Mira, Khalid, dkk saat latihan persiapan tampil di UN day |
Sambung Menyambung menjadi satu
Itulah Indonesia…
Indonesia tanah airku aku berjanji padamu
Menjunjung tanah airku tanah airku Indonesia…..”
Pernah mendengar lagu nasional yang ini? Saya yakin jawabannya bisa ya bisa tidak..:-)
Pengalaman saya menonton murid-murid Indonesia dari Martin Luther King Jr. Elementary School selama berlatih untuk mempersiapkan penamplian mereka di United Nation day (UN day) di sekolah pada tgl 24 Oktober nanti, membuat hati saya tergerak mengutip salah satu lagu yang akan mereka kumandangkan sebagai pembuka tulisan ini. Semua ada enam lagu yang dilantunkan secara medley sebenarnya :
Pengalaman saya menonton murid-murid Indonesia dari Martin Luther King Jr. Elementary School selama berlatih untuk mempersiapkan penamplian mereka di United Nation day (UN day) di sekolah pada tgl 24 Oktober nanti, membuat hati saya tergerak mengutip salah satu lagu yang akan mereka kumandangkan sebagai pembuka tulisan ini. Semua ada enam lagu yang dilantunkan secara medley sebenarnya :
*Dari Sabang sampai Merauke : R. Suharjo
*Bendera Merah Putih : Ibu Sud
*Caca Marica
*Nona Manis siapa yang punya
*Ayo Mama
*Indonesia Pusaka : Ismail Marzuki
*Bendera Merah Putih : Ibu Sud
*Caca Marica
*Nona Manis siapa yang punya
*Ayo Mama
*Indonesia Pusaka : Ismail Marzuki
Mbak Poppy mengiringi anak-anak latihan |
Setiap
kali menyimak anak-anak kami berlatih, diam-diam ada rasa haru yang
mengalir di dada saya. Rasa haru ini berbarengan dengan
pertanyaan-pertanyaan yang tersimpan dalam batin. ”Apakah anak-anak
Indonesia ini mengerti dengan syair yang sedang mereka nyanyikan?”
Apakah anak-anak ini bisa merasakan getaran bangga pada saat mereka
melantunkan syair-syair ini?” Seperti dulu, waktu
saya masih anak-anak, saya selalu merasa bangga ketika guru saya
meminta saya menyanyikan lagu-lagu nasional/kebangsaan di depan kelas.
Apalagi ketika saya diminta menyanyikan lagu ”Indonesia Pusaka” ciptaan
Ismail Marzuki itu. Wah! Dengan penuh perasaan saya bawakan di depan
kelas. Karena saya menyanyikannya sungguh-sungguh dari hati. Dari hati
seorang putri Indonesia yang lahir dan dibesarkan di tanah air
Indonesia.
Tapi,
bagaimana dengan anak-anak ini? Kalau boleh jujur, saya simpulkan
sepertinya mereka bernyanyi sekedar ingin menunaikan tugas untuk tampil
sesuai dengan keinginan guru Bahasa Indonesia nya saja di hari ’H’
nanti. Tak ada emosi dan ekspresi di wajah mereka. Tak ada dinamika di nada-nada suara mereka. Serta tak ada
pancaran rasa bangga yang tergambar di raut wajah mereka. Datar saja!
Sebagian lagu-lagu yang nanti mereka kumandangkan di depan puluhan murid serta beberapa guru mereka yang datang dari kultur dan budaya serta negara yang berbeda-beda, merupakan alat yang bisa memperkenalkan mereka dan menunjukkan bahwa ”Aku adalah anak Indonesia”.
Sebagian lagu-lagu yang nanti mereka kumandangkan di depan puluhan murid serta beberapa guru mereka yang datang dari kultur dan budaya serta negara yang berbeda-beda, merupakan alat yang bisa memperkenalkan mereka dan menunjukkan bahwa ”Aku adalah anak Indonesia”.
Memang,
mereka tak patut dipersalahkan dalam hal ini. Anak-anak kita ini
mungkin sudah tak seperti anak-anak di zaman saya dulu, yang selalu
lantang jika diminta menyuarakan ”Merdeka!!” Meskipun saya tak hidup di
zaman perang, namun rasa bangga itu terwarisi dan seperti benar-benar
merasuk ke jiwa saya. Seperti bangganya saya ketika diminta menjadi
paskibra (pasukan pengibar bendera) meskipun hanya untuk lingkup sekolah
saya saja. Begitu terharunya saya ketika diminta menjadi dirigen untuk
menyanyikan lagu ”Indonesia Raya” di depan semua murid, guru dan kepala
sekolah waktu itu. Semua kebanggaan akan terlihat di ekspresi wajah saya
ketika itu. Sayangnya, tak ada bukti otentik. Kalau saja ada, saya akan
menggunakannya sebagai mata rantai berikutnya untuk mewariskan semangat
ini kepada anak-anak saya.
Anak-anak
kita ini mungkin sudah tak pernah mendengar syair-syair lagu tentang
tanah air, bangsa dan negaranya. Ini bedanya zaman. Setiap tahap akan
menampakkan ciri-cirinya sendiri. Anak-anak kami ini mungkin sadar
sepenuhnya bahwa mereka sungguh-sungguh anak Indonesia, meskipun
mereka mungkin tak sempat dikenalkan dengan lagu-lagu itu.
Sekali lagi, inilah mungkin perbedaan dan pergerakan zaman. Mereka
ingin melihat Indonesia dari sisi yang berbeda. Jadi tak ada yang salah
sebenarnya pada fase saya dan fase mereka. Hanya saja kadang saya suka
terbawa emosi, mengapa anak-anak zaman sekarang semakin sedikit yang
bilang ”ya, aku tahu,” atau ”ya, aku hafal,” jika mereka ditanya
tentang lagu kebangsaan atau lagu-lagu nasionalnya. Atau mungkin, masih
ada diantara kita yang notabene kelahiran ’70-an, mengaku tak tahu dan
tak kenal dengan ketiga lagu nasional di atas. Jadi, dengan kondisi
ini, rasanya tak patut marah jika melihat kenyataan yang saya utarakan
di atas. Melihat dan menyimak mereka bernyanyi tanpa rasa, ada rasa
sedih dan haru yang bergejolak di batin saya.
Saat tampil di Martin Luther King Junior Elementary School |
Mau
tak mau saya harus jauh lebih bisa memahami dan memberikan kesempatan,
bahwa anak-anak kita ini merasa menjadi anak Indonesia bukan hanya
sekedar bisa berekspresi ketika mereka sedang menyanyikan lagu-lagu
nasional itu. Mereka ingin memberikan jiwa dan raga mereka kepada bangsa
dan tanah airnya tidak sekedar dalam bentuk memberi rasa pada sebuah
nyanyian semata. Keberhasilan mereka kelak di belahan bumi manapun
mereka akan terdampar, mereka tetap meyakini bahwa mereka adalah putra
putri Indonesia seutuhnya. Mereka akan menjadi apa, atau apa yang bisa
mereka berikan kepada tanah leluhurnya, mereka rasakan lebih dari
sekedar meresapi sebuah lagu. Pikiran-pikiran mereka, dedikasi mereka adalah cerminan bahwa mereka ingin menunjukkan pada dunia ”Aku anak Indonesia!”
From my MP
Hi Mba Wiwiek
BalasHapusPerkenalkan saya Evi dari Digital Flash
Ingin menawarkan Job Riview salah satu Product dari Unilever (molto)
Jika mba wiwiek bersedia , tolong hub kami di evi@dgflash.com
di Tunggu feedback nya
Warm Regards,
Evi
Terimakasih, Mbak Evi.
BalasHapusUntuk mengetahui kejelasan cara kerjanya, boleh kah saya bertanya terlebih dahulu ke alamat email yang diberikan?
Salam,
Wiwiek.