Sabtu, 13 Juli 2013

Cerita di Balik Novel Misteri Hantu Bertopeng



 
Penulis: Wylvera W.  
Penyunting naskah: Dadan Ramadhan dan Beby Haryanti 
Penerbit: DAR! Mizan







“Cerita seperti apa yang membuat kalian tertarik untuk membacanya?” Pertanyaan ini pernah saya ajukan kepada murid-murid kelas ekstrakurikuler Jurnalistik dan Kepenulisan yang saya bimbing.

“Cerita misteriii! Apalagi kalau ada hantu-hantunya,” jawab sebagian murid-murid saya di kelas ekskul tersebut. Berdasarkan jawaban itu saya menjadi tertantang untuk kembali menulis kisah misteri yang melibatkan kata hantu di dalamnya.

Di awal menulis novel anak bergenre misteri ini sempat terselip rasa khawatir di hati saya. Kata “hantu” di dalam judul novel itu mungkin saja akan menimbulkan kontra pada pembaca dewasa khususnya para orangtua yang anaknya gemar membaca. Namun, dengan keyakinan bahwa tujuan saya bukan untuk merusak pola pikir anak-anak, saya berusaha kembali meyakinkan diri untuk semangat menuntaskannya. Biarkan anak-anak itu nanti yang menemukan pesan dalam cerita yang saya tulis itu.

Kembali ke proses awal penulisan novel Misteri Hantu Bertopeng. Saat itu ketika ada kesempatan untuk ikut menulis seri Kecil-Kecil Jadi Detektif (KKJD) di DAR! Mizan, saya sangat antusias. Ilmu menulis kisah detektif dari guru saya, Benny Rhamdani menjadi modal yang besar dalam mengawali cerita saya ini.

Saya mulai memikirkan kisah seperti apa yang pas untuk dijadikan sebagai cerita detektif. Tak lama, ide itu muncul. Sebagai guru ekskul jurnalistik di SDIT Thariq Bin Ziyad, Bekasi, saya memilih berkisah tentang seorang anak yang gemar melakukan kegiatan wartawan cilik seperti meliput, wawancara dan membuat berita. Saya yakin bahwa saya akan lebih leluasa mengurai alur ceritanya, sebab selama ini saya sudah begitu dekat dengan anak-anak di kelas ekskul jurnalistik dan saya paham betul bagaimana mereka semangat jika diminta untuk melakukan liputan di luar kelas.

Saya mulai menyusun sinopsis untuk cerita tersebut. Dengan berimajinasi dan membayangkan setting lokasi di salah satu perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera Utara, saya pun berhasil mengurai ide itu. Berawal dari dua tokoh anak bernama Rio dan Afif yang sedang mengikuti sebuah pelatihan wartawan cilik yang dipandu oleh guru Jurnalistik yang baru. Mereka memilih lokasi perkebunan kelapa sawit. Guru Jurnalistik meminta mereka meliput suasana perkebunan dan membuat reportase tentang pengolahan minyak goreng dari biji kelapa sawit. Di perkebunan itu ada sebuah rumah tua peninggalan Belanda yang selalu tampak kosong dan menyeramkan. Rio dan Afif memutuskan masuk dan ingin mewawancarai penghuni rumah tua peninggalan masa penjajahan Belanda itu.

Seseorang menerima mereka dengan sambutan bersahabat. Setelah selesai, mereka kembali ke rumah masing-masing, dan baru menyadari voice recorder atau alat perekam suara milik Rio hilang. Malamnya Rio ditemani sepupunya, Keisya kembali ke rumah Belanda itu. Tapi rumah itu kosong. Mereka berusaha masuk karena alat perekam itu sangat penting. Sayangnya mereka ketauan dan disekap di rumah itu. Selama mereka disekap hantu-hantu bertopeng mulai memperlihatkan dirinya. Lalu, bagaimana kelanjutan kisahnya? Silakan dibaca di novelnya ya.

Saya ambil beberapa kutipan dialog dan narasi dari novel 128 halaman ini yang mungkin bisa menjadi pertimbangan untuk segera membaca tuntas novel ini;

Ruangan di kamar itu tiba-tiba terasa dingin seperti dalam kulkas. Keisya melingkarkan kedua lengannya. Lama-kelamaan, dia tak kuat menahan rasa takut yang mulai menguasai hatinya. – Misteri Hantu Bertopeng, hlm 35 –

Ssseeet!
Keisya kembali dikejutkan oleh suara yang disusul oleh kelebat bayangan yang melintas di balik jendela. Ya Tuhan! Apa itu? Tanya Keisya dalam hati. Tangan dan kaki Keisya kembali dingin menahan rasa takut yang mulai menjalarinya. – Misteri Hantu Bertopeng, hlm 42 –

“Hm... kalau itu bukan hantu, jadi siapa? Mengapa iseng melintas-lintas di jendela, dapur, dan ruangan lain di rumah ini?” Keisya masih tak mau menyerah tentang hantu bertopeng itu. – Misteri Hantu Bertopeng, hlm 103 –

Misteri Hantu Bertopeng dan anak-anak Ekskul Jurnalistik
Penasaran? Ayo, miliki novelnya dan ditunggu reviewnya juga ya. :) []


6 komentar:

  1. nice tips, nulis berdasarkan apa yang kita tahu. Tenkyu

    BalasHapus
  2. sejak anak saya udah bisa membaca tuntas bbrp buku harry potter, saya gak ragu lagi beli buku2 cerita yang gak cuma pictbook. Karena mereka bener2 baca. Sy masukin list utk dibeli, ah, buku ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Mbak Keke. Ditunggu reviewnya tentang buku ini ya. :)

      Hapus
  3. wah anak-anak sukanya cerita misteri ya mbak. Tahun depan Pascal ekskulnya boleh milih aku tawari kelas menulis tapi belum dia jawab mbak masih tertarik ke robotik :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, hasil survey di kelas kemarin kebanyakan milih misteri. Eh, Pascal cowok? Emang anak cowok rada susah kalau ikutan kelas menulis. Masih langka. Hehehe....

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...