Rabu, 17 Juli 2013

Lima Kata Ajaib



 
            Saya masih terganggu dengan sikap Khalid sore tadi. Ada kesalahan yang telah saya lakukan sehingga dia menunjukkan protes yang mengejutkan. Saya harus meluruskan masalah ini agar tak ada lagi ganjalan di hati Khalid.
            “Ibu enggak adil!” tiba-tiba tadi Khalid protes di depan saya. Tas sekolahnya di lempar ke atas kursi. Saya tersentak. Dahi saya berkerut sejenak.
Apa pasal? Mengapa anak bungsu saya menuduh saya tidak adil? Akhirnya, saya dekati Khalid yang sedang memasang wajah kesal.
            “Memangnya Khalid Ibu apain?” tanya saya hati-hati.
            “Kakak jadi besar kepala kalau cuma aku yang disuruh minta maaf,” jawabnya mulai lunak.
            “Oh, soal pesan di hp itu?” tanya saya lagi minta kepastian.
            “Iya. Kan, kakak yang matiin hp nya. Jadi bukan aku dong yang salah. Aku sudah kirim pesan kok, kalau Ibu enggak bisa jemput Kakak. Bukan salahku dong kalau Kakak kelamaan nunggu Ibu dan Ibunya enggak datang,” paparnya lagi.
            “Ibu minta maaf ya, Dek” kata saya buru-buru mengulurkan tangan. Khalid meraih tangan saya dan tersenyum.
“Nanti Ibu suruh Kakak minta maaf juga ke Adek,” kata saya kembali membujuknya. Khalid mengangguk pelan.
            Malamnya saya berusaha mengajak Mira, Khalid, dan Bapak mereka, duduk bersama. Obrolan saya buka dengan topik tentang minta maaf dan memaafkan. Awalnya mereka acuh, tapi lama-kelamaan mereka tertarik juga untuk mendengarkan.
            “Kalian pernah dengar tentang lima kata ajaib?” tanya saya memancing.
            “Apa itu Bu?” Khalid mulai antusias dan balik bertanya.
            “Maaf, tolong, permisi, terimakasih, dan salam,” jawab saya.
            Saat saya menjelaskan, Khalid melirik ke Mira. Mungkin hatinya belum puas dengan sikap kakaknya yang tak mau spontan meminta maaf siang tadi. Saya pura-pura tidak memerhatikannya. Saya lanjutkan penjelasan tentang lima kata ajaib tadi.
            “Ucapkanlah kata maaf ketika kita terlanjur berbuat salah kepada orang lain, baik disengaja maupun tidak. Jangan pernah lupa mengucapkan kata tolong saat kita meminta bantuan orang lain. Katakan permisi ketika kita ingin lewat, mau berbicara atau meninggalkan teman, saudara atau siapa saja yang telah bersama kita. Lalu, jangan lupa mengucapkan terimakasih kepada orang yang telah membantu atau berbuat baik kepada kita. Yang terakhir, ucapkanlah salam ketika kita bertemu dengan orang lain,” ujar saya menjelaskan panjang lebar.
            Khalid dan Mira tekun menyimak. Saya sengaja membuka memori mereka pada lima kata ajaib ini. Terutama kata maaf yang selalu saya dan suami ajarkan kepada anak-anak kami saat mereka masih kecil. Sekarang mereka sudah sama-sama SMP. Mungkin mereka terlupa.
            “Maafin ya, Dek. Maafin ya, Bu,” tiba-tiba Mira mengulurkan tangannya ke arah saya dan Khalid. Saya meraih tangannya sambil tersenyum. Mira pasti menyadari kesalahannya siang tadi.
            “Aku juga minta maaf ya, Kak, Bu. Besok-besok tolong dong hp nya dinyalakan kalau sudah bel pulang sekolah, ya Kak,” kata Khalid pula sambil mengucapkan dua dari lima kata ajaib tadi.
            Mata kami saling menatap dan akhirnya kami sama-sama tersenyum. Penjelasan saya tentang lima kata ajaib kembali membuka hati Mira dan Khalid, untuk mengingat semua kebiasaan baik yang telah ibu dan bapaknya tanamkan sejak kecil. []

Note: Dimuat di Leisure Republika rubrik Buah Hati, edisi Selasa, 9 April 2013.

10 komentar:

  1. 5 kata yang penting diajarkan sejak dini ya mbak supaya besar nanti terbiasa

    BalasHapus
  2. Penting memang ya menanamkan 5 kata tersebut pada anak-anak sedini mungkin. Juga penting kita lakukan sendiri. Nice share mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Mbak. Dengan 5 kata itu, Insya Allah hidup akan terasa bisa lebih damai. :)

      Hapus
  3. wah bu guru juga ternyata :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, guru ekskul Jurnalistik dan Kepenulisan. :)

      Hapus
  4. Anak, suami, istri adalah bagian yang tak bisa dilepaskan untuk menjadi keluarga yang bahagia...

    BalasHapus
  5. Terima kasih, Bu Wylvera. Cerita Ibu ini menjadi inspirasi saya dalam menulis naskah untuk pementasan teater boneka.

    Sedikit informasi, saya dari BSO (Badan Semi Otonom, seperti ekskul jika di sekolah) Teater Boneka "T-Bone" Universitas Airlangga Surabaya.

    Terima kasih sekali lagi.
    Have a good day! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, syukurlah bisa menginspirasi ya. Semoga sukses ya acaranya. :)

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...