Minggu, 11 Oktober 2015

Dongeng Mampu Mendekatkan Jarak dan Waktu



Anak-anak selalu menunggu momen 15 menit ini (dokpri)

            Hidup dengan beragam kesibukan membuat kita terlupa mendongeng untuk anak-anak. Padahal untuk mendongeng tidak membutuhkan waktu yang lama. Cukup 10 -15 menit saja, namun manfaat yang bisa diberikan sangatlah besar jika dilakukan rutin. Salah satunya, dongeng mampu menciptakan kedekatan. Seperti pengalaman saya selama ini.
            Selain menjadi penulis, profesi saya adalah guru ektrakurikuler jurnalistik dan menulis di salah satu SDIT di Bekasi (sejak tahun 2010 – sekarang). Murid-murid yang saya didik adalah mereka yang duduk di kelas 3, 4, dan 5. Di tahun-tahun pertama, saya seolah tanpa sengaja selalu menyediakan waktu sekitar 15 menit di akhir jam mengajar. Untuk apa? Betul! Saya sengaja menyempatkan diri untuk bercerita kepada murid-murid saya.
Cerita yang saya sajikan tentulah disesuaikan dengan usia mereka. Bisa juga dimodifikasi dari buku-buku dongeng yang sudah ada agar lebih menarik. Yang terpenting,  pesan moral di dalamnya bisa sampai. Jadi tidak perlu repot untuk memberikan nasihat berpanjang-panjang yang belum tentu terekam dalam benak anak-anak murid saya itu. Kalau selama ini kita paham dengan istilah “learning by doing” kali ini saya coba menambahkan istilah baru deh, yaitu “learning by hearing”. Nggak apa-apa ‘kan ya, maksa sedikit?
Seiring dengan berjalannya waktu, kebiasaan saya mendongeng (dengan gestur yang ala kadarnya itu), memberi perubahan nyata. Kehadiran saya di ruang kelas terasa tidak semata-mata dipandang sebagai guru oleh murid-murid saya. Kedekatan kami seolah menjelma menjadi antara Ibu dan anak. Ini memudahkan saya dalam menyampaikan materi-materi pelajaran tentunya. Bahkan hingga sekarang, selalu saja ada murid saya yang tetap menjalin komunikasi dengan saya. Padahal mereka sudah duduk di bangku SMA.
“Bu Wiwiek, masih suka mendongeng?”
“Bu Wiwiek apa kabar? Saya kangen lho. Kapan bisa mendengar cerita-cerita Bu Wiwiek lagi?”
Begitulah mereka sesekali menyapa saya di facebook. Jarak dan waktu yang telah memisahkan kami seolah selalu dilekatkan dengan kenangan kebiasaan saya mendongeng itu.
Bahkan ada salah satu murid saya yang dulunya penakut, karena salah satu cerita yang saya sampaikan berubah menjadi pemberani.  “Bu Wiwiek, makasih ya. Saya sekarang nggak penakut lagi lho.”
Nah, ini bukti nyata dari luar biasanya efek mendongeng dan cerita yang saya berikan kepada anak-anak itu. Jarak dan waktu yang telah sekian lama memisahkan kami ternyata masih menyisakan kenangan indah di hati mereka. Padahal dulu, waktu saya hanya seminggu sekali (sekitar 1 ½ jam di kelas dengan menyisakan 10 – 15 menit) untuk mendongeng di kelas. Namun mampu memberikan dampak positif pada murid-murid saya.  Mengapa kita para orangtua yang setiap hari bertemu anak-anak kita di rumah enggan melakukannya? Yuk, ah ... mulai sekarang sisakan waktu buat anak-anak kita untuk mendongeng. Lalu, nikmati hasilnya kelak. [Wylvera W.]
           
Postingan ini ditulis dalam rangka menyambut “Festival Dongeng Internasional” yang akan diadakan pada tanggal 31 Oktober dan 1 November 2015 di Museum Nasional.

Info lengkap tentang event tersebut ada di http://indostoryfest.com/

4 komentar:

  1. Benarrr..aku kudu latihan mendongeng ni,, pengenya malah bikin cerita dongenng sendiri dan bikin gambar2nya sendiri aku mb

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah! Hebat, kalau bisa bikin gambarnya sendiri. :)

      Hapus
  2. Kereen
    Saya jadi kangen anak anak didik saya.. jadi pengen ngajar lagi.

    hm Pasti bunda salah satu guru yg dirindukan kehadirannya oleh siswa siswa...^^

    Sangat inspiratif bunda

    BalasHapus
  3. Saya dan murid-murid saya sama-sama saling merindukan, Mbak. Btw, ayo mengajar lagi. :)

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...