Rabu, 20 Maret 2013

Proses Kreatif Misteri Anak Jagung





Judul: Misteri Anak Jagung
Jumlah halaman: 197 halaman
Penulis: Wylvera W.
Editor: Beby Haryanti Dewi
Penerbit: Penerbitan Pelangi Indonesia
Harga: Rp48.000,-

Girang dan bahagia, itu hal pertama yang saya rasakan ketika buku baru saya terbit. Hasrat ingin memamerkannya pun meluap-luap. Saya segera memajang covernya di facebook, twitter, dan BB saya. Tidak sampai di situ saja, saya tak pernah lupa mengabarkannya kepada teman, murid-murid saya serta keluarga besar. Hahaha... heboh ya?
Meskipun ada yang menganggap itu norak, saya tak perduli. Saya merasa pantas-pantas saja kalau seorang penulis ingin memamerkan karyanya karena itu bentuk penghargaan terhadap kerja kerasnya.

Sebelumnya saya pernah menulis novel juga yang berjudul Kue-kue Cinta. Tapi itu dikerjakan secara duet dengan teman penulis. Tahun 2011, saya juga pernah menyelesaikan dan sudah diterbitkan, satu buku Seri Dongeng Dunia Princess, Princess Kim Yung dan 24 Princess Korea Lainnya (penerbit DAR! Mizan). Itu buku bacaan untuk anak yang lumayan tebal yang pernah saya kerjakan. Ada sekitar 130 halaman.

Dan, Misteri Anak Jagung inilah yang benar-benar wujud novel remaja pertama yang berhasil saya kerjakan sendiri. Naskah novel MAJ saya garap pada tahun 2008. Bisa dibayangkan, betapa senangnya saya, karena waktu yang sekian lama itu akhirnya berhasil mempertemukan MAJ dengan jodoh penerbitnya.

Novel ini saya garap ketika saya masih bermukim di Urbana Illinois, USA. Kala itu, saya dan anak-anak ikut diboyong suami untuk mendampinginya melanjutkan studi di program S2. Waktu saya yang banyak kosong selama di apartemen, tentu saja membuat saya tak bisa diam. Akhirnya saya kembali terjun ke dunia menulis setelah sekian lama tak lagi bersentuhan dengannya.

Banyak pengalaman yang terjadi di perjalanan novel Misteri Anak Jagung ini. Semua bermula dari kelas online yang sempat saya ikuti di Forum Lingkar Pena, Amerika Kanada. Waktu itu, pengurus FLP, AC menggandeng Tasaro GK sebagai trainer di kelas menulis online. Kelas itu dibuka untuk kami agar para anggotanya bisa ikut belajar tentang langkah-langkah menulis sebuah novel. Akhirnya, kami pun diberi tugas untuk membuat outline sebuah novel. Pilihan genrenya dibebaskan.

Saya tiba-tiba ingin sekali bercerita tentang ladang-ladang jagung yang kerapkali saya lewati selama tinggal di Urbana. Saya kagum pada petani-petani jagung itu. Dan, saya selalu terdorong untuk menelusuri ladang-ladang jagung itu. Adakah sesuatu yang misterius di dalamnya? Begitu di benak saya. Lalu, apa hubungannya dengan Misteri Anak Jagung? Sudah lama saya ingin mengangkat tema tentang keunikan anak indigo. Saya sempat menuliskannya lewat sebuah cerita pendek waktu itu. Saya merasa bahwa anak indigo ini unik dan layak diangkat dalam cerita, karena mereka memiliki kelebihan, menurut saya. Kelebihan mereka itulah yang ingin saya gali. Lalu, saya memilih untuk mengurainya di cerita fiksi.

Saya pun mulai browsing dan riset tentang anak-anak indigo. Tak hanya itu, setiap kali ada kesempatan ke perpustakaan di sana, mata saya selalu awas pada judul-judul buku yang berkaitan dengan anak-anak indigo. Saya menemukan beberapa referensi. Lalu, keinginan saya yang ingin menjadikan ladang jagung di Amerika menjadi setting cerita saya tentu tak bisa dibiarkan begitu saja. Saya kembali melakukan riset tentang ladang-ladang jagung yang ada di Urbana, Illinois sebagai pendukung dan pelengkap cerita MAJ. Seperti itulah upaya yang saya lakukan waktu itu.
Salah satu ladang jagung di Illinois yang pernah kulewati

Tidak berhenti sampai di situ. Ada hal-hal aneh yang sempat saya rasakan ketika menggarap novel ini. Setiap kali melanjutkan naskah ini, seolah-olah saya semakin mengenal tokoh-tokoh dalam novel saya itu. Dan, seakan-akan mereka masuk ke dalam kehidupan saya selama saya berada di Urbana. Yang lebih serunya, saya seperti bisa membayangkan wajah-wajah mereka. Maka, saat penggarapan ilustrasi, sempat menemukan sedikit kendala. Sebab, saya terobsesi pada salah satu wajah yang saya bayangkan. Ketika akhirnya cover MAJ menemukan sosok wajah seorang anak, saya seakan ingin berteriak. Wajah anak itulah yang saya bayangkan. Pas sekali!

Sementara, setting tempat yang saya pakai dalam novel ini adalah ladang jagung. Maka, setiap kali saya melintas di ladang-ladang jagung yang banyak tersebar di Urbana, Illinois, mata saya selalu saja memandang aneh ke sana. Hasrat ingin memasuki ladang jagung itu begitu menggebu-gebu. Aneh! Tapi, itulah yang sempat merasuki saya ketika menggarap novel Misteri Anak Jagung.

Hampir seluruh cerita diwarnai oleh misteri ladang jagung. Seperti adegan dan dialog-dialog batin Gantari dalam novel ini.

Mrs.Elia mengeluarkan jagung dari dalam kantong yang terbuat dari kertas. Darahku berdesir. Apa yang akan dilakukan Mrs.Elia dengan jagung-jagung itu? (Misteri Anak Jagung, hlm. 132)

Sebenarnya, tak lama waktu yang saya habiskan untuk menyelesaikan naskah MAJ. Justru yang banyak menyita waktu adalah ketika saya tiba-tiba tak merasa yakin kalau apa yang sudah saya selesaikan itu memiliki nilai plus bagi calon pembacanya. Maka, sebelum mengirimkannya ke penerbit, saya sempat meminta masukan dari beberapa penulis andal. Salah satunya adalah mentor saya sendiri saat memulai novel itu, Tasaro GK. Beliau mengatakan bahwa ini adalah ide yang bagus, maka saya diminta untuk segera melanjutkannya.

Begitulah, saat saya yakin kalau naskah novel MAJ layak untuk diterbitkan, saya pun mulai bergerilya untuk menawarkannya ke penerbit. Setelah sekian tahun lamanya naskah itu mencari jodohnya, akhirnya Misteri Anak Jagung tertambat di sebuah penerbit bernama Penerbitan Pelangi Indonesia.

Harapan saya, semoga novel ini mendapat tempat di hati pembacanya. Semisteri apa pun alur ceritanya, semoga tetap memberikan nilai-nilai positif dan tambahan ilmu bagi pembacanya. Apalagi buat kamu yang memiliki teman indigo, novel ini bisa jadi teman paling seru untuk dibaca. Seperti kata Delia (salah satu tokoh dalam novel MAJ) tentang anak indigo.
”Anak indigo adalah anak yang memiliki kemampuan istimewa yang tidak dimiliki anak-anak pada umumnya. Meskipun tidak terlihat mencolok dan seperti umumnya anak-anak, namun di antara mereka ada yang istimewa. Mereka bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain,” jelas Delia memamerkan apa yang pernah dibacanya di buku-buku Psikologi. (Misteri Anak Jagung, hlm. 134).
Nah, penasaran? Ayo silakan diburu novelnya di toko-toko yang tersebar di tanah air. Jangan lupa untuk memberikan reviewnya ya. Ditunggu! []

14 komentar:

  1. Worth living memories, Urbana-Champaign, Illinois, US, 2007 - 2008.

    BalasHapus
  2. mau donk mba.. yg plus tanda tangan bisakah? keren nih ceritanya sepertinya :

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh, mau pesan di aku ya, Mbak Uniek. Minta alamatnya ya. :)

      Hapus
  3. Good luck, Mbak Wik. Kirimin satu eks dong :p

    BalasHapus
  4. Jadi penasaran.., di Gramedia sudah ada kan Mak..?

    BalasHapus
  5. He eh... bikin penasaran. Insyah Allah kapan-kapan klu sempet turun gunung..mampir ke toko buku kesayanganku.. ahhh... siapa tahu dah ada di sana... :) Sukses ya mbak... cai yo...

    BalasHapus
  6. Oh ya.. mau tanya.. mbak wiwiek ini sama Wylvera apa satu orang? thx...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Wylvera Windayana itu nama panjangku. Wiwiek panggilannya. :)

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...