Senin, 23 Desember 2013

Meet and Greet dengan Anak-anak Kreatif


Dengan Bu Nunun, Kepala Sekolah GKS. (doc. pribadi)

Berbagi pengalaman sebagai penulis kepada anak-anak selalu menjadi momen yang menyenangkan bagi saya. Karena itu, saya tak pernah menolak – jika memang tidak berbenturan dengan jadwal lainnya – untuk tawaran semacam itu. Naluri saya langsung bergejolak ketika menerima tawaran untuk berbagi kisah tentang profesi saya. Belum-belum sudah terbayang wajah-wajah imut dan lucu yang akan mengajukan banyak pertanyaan seputar menulis, dan itu pasti membuat saya bersemangat menjawabnya.
            Begitulah, ketika teman dari Writer for Trainers, Dyah P Rinni mengabari serta menanyakan kesediaan saya untuk menjadi pengisi acara di kegiatan “Meet and Greet” sebuah sekolah swasta, saya langsung menyetujuinya. Singkat cerita, saya pun dikenalkan (lewat nomor telepon) ke Bu Nunun, Kepala Sekolah Global Kids School. Deal! Jadwal pun ditentukan dan saya siap berbagi.
            Tibalah hari yang ditunggu-tunggu, Kamis, 12 Desember 2013. Pagi itu berbekal materi, saya siap berangkat menuju Jl. Lubang Buaya No.6B, Jakarta Timur. Sayangnya saya salah memilih rute sehingga saya sedikit terlambat dari waktu yang disepakati. Pasalnya, jalanan yang saya lewati luar biasa macet. Sebelum tiba di lokasi, perasaan cemas terus saja menghantui. Saya takut kalau akhirnya mengecewakan anak-anak itu jika akhirnya terjebak di kemacetan yang tidak bisa diprediksi ini. Namun, berkat niat yang tulus untuk berbagi akhirnya saya tiba juga meskipun hampir setengah jam lewat dari waktu yang diminta.
            Saya disambut dengan ramah oleh guru-guru di Global Kids School itu. Sebenarnya saya senang sekali, tapi tiba-tiba perasaan saya menciut ketika melihat anak-anak yang sudah berkumpul di sana. Betapa tidak, semula saya mengira bahwa saya akan berbagi cerita pengalaman sebagai penulis kepada murid-murid kelas 3, 4, 5, dan 6. Ternyata oh ternyata... saya disambut oleh anak-anak yang rentang usianya 5 sampai 11 tahun. Ya, mereka itu murid-murid Global Kids School mulai dari TK sampai kelas 5 SD.
            Oh my God! seru saya dalam hati.
            Langsung teringat materi presentasi yang sudah saya siapkan sedemikian rupa untuk level kelas 3 sampai 6. Kalau melihat wajah imut-imut di depan saya, rasanya tidak mungkin menyajikan materi itu kepada mereka. Mungkin kakak-kakak mereka bisa nyambung, tapi bagaimana dengan mereka sendiri yang belum bisa membaca dengan lancar? Sebelum “mati gaya” otak saya buru-buru mencari ide agar sharing di momen “Meet and Greet” Penulis itu tetap asyik, seru, dan berkesan.
            Tibalah giliran saya untuk berdiri di depan sekitar 50 murid, para staf pengajar, Kepala Sekolah dan beberapa orangtua murid yang memang sengaja menunggui anak mereka di ruangan itu. Dengan tenang saya keluarkan flash disk dan memasukkan ke laptop yang disiapkan oleh pihak sekolah. Sambil terus mencari ide menarik, saya tetap berusaha tenang. 

Setelah ini sharing profesi berlangsung seru. :)
            Klik!
            Tayangan presentasi di halaman pertama pun terpampang di layar infokus setelah saya membuka pertemuan dengan salam ceria kepada mereka. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba mulut saya terus berkicau, bercerita tentang awal mula saya terjun menjadi penulis dan seterusnya memilih lebih fokus ke buku-buku bacaan anak. Materi presentasi tak lagi berfungsi dan stuck di tayangan awal saja (baca: Salam Pembuka).
            Saya bersyukur bahwa saya tak sempat mengalami “mati gaya”. Kebersamaan saya dengan murid-murid Global Kids School berlangsung menyenangkan dan justru lebih seru dari yang saya bayangkan. Di sesi tanya jawab yang sengaja saya buka agar mereka lebih aktif ketimbang hanya menyimak saya berbicara, begitu membuat saya bersemangat dan terkadang melepas tawa.
            “Ibu, kalau boleh tau, ada berapa sih buku yang ibu buat? Terus... berapa lama sih untuk membuat satu cerita supaya bisa jadi novel seperti ini?” tanya salah satu dari mereka sambil memamerkan salah satu buku karya saya.
            Wow! Mata saya langsung berbinar melihat buku yang ditunjukkannya itu. Sebelum menjawab pertanyaannya, pembawa acara (salah satu dari guru mereka) memotong acara beberapa saat untuk menjelaskan bahwa dua hari sebelum acara “Meet and Greet” dengan saya, mereka telah diajak berkunjung ke Gramedia untuk membeli buku-buku karya saya.
            “Waaah! Makasih banget ya, kalian sudah memborong buku Ibu, semoga kalian suka dengan ceritanya dan ada kesan yang bisa kalian ambil di buku-buku itu,” ujar saya menanggapi apresiasi mereka terhadap karya-karya saya.
            Setelah itu saya pun menjawab pertanyaan yang diajukan tadi. Saya bercerita bahwa masing-masing buku yang saya tulis tentu saja waktunya berbeda-beda. Ada yang dua minggu, sebulan, bahkan ada yang menghabiskan waktu lima tahun dalam proses terbitnya. Mendengar jawaban saya, mata mereka membesar dan ada yang berujar. “Wow! Lima tahuuun... lama bangeeet!” Berikutnya beragam pertanyaan ngantri untuk dijawab. Saya tetap bersemangat dan mencoba menjawab semua yang ingin mereka ketahui.
            Masih di sesi tanya jawab. Tiba-tiba ada murid laki-laki yang mengangkat tangannya.
            “Saya! Saya dong... saya mau nanya!” serunya berulang-ulang.
            Melihatnya antusias seperti itu, akhirnya saya memintanya untuk maju ke depan. Dia menyebutkan namanya, Shadam. Setelah itu Shadam bilang kalau dia mau nanya tapi tidak mau pakai pengeras suara alias bisik-bisik. Baiklah, saya tetap menuruti permintaannya.
            “Bu Wiwiek lahirnya tanggal berapa dan tahun berapa sih?” tanyanya dengan mendekatkan wajahnya di telinga saya. Saya pun menjawabnya dengan berbisik ke arah telinganya.
            Tiba-tiba!
            “Haaah! Yang beneeer? Kok masih muda banget?!” serunya spontan membuat saya tertawa lepas.
“Hahaha... Shadam tidak percaya kalau Ibu ini sudah tuek?” kata saya bercanda sambil berusaha menghentikan tawa karena tak kuat menahan kelucuan dari ekspresi wajah Shadam.
Inilah sebagian dari karya mereka. (doc.pribadi)
            Akhirnya kebersamaan yang menghasibkan durasi sekitar dua jam itu berlangsung seru dari awal hingga akhirnya. Sebelum menutup acara, masih ada serangkaian acara yang harus saya pandu. Pertama, memilih beberapa karya terbaik dari mereka dalam bentuk big book yang sebelumnya sudah dikerjakan selama pekan “Book Week” (9 – 13 Desember 2013) di sekolah itu. Kedua, book signing yang menjadi sesi mengharukan bagi saya. Hampir semua dari murid-murid itu mengantri sambil memegang buku karya saya untuk ditandatangani. Subhanallah... senangnya hati ini. 
Book Signing yang bikin hati girang. (doc. pribadi)
Setelah foto bersama ini, kami pun berpisah. (doc.pribadi)
          Acara pun kami tutup dengan sesi foto bersama. Terima kasih, anak-anakku... teruslah tumbuhkan semangat membaca serta menulismu. Kelak dari kalian akan lahir penulis-penulis andal yang mampu mengubah dunia. Salam!  []

8 komentar:

  1. Aiiiih senengnya lihat antusiasme anak2. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mak... semakin mereka berebutan angkat tangan buat nanya, adrenalinku semakin terpacu buat memuaskan keingintauan mereka. :)

      Hapus
  2. Tantangan tersendiri ya, mak, bagaimana membuat anak-anak tersebut nyaman dan materi yang diberikan bisa dipahami. Salut dan keren. Sesekali ajak aku dong, mak, kalau kasih materi. AKu mau belajar juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mak... kalau wajah mereka sudah mulai lihat kanan, kiri, belakang, aku biasanya mulai sibuk putar otak supaya mereka mau tetap fokus melihat ke arahku, dan itu bikin aku semakin tertantang. Hehehe....
      Eh, boleh aja, MakPon sharing tentang gimana cara bikin blog ke anak-anak ya. Ntar deh, kalau aku ada tawaran lagi, aku ajukan kita sepaket tampilnya. Oke? ;)

      Hapus
  3. Seneng banget ya Mak bisa berbagi dg anak2.. :) Pulang2 pikiran dan hati kembali fresh karna kita jg jadi termotivasi oleh mereka... :)

    BalasHapus
  4. Suka deh dengan tulisan2 mak Wiek.. terharu ya, mendengar apresiasi anak-anak ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, kalau bisa membuat senang ya Mak Tanti. Iya, selalu ada sensasi beda jika berdekatan dengan anak-anak, Mak. :)

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...