Senin, 13 Juli 2015

Menyisihkan Anggaran untuk Mudik



Koper-koper kami siap mudik ^_^ (dokpri)

            Mudik jelang lebaran menjadi momen yang ditunggu-tunggu dan menjadi tradisi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tradisi itu pula yang membuat kita cenderung bela-belain membeli tiket (bus, kereta, dan pesawat) walaupun tarifnya tiba-tiba melonjak. Hanya satu alasan yang membuatnya seolah menjadi murah, yaitu demi memenuhi kerinduan untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan sanak keluarga.
Keluarga saya pun tidak bisa lepas dari tradisi mudik (baca: pulang kampung) ini. Sebagai pasangan suami istri yang hidup di perantauan, kami juga selalu rindu untuk kembali ke kampung halaman tercinta. Sejak menikah dan hijrah dari Medan ke Jakarta tahun 1997, mudik pun menjadi bagian tradisi keluarga kecil kami. Untuk itu, kami memilih momen lebaran sebagai saat yang paling tepat.
Membahas masalah tradisi mudik di saat lebaran, tentunya harus memiliki perencanaan yang matang. Perencanaan itu disusun agar agenda mudik keluarga tidak kacau. Hal pertama yang wajib direncanakan adalah anggaran. Mulai dari dana transportasi, angpao buat sanak keluarga, hingga biaya hidup selama berada di kampung halaman.

Menyisihkan uang di saat awal gajian
Menunggu menabung dari sisa uang gaji tentu bukan pilihan yang pas buat saya dan keluarga. Beragam pengeluaran yang sudah ada pos-posnya serta anggaran tak terduga, bisa saja tak menyisakan uang gaji tersebut. Jadi mau tidak mau, kami harus memisahkannya pada awal menerima gaji.

Melihat tarif transportasi
            Bekasi – Medan buat kami lebih nyaman ditempuh lewat jalur udara. Untuk itu, mengecek tarif penerbangan di tanggal-tanggal jelang lebaran harus kami lakukan. Biasanya suami saya selalu memesan tiket jauh-jauh hari. Bahkan bisa beberapa bulan sebelum Ramadan. Katanya, lebih leluasa membanding-bandingkan harga dan menentukan pilihan. Syukur-syukur dapat harga yang lebih murah.

Berapa lama di kampung halaman dan biayanya
            Dalam menyusun anggaran, kami juga selalu melihat jadwal liburan sekolah anak-anak. Dari sanalah kami bisa menetapkan lamanya waktu mudik. Setelah menetapkan berapa lama di kampung halaman, kami pun menyusun biaya hidup selama di sana.

Oleh-oleh
            Setiap balik dari kampung halaman pasti selalu saja ada yang ingin dibawa. Terutama makanan khasnya. Begitu juga saat menuju kampung halaman. Ada saja yang ingin kami bawa sebagai buah tangan untuk keluarga di sana. Maka, kami juga harus menyisihkan anggaran untuk oleh-oleh ini.

Menyisakan anggaran tak terduga
            Selain menyiapkan semua dana yang sudah terencana, kami juga selalu menyediakan anggaran tak terduga. Ini sakadar untuk berjaga-jaga saja supaya tidak terlalu ngepas.

            Beginilah cara saya dan suami menyusun anggaran mudik kami. Alhamdulillah, sampai saat ini, kami selalu merasa nyaman karena semua sudah dirancang sejak awal. Pulang kampung pun menjadi sangat menyenangkan. [Wylvera W.]          


 Note: Postingan keenam (FB)

4 komentar:

  1. Kalau buat mudik ke luar pulau Jawa. Kayaknya kudu nabung atau investasi jauh-jauh hari ni. Kaget lihat tiket Jakarta-Palembang hari ini yang harganya 2-3 juta untuk satu orang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mas Koko. Samalah dengn Jakarta - Medan. Harus jauh-jauh hari pesannya.

      Hapus
  2. Bermanfaat sekaleee ...
    selamat mudik ... jadi kangen Medan juga neh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih sudah mampir ya, Kang. Nah, kapan mau ke Medan lagi? :)

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...