Jumat, 12 Juli 2013

Serunya Bermain Lompat Tali


 
Membaca pengumuman tentang lomba ngeblog bertema, “Ragam Keunikan Permainan Tradisional Indonesia” bersama Indonesia Travel, membuat saya teringat pada foto-foto kenangan yang tersimpan di file laptop saya. Saya tertarik sekali untuk ikut berbagi cerita tentang salah satu permainan tradisional yang dulu menjadi pengisi masa kecil saya. Lompat tali karet ini mungkin saja bukan menjadi satu-satunya permainan yang berasal dari kota kelahiran saya, namun yang terpenting adalah semangat untuk melestarikannya.
Hampir setiap menjelang lebaran saya dan keluarga pulang ke Medan. Di sanalah saya dan suami lahir dan dibesarkan. Sementara kedua anak kami lahir serta besar di Jakarta dan  Bekasi. Perbedaan ini membuat saya selalu ingin berbagi kepada kedua anak kami tentang kota kelahiran kedua orangtua mereka. Mulai dari makanan khas, tempat-tempat bersejarah, sampai permainan tradisional masa kanak-kanak tak luput saya kisahkan kepada mereka. Anak-anak saya jadi tahu perbedaan tradisi di kota Bekasi, tempat tinggal mereka sekarang dengan kampung halaman orangtuanya.
Suatu ketika saya begitu gembira. Saat itu kami sedang menghabiskan sisa liburan di kota Binjai (rumah orangtua saya). Sekilas saya melihat anak-anak yang sedang bermain di halaman depan rumah orangtua saya. Awalnya saya tidak begitu peduli dengan sekumpulan anak-anak yang sedang bermain itu. Namun, begitu melihat permainan mereka, serta-merta saya duduk dan ikut memperhatikan.

Inilah permainan lompat tali karet itu. (Foto: Wylvera W.)
Mira, anak perempuan saya pun asyik menonton anak-anak yang sedang bergantian melompat itu. Mereka sedang asyik bermain lompat tali yang terbuat dari karet gelang. Permainan ini ternyata tidak punah. Ini adalah salah satu permainan tradisional yang pernah ada di kota kelahiran saya, Medan. Dulu semasa saya kecil (sekitar tahun ’80-an), saya hanya tahu kalau permainan itu hanya ada di kota Medan. Tapi ketika beranjak dewasa, saya melihat permainan sejenis banyak dimainkan oleh anak-anak di daerah lainnya. Saya bangga sudah menjadi bagian dari anak-anak yang cinta pada permainan tradisional ini.
Momen ini tak boleh dibiarkan begitu saja, pikir saya ketika itu. Demi mengabadikannya saya buru-buru mengambil kamera. Sambil mengambil beberapa foto, saya bolak-balik tersenyum karena teringat masa kecil saya. Selain alip cendong, galasin, dan patok lele yang dulu suka saya mainkan bersama teman-teman di Medan, lompat tali karet ini adalah permainan favorit saya. 
Selain murah, lompat tali karet juga sangat menantang karena saya harus bisa melompat setinggi mungkin supaya bisa mengalahkan kawan. Setiap jam istirahat di sekolah pun saya dan teman-teman suka menghabiskan waktu dengan bermain lompat tali karet ini. Saking sukanya pada permainan lompat tali ini, meskipun tak ada lawan bermain saya tak pernah patah semangat. Ujung-ujung tali yang terbuat dari karet gelang itu saya ikatkan ke batang pohon. Yang penting saya bisa melompatinya sampai batas ketinggian yang saya mampu. Rasanya puas sekali kalau berhasil melompati batas ketinggian maksimum yang biasanya sulit dilompati oleh teman-teman sepermainan.

Beginilah cara merangkai karet sehingga menjadi tali. (Foto: Wylvera W.)

Permainan yang menggunakan tali dari rangkaian karet gelang ini sebenarnya lebih seru jika dimainkan paling sedikit oleh tiga orang anak. Dua anak menjadi pemegang kedua ujung tali. Sementara anak yang lainnya mendapat giliran untuk melompati tali. Tali ditarik dan direntangkan dengan ketinggian bertingkat dari yang terendah sampai posisi tertinggi. Yang jago melompati tali dengan posisi tertinggi dialah pemenangnya. Sementara yang gagal akan menggantikan tempat sebagai pemegang ujung tali. Semakin tinggi tali yang dilompati maka semakin seru pertandingannya.

Cara lain memainkannya. (Foto: Wylvera W.)

Cara memainkannya juga bisa beragam, tidak hanya direntangkan secara statis oleh dua orang anak. Tali karet bisa digerakkan sehingga yang melompat harus cekatan agar tak sampai terbelit oleh tali tersebut. Si anak harus teliti dan mengikuti ritme goyangan tali temannya. Keseruan seperti itulah dulu yang membuat saya selalu bersemangat bermain lompat tali karet ini. Biasanya sehabis bermain lompat tali karet ini kami seperti habis melakukan olahraga lari jarak jauh. Jarang sekali badan kami tak berkeringat. Ternyata permainan lompat tali karet jauh lebih menyehatkan. Tidak hanya memiliki nilai olahraga saja, kekompakan, semangat serta kreativitas pun menjadi modal dalam permainan ini. Permainan lompat tali karet ini juga tidak terbatas untuk anak perempuan saja, karena anak laki-laki pun bisa ikut serta memainkannya.
Permainan lompat tali karet ini sangat jauh dari sentuhan teknologi. Bagi anak-anak yang tumbuh di kota-kota besar, mungkin permainan ini tak pernah mereka kenal karena dunia mereka sekarang lebih dekat dengan ragam permainan yang menggunakan sentuhan tekonolgi canggih. Begitu juga dengan kedua anak saya. Mereka sangat antusias melihat permaian sederhana tapi cukup mengasyikkan itu. 

Mira dan teman-teman bermain lompat tali di tepi salah satu pantai Illinois. (Foto: Wylvera W.)
Ketika kami sempat tinggal di Amerika, permainan lompat tali karet ini juga sempat menjadi salah satu permainan yang mengisi kebersamaan anak-anak saya dengan anak-anak Indonesia di salah satu lokasi wisata tepi pantai Illinois. Betapa bangganya saya ketika melihat beberapa pasang mata orang bule yang ada di sana ikut kagum melihat permainan tradisional bangsa kita. Meskipun itu hanya permainan yang terbuat dari benda sederhana yaitu karet gelang, mereka sudah ikut memperkenalkannya di luar negeri. Semoga permainan tradisional lompat tali karet  dan beragam permainan tradisional lainnya tetap hidup dan bisa dinikmati anak-anak di era sekarang. []



5 komentar:

  1. Mainan masa kecil dulu. Tapi anak-anakku nggak ada yang suka main tali ini. Pernah membuatkan rangkaian karet cukup panjang, tapi nggak dipakai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, beda anak beda kegemarannya, Mbak. Tenang saja, masih banyak jenis permainan tradisional lainnya yang mungkin bisa jadi pilihan anak-anaknya. ;)

      Hapus
  2. mainana aku keicl dulu nih mbak, sengaja beli karet untuk dmainkan lompat tali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, sama dong, aku sukanya ngumpulin karet bekas ikat plastik belanjaan. Hahaha....

      Hapus
  3. Istri saya mungkinn satu-satunya wanita yang gak suka ngumpulin karet ketika nyapu.

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...