Senin, 13 Agustus 2012

Teman Bukanlah Aset


Hidup akan sepi jika tak punya teman, tapi tak jarang hidup yang ramai karena teman pun tiba-tiba akan terasa sepi, mengapa?
       Membahas konsep pertemanan pasti akan menorehkan cerita panjang dan itu mungkin akan lebih tepat dilakukan oleh pakar Psikologi. Kita lihat dari satu contoh saja yuk! Hitung-hitung belajar jadi Psikolog
       Sering kita mendengar dan bahkan ikut meyakini arti seorang teman dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, kita menganggap orang yang bisa dijadikan teman adalah dia yang bisa membantu kita disaat kita tenggelam dalam kepayahan, dia yang mau memberi sandaran disaat kita kehilangan pegangan dan banyak lagi hal-hal yang selalu bisa kita jadikan tempat untuk memudahkan kita keluar dari masalah.
     Bagaimana kalau anggapan ini kita balik, bukankah lebih indah jika kita tak selalu memandang teman sebagai objek pelepas dahaga hanya dari sisi kita?
Misalnya, teman adalah orang yang selalu bisa kita bantu manakala dia tenggelam dalam kepayahan, seseorang yang bisa kita beri sandaran di saat dirinya kehilangan pegangan dan kondisi-kondisi lain yang senada. Ini akan terasa lebih indah dan menghindarkan kita terjebak pada satu kondisi yang tanpa kita sadari kita menjadikannya sebagai aset, meskipun tak murni berwujud materi.
        Mengapa sebagai aset?
    Kadangkala dalam pertemanan kita sesekali terbentur dalam hubungan timbal balik, terutama masalah-masalah yang berkaitan dengan materi. Kita jadi pamrih, ketika kita yang selama ini selalu memberi, sebaliknya teman tersebut tak sekalipun melakukan hal yang sama. Kita menjadi hitung-hitungan, sementara jalinan pertemanan terus berjalan. Coba rasakan jika ini menyelinap dalam hati kita, seberapa lama dan letihnya kita terus mengitung untung rugi tadi, dan seberapa lama kita memakai topeng kepura-puraan? Tak ada ketulusan di dalamnya jika kita menempatkan teman sebagi aset.
    Untuk membuat jalinan pertemanan menjadi indah, cobalah kita ubah paradigma kita tentang seorang teman. Tempatkan mereka menjadi seseorang yang selalu bisa kita lepaskan dari kesulitan-kesulitannya. Ulurkan tangan kita sebelum dia memintanya. Dan berusaha untuk tidak kecewa jika kita tak memperoleh sebaliknya, InsyaAllah ini takkan pernah membuat kita merasa sepi, karena teman bukanlah aset.
 “Teman adalah seseorang yang mengerti lagu yang kita nyanyikan meskipun suara kita tak terdengar.
Teman juga seseorang yang memahami apa yang kita katakan meskipun mulut kita terkunci”

On The Way Home In Summer Trip
23 Agustus 2008, 12.43  am

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...