Jumat, 08 April 2016

Terlelap di Ruang Siaran



Foto saat mudik ke Medan. Sekarang bangunan radionya sudah baru.
            Berbagi tentang pengalaman menakutkan itu menjadi topik yang seru. Apalagi kalau sedang kumpul-kumpul bersama teman dan keluarga. Wah! Bertambah seru karena pasti banyak bumbu-bumbu penyedap ceritanya. Saya pun sering terjebak dalam topik obrolan macam itu. Ternyata One Day One Post Challenge di Fun Blogging pun mengangkat tema ini. Baiklah, mari kita lanjutkan!
            Dulu, zaman kuliah, saya pernah bekerja part time di radio (di Medan). Jatah jam kerja saya rutin dari jam 3 sore sampai 9 malam. Sebelum magrib, biasanya saya duduk di belakang meja sekretaris yang  letaknya ada di lantai bawah. Tugas saya menyambut tamu-tamu dari biro iklan atau yang berkepintangan dengan penanggung jawab siaran. Setelah kantor ditutup menjelang magrib, saya pun pindah ke ruang siaran di lantai satu.
Di bidang penyiaran, waktu itu saya bertanggung jawab pada acara “Psikologi Remaja” dan “Pelangi Informasi”.  Untuk “Pelangi Informasi”, acaranya dikemas dalam bentuk rekaman. Berisi ragam informasi, baik dari hasil liputan saya dan tim di lapangan, wawancara, maupun kutipan dari berita koran yang aktual. Penyajiannya pun dikemas dengan tambahan musik. Acara itu harus tayang setiap hari. Maka, setiap hari pula saya dan tim harus mengedit kemasan sajiannya di ruang rekaman. Proses pengerjaan itu, tidak bisa dilakukan sejam maupun dua jam. Terkadang saking asyiknya, kami tidak sadar kalau waktu sudah bergerak menuju jam sebelas malam.

Salah satu sudut di ruang siaran waktu itu
Cerita horornya di mana ini? Sabaaar ….
Beberapa penyiar dan karyawan di radio tempat saya bekerja itu awalnya suka memancing cerita-cerita seram. Ada saja yang mereka jadikan topik obrolan yang bikin bulu kuduk saya berdiri. Dari cerita-cerita mereka itulah saya akhirnya mendengar beberapa pengalaman horor. Ada yang sesekali diganggu saat menaiki tangga yang menuju ruang siaran. Ada pula yang katanya saat tidur-tiduran di mushola, jari kakinya seperti ditarik dan disentakkan. Bukan hanya itu, ada juga yang pernah melihat seorang perempuan berambut panjang duduk di teras lantai atas dengan posisi  membelakanginya. Sementara saya sendiri tidak pernah mengalami hal-hal horor semacam itu. Duuuh! Jangan sampai, ah. Aamit-amiiit ….
Jreng …! Jreeeng …!
Suatu malam, selepas mengedit rekaman, saya menunggu jam kerja berakhir. Saya memilih tiduran di ruang yang biasa dipakai untuk siaran langsung saat ada narasumber yang diundang. Posisinya dalam satu ruangan besar yang hanya disekat oleh dinding serta pintu dengan ruang siaran utama.
Awalnya saya hanya ingin meluruskan pinggang dan punggung saja. Eh, malah ketiduran. Bahkan penyiar sebelumnya sudah berganti dengan yang bertugas malam, namun tak satu pun yang tahu kalau saya masih tertidur di ruang sebelahnya. Lelap sekali tidur saya ya? Hampir jam dua belas malam. Jam siaran pun hampir tutup. Kalau Papa saya tidak datang menjemput, mungkin saya akan tertidur sampai pagi di situ. Entah siapalah yang menemani saya malam itu kalau saya tidak dibangunkan. Cerita-cerita horor yang menyeramkan dari teman-teman penyiar semakin membuat saya lemas waktu itu.
Mengapa saya begitu terlelap? Saya seolah merasakan sedang tidur di kamar saya. Tidak sedikit pun saya terganggu dengan lagu-lagu dan iklan yang bolak-balik diputar oleh penyiar di ruang sebelah. Padahal walaupun ada kedap suara, tetap saja terdengar. Suasananya nyaman sekali. Itu juga yang membuat saya tidak sadar kalau sudah terlelap.
Besoknya, kejadian tertidurnya saya di ruang siaran, kembali menjadi topik hangat di kalangan penyiar dan operator. Mereka bilang, “Untung kau tidak dipindahkannya ke kamar mandi.” Lalu, ada juga yang berkomentar, “Untung kau nggak ditaroknya di tangga.” Hiii … semua itu mereka katakan bukan tanpa alasan. Katanya, ada yang pernah mengalami hal serupa saya. Begitu terbangun, dia sudah ada di mushola, di tangga bawah, dan di depan kamar mandi. Mungkin jinnya masih sayang ya sama saya? *hela napas*
Sejak itu, saya tidak pernah lagi mau tidur-tiduran di ruangan itu. Selelah dan sengantuk apa pun saya, lebih baik saya menunggu jam kerja berakhir dengan membaca. [Wylvera W.]

Note: Postingan ke-13 One Day One Post Challenge Fun Blogging

10 komentar:

  1. Wuah untung Papa datang menjemput ya mbak. Horor juga kalo sampe ketiduran, bangun2 semua sepi nggak ada siapa-siapa. Haduuuhh *kabuur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Papaku sempat bilang ke penyiar (padahal bukan salah penyiarnya juga sih). "Masak nggak sadar sih kalau selopnya masih ada di depan pintu ini. Kok nggak dibangunkan?!" begitu kata Papaku bikin teman penyiar itu nyengir.

      Hapus
    2. iy bener, bagaimana kalau Papa gak bisa jemput, bisa berabe tuh....

      Hapus
  2. Mungkin pas mbak ketiduran..hantunya lg dugem..jd ga sempat ngegangguin..hihi.
    Serem euy klo dipindah ke sumur #ju on mode on

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, bisa jadi ya. Atau lagi sibuk rekaman juga mereka di ruang rekaman. Hiiii

      Hapus
  3. serem banget, saat bangun tau-tau ada di kamar mandi.. eeh.. untung dijemput bapak ya Mbak..

    salam kenal, Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Katanya ada yang pernah begitu. Pas bangun masak sedang tidur di depan pintu kamar mandi. Hiii

      Hapus
  4. Ihhhh gak mau ketiduran sendirian mgeri mbak. Begitu lelahnya dirimu berarti mbak wiek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, iya serem kalau ingat itu. Untung aku gak kenapa-napa. Betul, kerja part time itu memang sangat melelahkan. Hikks.

      Hapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...