Senin, 14 April 2014

Saya, Dapur Insani, dan Kecintaan pada Menulis


Saya (mewakili INSANI) dan Mantan Ketua PIPEBI (doc. pribadi)

      INSANI adalah nama yang diberikan dari penggagas pertama untuk majalah kebanggan para istri pegawai Bank Indonesia. Saya sendiri tidak mengetahui persis sejarahnya (harus ditelusuri lagi deh, takut gak diakui sebagai pemred...hehe). Yang saya tahu, Insani ini dulu terbit dalam bentuk buletin. Dari waktu ke waktu akhirnya diubahlah menjadi majalah karena tampilannya juga telah banyak mengalami perubahan yang lebih pas disebut sebagai majalah.
Tampilan cover Insani dari waktu ke waktu (doc. pribadi)
          Ketika mengenal majalah ini saya hanya terlibat sebagai kontributor tulisan-tulisan saja. Itu pun tak terlalu sering. Akhirnya pada tahun 2010 saya direkrut menjadi Wakil Pemimpin Redaksi di INSANI. Namun karena kesibukan saya sebagai penulis dan mengajar waktu itu sehingga tak bisa selalu hadir di setiap rapat redaksi, akhirnya saya sempat beberapa bulan mengundurkan diri. Hingga pada tahun 2013 saya kembali diminta untuk bergabung. Jadilah sampai sekarang saya duduk sebagai Pemimpin Redaksinya. Alhamdulillah... semoga terus amanah hingga akhir periode (2015).

Redaksi (doc.pribadi)
          Lalu, apa saja sih sebenarnya yang kami kerjakan di dapur INSANI ini?
Mungkin tak serupa dengan majalah-majalah nasional yang oplahnya bisa sampai puluhan ribu, INSANI hanya menjalankan bagian dari proses kerja redaksi di sebuah majalah saja. Oplahnya juga hanya 2000 eksemplar (setelah beberapa kali dikurangi dari 3000 eks sebelumnya).
Apa sih yang saya kerjakan di sana?
Mulai dari menentukan tema untuk setiap edisinya hingga proses pemilihan naskah, foto dan tulisan-tulisan para ibu (seluruh anggota PIPEBI) yang layak dimuat, melakukan liputan di acara-acara PIPEBI Pusat, hingga ikut menentukan naik cetak dan terbitnya lalu mengawasi proses distribusinya di setiap edisi, saya terlibat di dalamnya. Selain itu, saya juga harus siap menjawab pertanyaan para ibu anggota PIPEBI lewat sms, bbm, WA dan e-mail.
Tempat lalu lintas naskah/artikel yang akan dipilah-pilih. (doc. pribadi)
          Dalam proses itu tentu saja kami tak luput mengadakan pertemuan berkala. “Rapat Redaksi”, begitu kami menyebutnya. Di rapat inilah saya mengajukan ide tema yang selanjutkan dibahas dan bukan tidak mungkin usulan tema dari saya akan berubah jika dirasa masukan dari yang lainnya lebih bagus, tapi alhamdulillah...sejauh ini usulan dari saya jarang ditolak sih (hahaha.... takut saya ngambek  mungkin ya... ah, ge-er :p).
         Setelah tema disepakati, kami pun menyusun konten rubrik. Tugas saya belum usai sampai di situ. Saya harus terus memantau kiriman naskah tulisan lewat e-mail (dibantu team) baik berupa artikel maupun kisah-kisah inspiratif dari berbagai perwakilan. Selanjutnya saya juga harus memilah-milih kiriman foto-foto untuk dimuat di rubrik “Figura” (foto-foto kegiatan para istri BI dari pusat hingga seluruh kantor perwakilan).       
          Kemudian untuk profil yang lebih sering mengangkat figur para istri “pejabat” (istri Gubernur, istri Deputi Gubernur serta istri Direktur dari berbagai Departemen di Bank Indonesia) adalah menjadi tugas saya juga sebagai pewawancara dan pencari informasinya. Beruntungnya saya, dalam pelaksanaan kunjungan ke kediaman para istri pejabat ini selalu ada Ketua atau Wakil Ketua PIPEBI serta fotograper dari Insani yang mendampingi saya sehingga semua terasa lebih mudah dan nyaman.

Bersama Ny. Nies Agus Martowardojo (Istri Gub. Bank Indonesia)
Bersama Ny. Arulita Mirza Adityaswara (Istri Deputi Gubernur Senior BI)
Sementara untuk pengeditan naskah, saya tidak 100% mengerjakannya karena ada editor dari percetakan (spora) yang membantu. Untuk layout sepenuhnya dikerjakan oleh pihak percetakan dengan tetap meminta persetujuan/usulan dari INSANI dan Ketua PIPEBI Pusat. Semua ini kami lakukan setiap tiga kali dalam setahun menjelang terbitnya, yaitu April, Agustus, dan Desember. Meskipun hanya tiga kali terbit, prosesnya tetap dimulai dua bulan sebelum bulan terbit agar tidak terburu-buru dan mundur dari jadwal terbitnya.
        Kesibukan inilah yang sudah menambah rutinitas hari-hari saya sebagai penulis. Bukan mau excuse karena di tahun 2014 ini (hingga bulan April) saya belum mampu menghasilkan karya dalam bentuk buku sebenarnya, tapi beginilah pekerjaan saya sekarang. Saya harus legowo dan tetap bersemangat meskipun hanya dua cerpen dan satu naskah traveling yang sempat nongol di majalah nasional (NooR dan Annisa) di tahun ini. Nah lho... kok ujung-ujungnya jadi curhat? (hahaha... ini sih supaya seru aja biar penutup dari tulisan ini lebih dramatis gitu. :p)
Rapat Redaksi (doc. pribadi)
Saya tetap senang karena di sela-sela pekerjaan dan tanggung jawab sebagai pemimpin redaksi dan guru ekskul juga ibu rumah tangga (kalau yang ini sih semua ibu pasti merasakannya...hehehe) masih ada waktu dan kesempatan untuk berbagi pengalaman (menulis dan profesi) kepada anak-anak selain murid-murid di tempat saya mengajar. Biarlah karya saya dalam bentuk buku bacaan hanya bisa terbit satu dalam setahun, asal saya bisa membagi ilmu yang sedikit ini buat anak-anak di luar sana, karena saya tahu persis begitu banyak dari anak-anak itu yang menyimpan keinginan untuk bisa terampil menulis juga. Mereka tak tahu bagaimana caranya atau bahkan enggak punya uang untuk bayar uang kursus menulis yang terkadang relatif mahal bagi ukuran kantong orangtua mereka. Itu sudah cukup memberi kepuasan batin buat saya. Eh, kok melenceng ke mana-mana ya?
Oke...kembali ke topik ah, sudah mau sampai di ending ini.
Menekuni semua pekerjaan yang seluruhnya tak jauh-jauh dari kegiatan menulis membuat saya yakin kalau cinta saya pada dunia menulis masih membara (halaaah...lebaynyaaa, qiqiqi). Eh, bener lho... diam-diam semangat menulis dan mengurai ide menjadi sebuah buku tetap menyala di hati ini. Seriuuus...sueeer tekewer-kewer. ;) [Wylvera W.]

14 komentar:

  1. Waaaah banyak sekali saluran berkaryanya mak. Alhamdulilllah ya, membuat badan dan pikiran juga sehat, nggak diem aja. Sukses terus mak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, Mak Lusi, masih diberi kepercayaan dan kesempatan untuk berkarya. Makasih ya. :)

      Hapus
  2. Banggaa bisa kenal mak wik...pgn byk belajar lg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aiiih, aku dong yang bangga kenal dirimu Mak Meti. Sueeer! ;)

      Hapus
  3. Wah makin banyak aja kegiatan nya ya mba..mudah2an tetap Sehat dan semangat!!:)

    BalasHapus
  4. Wah...baru tau aktifitas mbak Wik. Padat dan seru ya....dan yang jelas sih produktif. Hihi..ajarin nulis donk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berusaha memanfaatkan waktu luang aja kok, Mak. Alhamdulillah masih diberi kesempatan. Hehehe... ayo belajar sama-sama, Mak. :)

      Hapus
  5. wah mbak wiwiek keren banget deh. Kegiatannya positif dan sesuai hobinya ya

    BalasHapus
  6. Maaak jadi pingin belajar jurnalistik padamuuu. Top deh emak satu ini. Salut. Moga bisa lancar semuanya yaaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, makasih ya Mak Mugniar. Btw, hehehe... jadi malu eike, kita sama-sama belajar aja yuk. *kedip-kedip manja* ;)

      Hapus
  7. menulis udah jadi passion Mak Wiwiek. Jadi, semangatnya selalu membara hihi

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...