Minggu, 04 Oktober 2015

Kebiasaan Mendongeng Mengantarkan Kami Menjadi Penulis



Foto taken from deparagkii.wordpress.com

 
            Mendongeng untuk anak adalah sebuah kegiatan interaktif yang banyak manfaatnya. Saya pun sudah merasakan manfaat itu. Masa kecil saya yang tidak lepas dari kebiasaan mendengar dongeng, menentukan pilihan profesi saya saat ini. Lalu, siapakah dulu yang mendongeng untuk saya?  
Sampai sekarang kenangan manis itu tidak bisa saya lupakan. Betapa dongeng itu sangat membekas di hati dan ingatan saya. Hampir setiap malam menjelang tidur, Papa selalu mendongeng untuk saya dan adik saya. Jenis dongeng yang disampaikan Papa pun beragam. Ada yang dari kisah-kisah legenda, film, bahkan dari hasil karangannya sendiri. Papa juga menyajikan dongeng panjang untuk kami. Saking panjanganya, dongeng itu akhirnya diceritakan secara bersambung. Jadilah setiap malam saya dan adik saya menunggu-nunggu lanjutannya sebelum tidur.
Kebiasaan mendongeng dari Papa ini membuat saya perlahan tumbuh menjadi anak yang kreatif dan gemar bercerita, baik secara lisan maupun tulisan. Nilai mengarang saya zaman SD juga selalu sempurna. Pelajaran mengarang menjadi favorit buat saya.
Seiring berjalannya waktu, saya akhirnya memahami bahwa kebiasaan Papa yang menyampaikan dongeng secara sederhana dulu, ternyata banyak sekali manfaatnya. Tanpa sadar, kosakata di kepala saya kian hari kian bertambah. Cerita-cerita itu juga pelan-pelan menstimulasi daya imajinasi dan berpikir saya menjadi lebih kreatif. Saya jadi banyak tahu tentang hal-hal baru. Misalnya, gajah itu punya belalai yang panjang, tubuh yang besar, dan gading yang indah. Padahal saya belum pernah melihatnya. Dan, masih banyak lagi yang saya dapat dari dongeng-dongeng Papa. Lewat mendongeng itu pula Papa berhasil memberikan sentuhan manusiawi dan sportivitas di diri kami, anak-anaknya.
Setelah menjadi Ibu dari dua anak, saya merasa wajib mempertahankan warisan dari Papa itu. Kalau dulu, mungkin Mama saya tidak terampil melakukannya, sehingga Papa kami yang mengambil alih, maka sekarang saya yang mendongeng untuk anak-anak saya.
Sejak anak-anak saya kecil, saya pun membiasakan diri untuk mendongeng untuk mereka. Tidak hanya saat menjelang tidur malam saja, di waktu-waktu senggang pun saya kerap mendongeng. Sementara cerita yang saya pilih, bisa dari buku, bisa juga hasil karangan saya sendiri. Yang terpenting, waktu 10 hingga 15 menit untuk mendongeng itu mampu menjalin ikatan batin antara saya dan mereka. Lewat dongeng-dongeng itu pula kami jadi saling bertukar tanya, cerita, dan menyimpulkan hikmah bersama-sama.
Saya tidak pernah berkhayal kalau kebiasaan saya mendongeng kelak akan memberikan dampak yang menggembirakan. Mungkin Papa saya juga dulu seperti itu. Tapi, begitulah ... setiap hal positif yang kita lakukan, cepat atau lambat tentu akan memberikan dampak. Alhamdulillah ... kebiasaan mendongeng yang saya lakukan, mengantarkan anak-anak saya menjadi penulis cilik. Beberapa buku karya mereka sudah terbit dan menambah koleksi bacaan para pembacanya. Siapa yang tidak bahagia melihatnya?
Begitu juga mungkin yang dirasakan oleh Papa saya. Dari kedua anak yang sering dimanjanya oleh dongeng, saya yang berhasil menjadi penulis saat ini. Lewat kebiasaan sederhana mendongeng dari Papa, kini saya berhasil menuliskan kisah dalam buku-buku anak karya saya.
Betapa dahsyatnya efek kebiasaan mendengar dongeng. Mendongeng tidak hanya sekadar cerita pengantar tidur saja, namun mampu memberikan manfaat besar bagi perkembangan anak. Bahkan kemampuan berbicara anak pun dipengaruhi oleh seberapa efektif orangtuanya bercerita atau mendongeng pada anaknya. Lewat dongeng, kreativitas anak tumbuh dan terlatih, sementara nilai-nilai moral bisa diajarkan melalui karakter tokoh-tokoh dalam ceritanya.
Lalu, masih tidak yakinkah bahwa dongeng memiliki kekuatan yang begitu besar bagi pertumbuhan karakter dan intelegensia anak? Yuk, kita pertahankan warisan budaya mendongeng untuk anak-anak dan generasi mendatang! [Wylvera W]

Postingan ini ditulis dalam rangka menyambut “Festival Dongeng Internasional” yang akan diadakan pada tanggal 31 Oktober dan 1 November 2015 di Museum Nasional.

Info lengkap tentang event tersebut ada di http://indostoryfest.com/

22 komentar:

  1. Masyaa Allah...
    Kereen yaa mbak..
    Lewat dongeng kita bisa menitipkan ilmu pengetahuan kepada anak anak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mendongeng buat anak-anak itu efeknya besar sekali, Mbak. Banyak yang sudah membuktikannya. :)

      Hapus
  2. Masya Allah... Luar biasa ya bu.
    Jika ada umur, saya ingin jadi pendongeng yg baik buat cucu-cucu saya nanti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, masih banyak waktu, Pak Unang. Semoga kelak cucu-cucunya bisa didongengin ya. :)

      Hapus
  3. Kita sama ya ternyata? Kenal dongeng dari bapak hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bedanya, mungkin dulu Fita difasilitasi buku-buku bacaan juga ya (aku pernah baca), sementara kami minus buku bacaan, Fit. Hanya dongeng yang bisa diberikan Papa buat kami anak-anaknya. :)

      Hapus
  4. Hampir semua penulis mengalami ini ya ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sepertinya, Kang. Warisan mujarab itu ternyata buat para penulis ya. :)

      Hapus
  5. Wah... saya harus ngejadwalin lagi waktu ngedongeng, nih. #merapikanpikirandanhati Makasih tulisannya reflektif banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak.
      Nggak lama kok. Hanya 10 - 15 menit, tapi kontinu. Efeknya akan terasa lho. :)

      Hapus
  6. betul sekali mba wik, anak-anak jadi suka membaca dan kelak suka menulis karena kebiasaan didongengin yaa....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Dew. Banyak yang sudah membuktikannya ya. :)

      Hapus
  7. Balasan
    1. Sama-sama, Mbak Kania. Kita saling mengingatkan ya. Itulah pentingnya ukhuwah, baik di dunia nyata maupun maya. :)

      Hapus
  8. Saya sama sekali nggak pernah dengar bapak/ibu mendongeng. Jadi, rasanya gimana gitu baca kisah ini, bu. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eeeh, jangan sesali masa kecil kita. Banyak alasan yang membuat orangtua kita tak sempat melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orangtua lainnya mungkin. Tetaplah bersyukur dan ambil momen yang tak kita dapat itu untuk memberikannya kepada anak-anak kita. Insya Allah, tak ada kata terlambat buat mengawali sesuatu yang baik. Percaya deh. :)

      Hapus
    2. Setiap orang tua mempunyai cara tersendiri untuk mendidik anak-anaknya. Mungkin orang tua kita dulu belum kenal atau mungkin belum sempat untuk memberikan dongeng kepada kita sebelum tidur. Lah sekarang kita yang hidup di jaman modern harus mencari tahu bagaimana cara terbaik mendidik anak, salah satunya dengan yang ditulis Ibu Wiwiek tersebut. :)

      Hapus
  9. Suamiku nih yg suka mendong3eng, akunya malas hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suamiki justru gak ada waktunya, Mbak. Tapi, gak apa-apa, yang penting anak-anak kita tetap mendapatkan yang terbaik. :)

      Hapus
  10. mba sangat bagus sekali info yang di paparnya sangat mendorong pada hal hal positif,

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...