bulan sekali, tapi kendala terkadang tak bisa dielakkan. Namun, saya kembali bersyukur dan selalu meyakini, jika niatnya baik, Allah pasti memberikan jalan.
Pagi itu, Selasa, 4 Maret 2014 akhirnya saya mendapat kesempatan kembali ke sana. Seperti biasa, beberapa hari sebelum berkunjung, saya selalu memberi kabar agar pihak sekolah itu siap menyambut kedatangan saya. Setelah menghubungi dan menyampaikan rencana saya lewat telepon, Bapak Kepala Sekolah sangat antusias dan mendukung niat saya. Beliau berjanji akan menyiapkan anak-anak di hari yang saya janjikan.
Kali ini tidak seperti kunjungan saya sebelumnya. Saya datang bukan sebagai pengisi kelas pelatihan menulis untuk anak-anak pemulung itu, melainkan menemani seorang pendongeng berpengalaman yang telah banyak menyabet penghargaan.
Sudah lama saya ingin memberi nuansa berbeda untuk anak-anak pemulung yang biasa menyambut saya untuk menerima materi menulis. Akhirnya niat itu terwujud. Di tengah kesibukan Reni Rudiyanto yang biasa dipanggil “Kak Reni” saya berhasil “mencuri” waktu beliau untuk menyempatkan diri berbagi pengalaman mendongeng di Yayasan Ummu Amanah, PKBM Al Falah, Bantar Gebang.
Setelah menyepakati hari dan waktu berkunjung, pagi itu kami pun berjanji bertemu di kawasan Kemang Pratama, Bekasi. Ternyata bukan hanya saya dan Kak Reni yang akan berkunjung ke sekolah anak pemulung itu. Ada juga Kak Dhila yang selalu mendampingi Kak Reni dalam melaksanakan kegiatannya. Katanya, Kak Dhila ini asisten pribadi Kak Reni. Saya percaya itu, karena beliau begitu sigap menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh Kak Reni. Salut!
Mobil Kak Reni yang membawa kami pun melaju dengan kecepatan sedang menuju lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA), Bantar Gebang. Di perjalanan, kami kembali mendiskusikan apa yang akan disajikan untuk anak-anak pemulung itu nantinya. Sebagai pendongeng hebat yang sudah berpengalaman, tentunya Kak Reni sudah menyiapkan konsep yang matang. Namun, demi kenyamanan bersama, kami tetap menyatukan rencana agar kehadiran kami di sana bisa meninggalkan kesan mendalam bagi anak-anak pemulung itu.
Menjelang pukul 09.30 WIB kami pun tiba di lokasi. Seperti biasa, sambutan guru yang sudah saya kenal, selalu ramah menerima kedatangan kami. Sayangnya, hari itu Bapak Kepala Sekolah tidak bisa menyambut kedatangan kami karena beliau sedang menghadiri kegiatan lainnya. Tak mengapa, yang penting anak-anak sudah siap untuk berkumpul di aula terbuka.
Setelah anak-anak disiapkan, kami pun menemui mereka. Mata mereka menyimpan pertanyaan begitu melihat saya membawa dua orang yang belum mereka kenal. Saya tersenyum melihat buku dan alat tulis yang mereka bawa. Mereka mungkin mengira saya akan melanjutkan kelas menulis seperti kunjungan-kunjungan sebelumnya. 
Demi memuaskan tanya di mata mereka, saya pun membuka pertemuan dengan mengatakan maksud kedatangan kami di pagi itu. Sebelum memperkenalkan Kak Reni kepada anak-anak, saya sempat menanyakan pe-er yang pernah saya berikan di pertemuan terakhir dua bulan lalu. Sebagian telah menyelesaikannya, tapi yang lainnya belum.
“Masih ingat dengan tugas menulis yang pernah Ibu berikan?” tanya saya memancing ingatan mereka.
“Masih, Buuu...!” jawab mereka serentak.
“Tapi, saya belum siap nulisnya,” jawab salah satunya.
“Maafkan Ibu karena sudah lama sekali tidak mengisi kelas menulis untuk kalian, karena anak Ibu sakit,” ujar saya mengharap pengertian dari mereka.
“Sudah dua bulan, Bu,” celetuk murid laki-laki spontan.
“Iya, sudah dua bulan. Lama juga. Maafin ya,” kata saya lagi.
“Iya, Buuu...,” kembali mereka menjawab serentak.
Setelah mereka mau memaklumi ketidakhadiran saya selama dua bulan itu, barulah saya melanjutkan maksud kedatangan kami. Saya memperkenalkan Kak Reni kepada mereka, berikut Kak Dhila. Sangat jelas terlihat rasa ingin tahu dan tak sabar di mata mereka. Rasa penasaran dengan nama dan sosok yang saya kenalkan begitu membias di tatapan mata mereka.
Sesi mendongeng dari Kak Reni
Salah seorang guru yang mengajukan pertanyaan
Tak mau membuang waktu, akhirnya saya menyerahkan sesi berikutnya kepada Sang Pendongeng. Kak Reni pun mengawali sesinya dengan kembali memperkenalkan diri. Selanjutnya kebersamaan kami begitu menyenangkan. Anak-anak pemulung itu sangat antusias dan gembira mendengar Kak Reni mendongeng. Kekakuan di awal-awal pertemuan seakan menguap berubah menjadi keceriaan. Tawa mereka lepas begitu saja ketika Sang Pendongeng memainkan lakon tokoh dalam cerita yang dibawakannya. Subhanallah... betapa bahagianya hati saya melihat binar kepuasan di mata mereka.
Anak-anak diajak membaur oleh Kak Reni

Anak-anak menonton dongeng musikal
Bukan hanya itu, setelah selesai mendongeng, Kak Reni juga memberi kesempatan kepada mereka untuk mengajukan pertanyaan tentang apa saja seputar keterampilan mendongeng. Bukan hanya anak-anak pemulung itu yang bertanya, guru mereka pun ikut mengajukan beberapa pertanyaan yang dijawab dengan memuaskan oleh Kak Reni.
Dari malu-malu menjadi mau-mau. :)
Kak Reni memasangkan pin DOMAIN
Aanak-anak maju untuk mempraktikkan arahan dari Kak Reni
Kak Reni juga memberi beberapa panduan dasar untuk mendongeng, seperti teknik olah nafas, suara, gestur, dan ekspresi/mimik wajah. Bagi anak yang berani tampil ke depan dan mempraktikkan salah satu materi yang diajarkan, Kak Reni memberikan hadiah berupa pin DOMAIN (Dongeng Musik dan Permainan) yang menjadi trademark Kak Reni sebagai pemilik Sekolah Lil'Bee Jatiasih, Bekasi. Anak-anak yang tadinya malu-malu akhirnya semangat maju dan tampil ke depan. 

Salah satu ekspresi olah wajah
Kebersamaan kami yang menghabiskan waktu satu jam setengah itu sangatlah menyenangkan. Saya merasakan bahwa sebenarnya anak-anak itu masih ingin bersama dan mendengar dongeng-dongeng lainnya, tapi waktu membatasi kami. Saya berharap, kelak Kak Reni mau kembali lagi ke Al Falah dan berbagi keceriaan untuk anak-anak pemulung itu.

Terima kasih, Kak Reni, semoga kerjasama kita untuk memberikan hal-hal positif dan mencerahkan kepada anak-anak pemulung itu terus berlanjut. Aamin. []

16 komentar:

  1. Aaaahhhh mak wik, , salut bangeeet,, Inspiratif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, Mak Meti. Belum seberapa dibanding kiprah dirimu, Mak. :)

      Hapus
  2. Itu sekolah khusus anak2 pemulung? SD formal biasa? Hebat Mak Wik, berkhidmat menjadi tutor menulis di sana..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mak Linda, sekolah PKBM dengan sistim paket A, B, dan C. Btw, aku tau sekolah ini karena dikenalkan sama teman ke pendiri dan pemilikinya. Cerita tentang perempuan berhati mulia itu ada di postinganku yang ini; http://www.wylvera.com/2012/12/sekolah-sampah-inspirasi-untuk-berbagi.html Sejak itu, aku berniat akan terus berbagi ke sana, khususnya berbagi ilmu menulis (yg hanya sejengkal ini), dan berbagi hal-hal lain yang bisa kubagi. Doakan ya, Mak...niat ini tetap konsisten. :)

      Hapus
  3. Huhuhuhu, kangen dengan anak-anak itu.
    Yuk, kita rencanakan lagi ke sana, Wik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Indah... karena dirimu masih sibuk dengan SB2014 kemarin, aku gak mau ganggu dulu. Insya Allah bulan depan aku kembali ke sana kok. Nanti aku kabari ya. :)

      Hapus
  4. Wah seru ya mak..pengen deh bisa mendongeng yg ekspresif banget..tapi saya orang nya malu2hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, kalau mau belajar mendongeng yang asyik bisa belajar dengan Kak Reni, Mak. Beliau itu murid Kak Awam si maestro dongeng tanah air, tau kan ya?

      Hapus
  5. menyenangkan sekali ya mak....melihat bocah-bocah antusias spt itu...jd terharu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mak... bisa menyenangkan mereka menjadi kepuasan tersendiri buatku. :)

      Hapus
  6. Sungguh merupakan kegiatan positif dan sangat mulia.
    Memang harus banyak yang peduli kepada mereka ya Jeng.
    Semoga kegiatan ini bernilai ibadah. Amiin
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga ya, Pakde. Terima kasih support dan doanya. Doakan terus agar saya selalu konsisten berbagai tentang hal-hal yang bermanfaat buat mereka. Salam hangat kembali dari Bekasi. :)

      Hapus
  7. Bundo wiek... penulis inspiratif, kreatif terimakasih bundo sudah memberikan
    kesempatan baik ini. Barokalloh ya bun...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aiiih, sanjungan Kak Reni ini ya, selangiiit. ;)
      Ssst, diam-diam aku juga belajar darimu sejak kita kenal di KPCI itu lho. Aku juga makasih banget karena dirimu mau meluangkan waktu di tengah segudang kesibukanmu, say. Jangan kapok ya kalau aku colek-colek lagi.

      Hapus
  8. seneng banget lihat semangat mereka, ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mak...karena mereka kan jarang sekali dikunjungi dan mendapatkan kesempatan seperti ini.

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...