Senin, 07 September 2015

GPR Piknik ke Ancol



Pengin nyemplung liat air ini (dokpri)

            Rencana piknik ke Ancol sebenarnya tercetus begitu saja. Tidak terlalu serius. Obrolan buat piknik dan jalan-jalan itu mengalir di sela-sela gurauan. Kemacetan di tengah perjalanan menuju pulang dari kegiatan rutin kami di Lapas Anak yang namanya kini berubah menjadi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), memunculkan ide untuk refreshing.
“Yang dekat-dekat aja,” usul salah satu dari kami.
Keesokan harinya, diskusi pun berlanjut. Setiap kali kami membahas tentang program kerja Gerakan Peduli Remaja berikutnya, ujung-ujungnya berakhir pada pembahasan piknik. Akhirnya Pantai Ancol mendapatkan suara terbanyak saat penentuan destinasi di grup whatsapp.
            Kami memutuskan untuk meliburkan jadwal rutin ke LPKA di hari Selasa, 1 September 2015 lalu. Alasannya pun tepat. Seminggu sebelumnya, kami telah sukses menggelar acara bersama Dik Doank dan kawan-kawannya untuk anak-anak LPKA. Wajarlah, kalau kami butuh rehat demi mengumpulkan amunisi baru lagi untuk menjalankan program GPR berikutnya.
            Sesuai dengan kesepakatan, kami pun memutuskan untuk berkumpul di Pondok Kelapa (rumah Bunda Suci, Ketua GPR). Setelah semua hadir, sekitar jam delapan pagi dengan mengendarai mobil saya, kami siap menuju Ancol. Untunglah tol tidak terlalu padat sehingga kami tiba di lokasi sesuai dengan target.
            Tiket sudah dibeli di pintu masuk. Tujuan kami bukanlah Dufan atau objek wisata lainnya yang ada di kawasan Ancol. Kami hanya ingin sekadar menikmati pantainya saja. Suci memutuskan untuk mencari lokasi yang teduh untuk menggelar tikar. Saya diarahkan menuju Beach City Mal. Saya belum pernah ke sana. Suci bilang, di sana pantainya jauh lebih bersih dan pasirnya putih. Ada juga tempat yang bisa dipakai untuk duduk-duduk santai.
            Tibalah kami di tempat parkir di luar mal. Setelah menurunkan semua bekal makanan, dengan percaya diri kami menuju jalan masuk menuju area pantai di sisi mal tersebut. Begitu ingin masuk, kami dicegat oleh Pak Satpam. Kami tidak diizinkan masuk dengan membawa makanan.
Saya nyaris tertawa ngakak. Bayangkan saja. Kami yang sudah menenteng-nenteng makanan,
dengan tidak mengurangi rasa hormat, Pak Satpam meminta kami meninggalkannya di mobil. Oh, no! Trus untuk apa makanan itu dibawa? Dari pada bersikeras, akhirnya kami menerima peraturan itu dan kembali ke mobil lalu mencari lokasi lain.

Tongsis beraksi :p
Airnya bening dan menggoda bangeeet ^_^

Alhamdulillah, kami mendapat tempat yang strategis, dekat dengan toilet, bersih, dan pantainya juga lumayan bersih. Tikar yang saya bawa dari rumah pun dibentangkan. Sebelum menikmati air laut di tepi pantai, kami pun menyantap makanan yang dibawa. 

Makan siang empit-empitan tapi enyaaak ^_^ 
Walau tikarnya tidak terlalu lebar dan kami harus duduk bersempit-sempit menikmati nasi kuning lengkap dengan ayam goreng dan kering tempenya, tetap saja nikmat dan nyaman. Ketan serundeng yang saya bawa pun nyaris habis.  Kebersamaanlah yang membuat hati kami lapang dan bahagia.

Naik kapal besar nggak punya uang, naik kapal kecil ya goyang-goyang
            Sejak masuk ke erea parkir kedua, sebenarnya kami sudah ditawari untuk berperahu ke Sungai Musi sekitar area yang tidak jauh dari pantai. Waktunya hanya 30 menit. Tukang perahu menawarkan harga 200 ribu untuk kami berdelapan. Teman-teman menawar setengahnya. Akhirnya tawar-menawar berakhir pada harga 160 ribu alias dihitung 20 ribu per orang.
 
Sarah dan Edas
Saya dan Lysa lomba kecepatan .... wkwkwkwk
            Setelah selesai makan dan sholat Zuhur, kami tidak langsung naik perahu. Ragam alat olahraga yang disediakan di dekat mushola menarik perhatian teman-teman GPR. Tidak terkecuali saya. Benar-benar seperti kembali ke masa kecil. Beberapa alat yang ada kami coba dan terjadilah kelucuan yang menyenangkan. 

Lihatlah wajah-wajah ceria kami
Tongsisnya kereeen! #Eh

            Selepas itu, tukang perahu kembali mengingatkan untuk segera naik. Kami pun bergegas menuju dermaga kecil, tempat perahu ditambatkan. Perjalanan menuju laut Ancol pun dimulai. Tongsis yang saya bawa pun sangat berfungsi mengabadikan beragam momen. Mulai dari foto-foto narsis, merekam keindahan laut, hingga saya pun iseng bermonolog dengan logat Batak. Sempurnalah kelucuan yang kami rasakan. 

Bebas di laut lepaaas...!
Ini setelah berakting. Wkwkwkwk....
            Tiba-tiba, tukang perahu mengajukan tawaran untuk melanjutkan perjalanan menuju pantai Marina. Syaratnya, kami harus menambah 40 ribu lagi. Tanpa pikir panjang kami pun menyetujui. Perahu mesin mulai bergerak menuju laut yang lebih luas. Apa yang terjadi saudara-saudara? Canda dan tawa mendadak berhenti. Perahu terasa bergoyang lebih kencang dari sebelumnya.
Semakin ke tengah semakin kencang goyangannya. Tanpa diperintahkan, kami pun duduk merapat. Melihat ombak yang semakin kuat menggoyang perahu, akhirnya saya dan teman-teman berseru, “Pak, kembali saja ke dermaga! Gak usah jadi ke Marina!” Mendengar seruan kami, perahu pun segera berbalik arah. Kami tidak mau mengambil risiko. Bersama kami ada dua anak kecil. Kalau terjadi apa-apa ... duh, saya nggak berani membayangkannya.

Pose of the year :p
Akhirnya kami pun kembali ke dermaga. Hari semakin siang. Kami tidak ingin terjebak kemacetan tol jika pulang bersamaan dengan jamnya orang-orang pulang kerja. Namun, daya tarik eskrim di AW menunda kepulangan kami. Sambil menikmati eskrim di tengah gerahnya udara Ancol siang itu, kami memutar hasil rekaman. Kelucuan dan tawa tidak bisa dihindari kembali. Apa yang terekam di hape Suci, membuat kami sibuk memilih mana yang boleh dan tidak untuk dipublish. Sstt ... salah satunya aksi panggung monolog saya di atas perahu. Hahaha .... jangan maksa ya minta diposting! Bahaya itu. Bisa merusak reputasi. *simpan videonya buru-buru*
Begitulah, piknik bersama GPR akhirnya berakhir manis dan meninggalkan kesan yang susah buat dilupakan. Semoga kebersamaan itu mampu menyulut semangat yang lebih besar lagi untuk GPR dalam melanjutkan kegiatan sosialnya di LPKA. Aamiin. [Wylvera W.]

10 komentar:

  1. walopun dekat yang penting jalan-jalannya seru ya, Mbak :)

    BalasHapus
  2. Seru juga ya ke pantai ancol ramean begitu...

    BalasHapus
  3. Kak Wiek kenapa itu ngakak sambil megang tiang? Berasa ketemu solmet ya bwahahaha!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu bukan tiang, tapi "tongkat sihir" Hahaha ....
      Itu habis monolog pakai logat Batak, Hay. Habis itu ngakaklah kita :p

      Hapus
  4. gaya fotonya keren2 mbak , heboh pasti ya waktu disana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm... betul, heboh dan seru banget. Mumpung Ancolnya sepi. Wkwkwk

      Hapus
  5. aihhhh seru-seruan gini, bikin iri hehehe

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...