Jumat, 01 Februari 2013

Pelatihan Menulis di Sekolah Anak Pemulung

        Matahari di Bekasi lumayan cerah pagi itu, Rabu, 30 Januari 2013. Niat saya yang sempat tertunda untuk berbagi pengalaman tentang ilmu menulis kepada anak-anak pemulung di Yayasan Ummu Amanah, PKBM Al Falah, Bantar Gebang akhirnya terpenuhi juga.

Ini adalah kunjungan kedua saya ke sekolah itu. Saya tidak sendiri. Ada IndahJulianti Sibarani yang menemani perjalanan saya menuju kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bantar Gebang itu. Di sanalah letaknya sekolah untuk anak-anak pemulung itu.
Perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar satu jam itu kami pakai untuk berdiskusi tentang apa saja, termasuk rencana pola pengajaran yang akan kami gunakan di kelas nanti. Akhirnya kami sampai di lokasi kurang dari pukul 08.00 pagi. Aroma sampah mulai merambat ke penciuman kami. Namun, aroma tak sedap tersebut tak mengganggu niat kami. Apalagi ketika menerima sambutan ramah oleh Pak Khoeruddin, selaku kepala PKBM Al Falah. Rasanya tak sabar untuk segera bertemu dengan murid-murid di situ.


Sambil menunggu kelas disiapkan, saya dan Indah menyempatkan mengambil beberapa foto lokasi sekolah itu. Tepat jam delapan pagi, kami pun memulai kelas pelatihan menulis untuk anak-anak pemulung itu. Saya terkejut ketika memasuki kelas. Perkiraan saya kelas tak akan dipenuhi oleh murid-murid sebanyak itu. Ternyata saya salah. Ada sekitar tiga puluh anak yang sudah siap menunggu kami berbagi ilmu. Mereka sudah menyiapkan kertas dan alat tulis yang dibagikan oleh pihak sekolah.



Saya pun membuka sesi pertama dengan salam perkenalan dan membagi senyum persahabatan kepada mereka. Saya juga memperkenalkan Indah Julianti sebagai partner saya nantinya dalam memberi materi menulis. Saya perhatikan wajah-wajah mereka. Sorot mata yang haus akan ilmu itu begitu terpancar. Pelan-pelan haru merayap di hati saya dan perasaan itu semakin memicu semangat saya untuk segera memulai pelatihan.
Sehari sebelum memberikan pelatihan, saya sudah menyiapkan beberapa buku bacaan untuk diberikan sebagai hadiah. Ternyata buku-buku itu sangat bermanfaat dalam menyampaikan materi tentang menulis yang ingin kami bagikan. Di dalam kelas tidak ada infocus sehingga tak memungkinkan untuk menyampaikan materi tentang menulis dengan tayangan power point seperti biasa yang saya lakukan jika memberikan pelatihan di sekolah-sekolah mapan. Buku-buku bacaan itulah yang saya manfaatkan untuk memancing semangat mereka agar tetap antusias mengikuti pelatihan menulis.
Langkah pertama, saya sengaja menanyakan siapa di antara mereka yang gemar membaca. Ada beberapa anak yang mengangkat tangan. Namun, ketika saya tanya buku apa saja yang sudah dibaca, kelas kembali hening. Rasa haru kembali menyusup di hati saya ketika itu. Saya tahu, mereka akan kesulitan menjawab pertanyaan saya. Bisa bersekolah di tempat itu saja sudah merupakan kesempatan berharga bagi mereka. Tapi, demi mereka...saya tak mau menunjukkan ekspresi sedih. Justru saya sulut semangat mereka dengan membuka sesi membaca di awal pelatihan.


Saya pun membagikan buku cerita yang sudah saya siapkan dari rumah. Saya memberikan kesempatan mereka untuk membaca buku cerita itu. Lagi-lagi hati saya terenyuh ketika salah satu guru mereka membisikkan kepada saya bahwa ada beberapa anak yang belum bisa membaca dan menulis dengan lancar. Saya pikir anak itu kelas 4 ternyata dia murid kelas 6 SD. Untuk itu, saya tetap memberikan semangat bahwa mereka jangan pernah merasa  minder dan patah semangat. 



Tak ada halangan bagi keinginan untuk menimba ilmu. Yang belum lancar membaca dan menulis, boleh merekam gambar-gambar dalam buku cerita itu dalam ingatannya. Mereka kembali bersemangat dan mulai membuka buku bacaan yang sudah dibagikan.



Begitulah, setelah sesi membaca selesai saya meminta mereka menulis ulang secara singkat apa yang sudah mereka baca. Bagi yang belum bisa membaca dan menulis dengan lancar, saya minta mereka untuk menggambar apa yang sudah mereka lihat dalam buku yang baru saja mereka amati. Tentu saja semua itu sesuai dengan kemampuan mereka.
Luar biasa! Keterbatasan itu ternyata tidak menghentikan semangat mereka untuk tetap berlatih menulis, menggambar, dan membaca semampunya. Saya memberikan kesempatan kepada anak-anak yang sudah berhasil menulis beberapa kalimat dan menggambar sebagian ilustrasi yang sempat terekam di ingatan mereka, untuk menunjukkan hasil karyanya di depan kelas. Mereka yang berani tampil ke depan kelas, saya berikan hadiah sebuah buku cerita. Mereka senang sekali dan semakin berlomba untuk maju. 


Dari cara seperti itu, saya memberikan pengertian kepada mereka bahwa untuk belajar menjadi penulis modal utamanya adalah dengan banyak membaca terlebih dahulu. Mengingat informasi yang sudah disampaikan kepada saya sebelumnya bahwa anak-anak pemulung yang bersekolah di PKBM Al Falah memang masih jauh dari bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat umur mereka. Dan, cara seperti ini saya harap bisa menumbuhkan semangat baca mereka. Melalui proses pelatihan nantinya saya harapkan mereka pelan-pelan mulai bisa merangkai kata demi kata untuk memulai menulis kisah dari ide-ide mereka atau dari bahan bacaan itu.
Setelah sesi saya, rekan saya Indah Juli melanjutkan dengan meminta mereka menuliskan kegiatan dari pagi hingga mereka sampai di sekolah tersebut. Hasilnya memang masih sangat minim, namun perlahan semakin terlihat bahwa mereka begitu antusias untuk bisa menulis. 


Indah Juli tak berhenti sampai di situ. Anak-anak kembali dipancing untuk merangkai kata-kata seperti; sepeda, matahari, bebek, merah, dan bahagia sesuai dengan gaya mereka masing-masing. Indah ingin membuktikan kepada anak-anak pemulung itu, bahwa jangan pernah patah semangat untuk berlatih menjadi penulis. Dari lima kata itu pun mereka bisa membuat cerita dengan versi mereka. Mereka kembali membacakan tulisannya di depan kelas.

Di penghujung waktu, kami memberikan tugas kepada anak-anak itu untuk membuat cerita tentang cita-cita mereka. Anak-anak itu kami minta mengumpulkan tulisannya bulan depan.  Akhirnya pelatihan menulis untuk pertemua pertama berakhir pada pukul 10.15 WIB. Insya Allah kami akan kembali ke sana untuk pertemuan berikutnya. Tetap semangat ya, anak-anakku! []

8 komentar:

  1. Terharuuu... Kenapa ya, mataku selalu berembun setiap membaca perjalanan Mbak Wik membagikan ilmu? Good luck buat Mbak Wik dan Mbak Indah :)

    BalasHapus
  2. Makasih ya, Fit... semoga kita bisa terus berbagi untuk anak-anak seperti mereka. Aamiin....

    BalasHapus
  3. kunjungan perdana nih :) salam kenal mbak Wiwiek

    BalasHapus
  4. @Lidya: Kunjungan kedua, tapi ngisi pelatihannya yang pertama, Mak. :)

    BalasHapus
  5. Salut. Kegiatan positif ini semoga membawa motivasi buat anak-anak itu. Mana tahu dari sini nanti muncul penulis handal, aamiin.

    BalasHapus
  6. Sukses selalu mba.
    salam
    http://alrisblog.wordpress.com

    BalasHapus
  7. @alrisjualan: Aamiin, makasih ya, Mbak. :)

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...